about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Monday, May 30, 2005

Brusel, Brussels, Brüssel, Bruxelles, Brussel


Image hosted by Photobucket.com



Certainly, travel is more than the seeing of sights; it is a change that goes on, deep and permanent, in the ideas of living. -Miriam Beard

Brüssel, 31 May- 3 Juni 2005.
-coming later (maybe, hopefully): My Report-

Creative Commons License

Sunday, May 29, 2005

kemenangan buat Eowyn

Image hosted by Photobucket.com

kemarahanmu Eowyn, mengkhawatirkanku.
ada sesuatu dalam kegetiran marahmu
yang kamu lampiaskan
lewat tebasan pedangmu
dalam perang melawan mereka
yang berusaha merebut kerajaanmu.

menangislah Eowyn, tumpahkanlah.
airmata yang selama ini kamu tahan
demi tidak menambah kerisauan
rakyatmu yang panik
rakyatmu yang bergantung sangat padamu
isakan tidak berarti kelemahan.

dan lupakan dia Eowyn,
hatinya tertutup dan terkunci
kecuali untukku
pemilik liontin yang kau lihat ada padanya
aku menukar kehidupan peri yang abadi
untuk hidup dalam kepedihan tragedi manusia
demi bisa bersamanya.

dia akan berlalu darimu Eowyn,
dia sekadar merefleksikan harapan dan semangatmu,
tidak ada padanya apa yang kamu cari.

lihatlah dirimu Eowyn,
hanya yang terbaik yang ada padamu
kebanggan seorang pewaris tahta
kecantikan seorang bangsawan
keberanian seorang prajurit
dan tidak kurang dari kemenangan
yang akhirnya hanya layak bagimu, Eowyn.


Image hosted by Photobucket.com


dari Arwen lewat telepati buat Eowyn setelah Eowyn menemukan kalung Arwen ada pada Aaragorn, dan hati Aaragorn hanya pada Arwen.

btw, Elvy, apakah ini bisa disebut sebagai fanfic? sori gue blm baca satu fanfic pun, abis capek gue baca bhs inggris, mana panjang2 bangetttt huhuhu, udah tengah semester nih, udah tinggal setengah enerji gue. niat gue tadinya sih, fanfic pertama gue bakal gila2an dan lucu2an, ternyata sedih, ihiks, tapi gue suka sekali ide orang2 yg bikin fanfic ini.

Creative Commons License

Saturday, May 28, 2005

Mimpi Buruk Transportasi


Peringatan: ini adalah posting terpanjang sepanjang sejarah blog gue (hampir 3000 kata). Mungkin kalian butuh setidaknya 2 hari utk bisa selesai baca. Gue aja butuh berhari2 utk ngetiknya, huhuhu….


Bagi teman2 Indonesia yang kuliah di Jerman, lini penerbangan Gulf Air (milik Emirat Arab?) sangat terkenal di antara ratusan jasa penerbangan lain karena dua hal:
1. Menyediakan tiket jurusan Jakarta dengan harga termurah.
2. Merupakan penerbangan yang konon paling tidak nyaman.

Semua orang yang denger bahwa gue kemarin niat pulang ke Jakarta naik Gulf Air langsung membombardir gue dengan cerita2 pengalaman2 buruk mereka sehubungan dgn penerbangan itu. Semua sibuk memberi peringatan, ulasan, kekecewaan, blablabla.

Semua gak ngerti kenapa gue asik2 aja setelah mengalami Gulf Air.

Maka dari itu, sekarang gue bakal cerita, pengalaman2 traumatis gue tentang transportasi yang pernah gue alami jauh di masa lalu, yang sudah turut membentuk diri gue sehingga menjadi seperti sekarang ini, ihiks. Yang jelas inilah transportasi2 terburuk di sekitar gue, dan setelah pernah terlibat dengan transportasi2 itu, maka tidak ada transportasi lain di seluruh dunia yang gue anggap buruk. Dibandingkan transportasi2 yg bakal gue ceritain di sini, Gulf Air adalah bagaikan kenyamanan hotel berbintang 5.

Eh kok gue jadi kayak iklan gini ya? Intinya gue mau cerita sekarang ttg transportasi2 terbobrok yang pernah gue naiki: transportasi2 darat dan laut.


Transportasi di Jakarta

Sebenernya, dengan hanya gue bilang gue tinggal di Jakarta, maka seharusnya kalian bisa bayangin kan, bahwa gue ini terbiasa sama transportasi yang buruk dan membahayakan jiwa.

Di Jakarta, kehidupan sudah dimulai ketika hari masih gelap. Jutaan orang hilir mudik menuju sekolah, kampus, tempat kerja, dan tempat2 beraktivitas lain. Pada jam2 sibuk, tidak usah bicara tentang mendapatkan tempat duduk di kendaraan umum, bisa ikut terangkut bis aja udah harus sangat bersyukur. Sopir bis, kondektur, bahkan penumpang sendiri sudah gak peduli lagi dengan kondisi bis yang sudah miring gara2 kepenuhan penumpang. Yang penting bisa masuk bis dan tidak telat di tujuan. Setelah matahari di atas kepala, udara yang panas dan lembab membuat kita bisa sauna gratis setiap hari di dalam bis. Belum lagi masalah kesewenang2an sopir bis yang suka nurunin penumpang di tengah jalan, atau transfer penumpang, kalau bis nya kosong. Bis di Jakarta tidak kenal halte dan jadwal keberangkatan. Kadang malah tanpa rute yang jelas dan pasti.

Pernah liat kereta api dalam kota Jakarta yang lagi penuh? Penumpang bukan lagi bergelantungan di pintu dan jendela, namun juga di atap kereta! Saking penuh dan padatnya isi kereta, kalau elo berhasil masuk ke dalam, elo gak perlu pegangan lagi, gak bakalan jatuh, karena terdesak kanan kiri, nafas aja susah apalagi jatuh. Bagi temen2 gue yang cukup sial sehingga berbadan kecil (tolong gak usah sok tersinggung ya, Cleopatra juga tingginya gak sampai 1,5 meter kok, small is beauty), kaki mereka bahkan tidak menjejak lantai karena terhimpit dan terangkat oleh desakan penumpang lain. Jadi ngambang gitu deh...

Sekarang kalian berpikir utk naik sepeda atau jalan kaki? Huhuhuhu kasian deh loe! Pertama, gak ada jalan khusus buat sepeda di Jakarta, kalaupun ada trotoir itu sudah penuh dipakai sama para pedagang kaki lima. Belum lagi kalau ingat seberapa banyak timbel yang bakal kalian hisap gara2 polusi udara di Jakarta sudah ada di kondisi siaga satu.


Image hosted by Photobucket.com
Macet dan Polusinya Jakarta


Itulah sarana umum yang sering gue gunakan. Semua ketidak nyamanan di atas belum termasuk kriminalitas yang sangat tinggi. Dan pelecehan seksual yang sering gue saksikan dengan mata kepala sendiri dan bikin muak, dan bahkan gue pernah juga jadi korban, huhuhu…

Mobil pribadi juga tidak baik keadaannya, walaupun agak mendingan sih. Di Trisakti, temen2 gue harus datang di kampus jam 6 pagi hanya supaya dapat tempat parkir. Mereka sarapan dan dandan di dalam mobil setiap pagi.

Gue cukup beruntung karena kuliah di Depok, itu berarti pulang pergi kampus, gue selalu melawan arus jadi gak terlalu rame lah. Dan perjalanan ke kampus gue dari rumah kalau naik mobil hanya butuh 20 menit tanpa satu pun ngelewatin lampu merah, lewat jalan tikus. Di kampus gue, elo bisa parkir dengan jauh lebih mudah dan murah. Tapi tetap ada saat2 di mana gue harus ke peradaban kan, gak cuma ke hutan mulu. Pernah gue pulang dari arah Radio Dalem ke rumah jam 8 malam, yg biasanya hanya butuh waktu 30 menit, tapi karena malam itu abis ujan badai, lampu merah mati total, gue sampai rumah 3 jam kemudian....Di Jakarta, kehidupan baru istirahat, lama setelah hari berubah gelap.



Pernah Denger Kapal Bernama Kerinci?

Seiseng apakah gue sehingga naik2 kapal? Sebenernya bukan iseng sih. Ini kerjaannya anak2 KSM aja. Jadi begini, dulu waktu kuliah gue gabung sama organisasi mahasiswa yg namanya KSM yang terkenal (atau tidak terkenal ya?) di kampus dengan tradisi penelitiannya. Kalau mau bikin penelitian, cara kita adalah, tunjuk aja satu kota yang pengen kita kunjungi, lalu baru dicari2 masalah penelitiannya apa, hehe.. Kalau mau bikin penelitian, kotanya dulu yang ditentukan, baru topiknya kemudian. Intinya jalan-jalan lah.

Penelitian thn 2002, anak2 KSM pergi ke Tanjung Pinang, satu kota di ujung Indonesia, di kepulauan Riau, utk meneliti masalah prostitusi di sana. Kita rombongan sekitar 20 orang pergi ke Tanjung Pinang naik kapal laut Kerinci, pernah denger? Itu kapal besaaaar sekali, kalian bayangin Titanic di kepala, oke? Tapi apa yang kita alami di atas kapal? Jelas tidak seromantis Titanic.


Image hosted by Photobucket.com
Ini bukan gambar Kerinci, cuma supaya kalian bisa kira2 ukuran kapal yg gue bicarakan.


Sebelumnya mungkin gue harus kasih sedikit gambaran seperti apakah tipikal anak2 KSM ini. Mereka anak2 yang asik2 aja, di sini senang di sana senang. Yang penting ada gitar dan kartu remi. Mereka bisa dan terbiasa dengan fasilitas yang seadanya, bahkan gue rasa mereka tertantang jika harus melakukan sesuatu dengan fasilitas yang seadanya. Mereka kulit badak, petualang, tahan banting. Bagi mereka, mangan ora mangan yang penting ngumpul (hohoho... ini gue hiperbola, ralat: bagi mereka, mau ngapain aja yang penting ada makanan, hehe, ini baru pas).

Jadi, gara2 keabisan tiket waktu itu kita sepakat untuk tetap berangkat dengan beli tiket Kerinci kelas ekonomi non seat. Anak muda gitu loh, gak usah manja2 deh. Namun ternyata ini adalah keputusan tersalah sepanjang sejarah, sodara2.

Kerinci adalah kapal laut berkapasitas 4000 penumpang. Tapi ini Indonesia, udah tau tempatnya cuma segitu, mereka jual karcis untuk 8000 orang! Kebayang kan sintingnya. Ditambah lagi, waktu itu kita pergi pas banget sama arus balik mudik lebaran. Kapal itu penuh dengan TKI dan TKW yang menuju Malaysia dan Singapur lewat Riau. Gue sangat salut sama para TKI yang menghasilkan devisa buat negara, gak seperti gue yang ngabis2in devisa, tapi kita juga mesti obyektif mengakui bahwa para TKI secara kelompok adalah orang2 yg paling susah diatur. Awak kapal Kerinci, kewalahan menghadapi lautan manusia di kapal, kadang harus bersikap seperti sipir penjara supaya mereka sedikit mau disiplin. Terutama pada saat ngantri makanan.

Oh ya, perjalanan dari Jakarta ke Tanjung Pinang naik kapal makan waktu 3 hari, hehe... Jadi bayangin, kita di atas kapal tanpa tempat duduk (seperti halnya ribuan penumpang lain yang gak dapat tempat duduk) dan mesti tidur di lorong2 kapal beralaskan koran atau tikar, di mana orang2 lalu lalang, dan kapal itu penuh serangga2 semacam kecoak yang gue bahkan gak pernah liat di daratan.

Masalah makanan, kita dari rumah udah bawa pop mie dan makanan2 instan semacamnya. Dan teman2 gue ngotot gak mau makan makanan kapal. Ya iyalah, kita bolak balik ke dapur dan melihat dengan mata kepala sendiri gmn cara mrk masak, bener2 menghilangkan selera makan. Namun hari terakhir, gue akhirnya begitu muaknya sama pop mie, akhirnya ngantri makan juga. Gue sama temen2 gue Niken dan Ami ngantri ambil makan dan mengalami sendiri bgmn rasanya dibentak2 sama sipir penjara, hehe.. untungnya Niken itu cewek paling tebar pesona yang gue tau, dalam waktu semenit dia langsung berakrab2 sama awak2 kapal. Ckckck...

Apa yang kita makan? Ikan lah, apa lagi? Gue begitu kelaparan setelah 3 hari, gue gak peduli lagi sama amisnya, bahkan nasinya pun terasa amis. Huhuhu....

Masalah toilet? Aduh... gue mending gak mandi deh 3 hari, cuma kadang2 sikat gigi dan cuci muka, itu juga gue gak tahan sama payau airnya.

Belum lagi sama mabuk laut, uhhh... semakin besar kapal sebenernya semakin stabil menghadapi ombak, tapi tetap ada saat2 di mana goyangan di kapal bener2 bikin pusing dan mual...

Kalau malam, ada beberapa pilihan hiburan. Ada bioskop namun film2 yang dipasang adalah film2 semacam Ranjang Pengantin dan Istri Simpanan (ini judul2 khayalan gue, hanya supaya kalian bisa bayangin film2 jenis apa yang diputar). Ada juga kafe2 yang jual entah apa yang menyajikan live music dangdut sepanjang malam. Gak terlalu banyak ya pilihan kita? Kalau udara cerah sih kita bisa jalan2 liat “bintang di surga” (Peterpan, 2004). Tapi suatu malam, karena di luar badai berat, kita semua akhirnya ngumpul di suatu pojok buntu di kapal, main kartu (mengenai ini panjang ceritanya, di posting lain kali aja ya) sambil menahan mabuk laut.

Kalau gue menyimpulkan, perjalanan pergi naik Kerinci ini, yang bikin parah dan stress adalah karena terlalu banyak orang di atas kapal sampai2 seakan2 gak ada ruang gerak bagi kita. Kalau masalah mabuk laut, gue ada pengalaman yang lebih mengerikan lagi, hehehe...


Titik Terdekat Gue Dengan Neraka

Ceritanya masih sama anak2 KSM, sekitar satu tahun sebelumnya. Kita mau ke Pulau Kelapa di Kepulauan Seribu utk bakti sosial. Kita naik kapal milik Pemda Jakarta Utara. Kapal kecil yang bermesin 6, yang baru belakangan kita ketahui ternyata dari 6 mesin itu yang berfungsi cuma 2. Gila kan nahkoda kita, tetap berangkat udah tau kondisi kapalnya seperti itu.


Image hosted by Photobucket.com
Kapal ini kebagusan.
Bayangin ukurannya aja, sekecil ini,
dan ada atap terpal di bagian penumpangnya.



Dari pantai Jakarta Utara ke Pulau Kelapa biasanya butuh waktu 3 jam. Tapi gara2 kondisi kapal sialan itu, 7 jam kita terombang ambing di atas laut! 7 jam kalau kita lagi ngedate sih berlalu sekejap mata… tapi 7 jam di atas kapal gila itu? Huhuhuhu… bagaikan tak berujung.

Awal berangkat sih kita gaya banget, semua sangat bersemangat dan riang gembira, kita duduk2 di buritan kapal sambil ngeliat laut sambil nyanyi “nenek moyangku orang pelaut”. Tapi 30 menit kemudian? Ketika sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah laut, ketika asap kapal sangat sesak di paru2, ketika goncangan ombak tidak henti2nya dan serasa akan membalikkan perahu, ketika matahari tepat ada di atas dan sangat membakar, ketika udara yang kita hirup pun terasa asin, maka saat itu lah kita diberi kesempatan merasakan sepersejuta rasa neraka.

Cuma gue yang gak muntah di kapal itu, walau gue mualnya luar biasa dan gue tau kalau gue muntah kondisi bakal lebih enak, tapi gak bisa aja muntahin isi perut ini. Temen2 gue semua muntah minimal sekali, ada temen gue yang sampai muntah 7 kali, gue gak tau apa aja yg dia muntahin. Muka kita udah gak jelas. Bukan hanya pucat karena mabuk laut, tapi juga terbakar matahari sekaligus tebal oleh jelaga dari knalpot kapal.

Semua tergeletak tak berdaya tak bertulang (?) di kapal. Kalaupun masih ada suara2 manusia, itu hanya suara entah siapa yang nyanyi dengan lemahnya „nenek moyangku bukan pelaut“. Sudah sejak jam pertama gue gak bisa ketawa lagi.

Apa yang bisa kita lakukan di atas laut? Mau lari, tapi ke mana? Mau berhenti, tapi di mana? Pernah gak sih kalian terombang ambing di atas laut? Coba bayangin naik kora-kora di Dufan ya, seperti itu rasanya, bedanya di Dufan elo cuma diayun2 selama 2 menit, sementara kita alami itu semua 7 jam penuh!!!

Dan satu lagi yang bikin stress, adalah suara mesin kapal yang luar biasa bising. Ini jenis bising yang beda dengan bising yang ada di jalan raya di Jakarta. Di Jakarta, bisingnya bervariasi: suara klakson, suara mobil2 lewat, suara ini itu yang timbul tenggelam. Tapi di atas kapal itu, bising yang terjadi adalah jenis bising yang monoton dan konstan dari segi volume dan irama, dan itu luar biasa depresifnya kl elo denger berkesinambungan tanpa jeda jangankan selama 7 jam, satu jam aja rasanya udah mau jedot2in kepala ke tembok.

7 jam kemudian, setelah gue 2 kali hampir terlempar ke laut (kalau di game2 komputer, nyawa gue udah berkurang 2), kita sampai di Pulau Kelapa dengan rasa puas bagaikan Colombus menemukan dunia baru.



Proyek Radio Komunitas di Pulau Kelapa

Gue gak menyalahkan kalian kalau Kepulauan Seribu yang ada di kepala kalian adalah pulau2 kecil indah berpasir putih berpantai sebening kaca, pulau2 wisata bernyiur melambai berangin sepoi2 di mana elo bisa minum air kelapa langsung dari batoknya. Pulau2 bernama Pulau Bidadari, Pulau Mutiara, dan semacamnya yang penuh dengan hotel2 berbintang dan penuh dengan para jet set yang ke sana naik kapal pesiar utk mencoba peruntungan mereka di kasino2nya.

Itu benar, namun tidak tepat. Ada di antara pulau2 itu yang berpenghuni. Dan Pulau Kelapa adalah pulau yang terletak di ujung utara Kepulauan Seribu, salah satu pulau yang terbesar, termiskin, dan terpadat penduduknya di Kepulauan Seribu. Masalah sosial yang dimiliki pulau ini dari A sampai Z.

Menyusul penelitian dan bakti sosial KSM thn 2001, beberapa anak KSM bikin proyek Radio Komunitas di Pulau Kelapa yg disponsori oleh Ditjen Dikti. Dan pelaksanaannya bertepatan pas gue semester 7 di kampus. Coba deh elo sebut semester 7 di depan anak2 Psikologi 98, maka akan kalian liat perubahan wajah jadi sangat agresif dan pengen mencincang si penanya. Semester 7 adalah semester MKT yang tugasnya adalah disuruh bikin psikotes yang prosesnya melibatkan keringat darah dan air mata, dan selalu minta tumbal persahabatan di setiap angkatan. Bukan rahasia, banyak persahabatan putus gara2 konflik di dalam kelompok.

MKT doang masih bisa gue hadapi. Tapi serangan bukan hanya dari MKT, namun juga dari kuliah2 lain yg menyebabkan gue dari Senin sampai Jumat tidur kadang2, makan kadang2, dan mandi kadang2. Belum lagi kerja2 part time gue, huhuhu…

Dan hampir setiap week end, kita harus ke Pulau Kelapa.

Inilah perjalanan gue setiap Sabtu dan Minggu sepanjang semester:
Sabtu pagi bangun jam 4, untuk ngejar kereta pertama jam 5 menuju Kota. Sampai stasiun Kota jam 6, ketemu temen2 lain, lalu naik angkot bentar ke terminal Kota, terus naik Metromini 30 menit sampai Muara Angke.

Dan siapa pun yang bilang Muara Angke itu romantis, cobalah ke sana pagi2, ketika ikan2 dan isi perutnya laut diturunkan dari kapal. Udara yang luar biasa amis dan panas dan jalanan yang luar biasa becek, ditambah secara fisik gue gak pernah fit kalau ke sana, membuat gue ... *speechless*.

Kapal komersial yg kita naiki berangkat jam 7 pagi dari Muara Angke. Oh ya, gue mesti deskripsikan ttg pelabuhan Muara Angke itu bgmn tampaknya, namun gue percaya, satu gambar bicara seribu kalimat. Beginilah tampaknya, sayang gue gak bisa masukkan bau2an di posting ini. Sebenernya di foto ini gak dibilang kl ini Muara Angke, tapi kemiripannya luar biasa, jd gue duga ini memang bener2 foto Muara Angke.


Image hosted by Photobucket.com
Makanya gue sedih kl temen2 gue yg belajar Teknik Lingkungan atau Teknik Kimia atau jurusan2 strategis lain memutuskan utk tetap di Eropa dan gak balik ke Indonesia :(( ini sindiran! (kali aja ada yg ga nyadar)


Apa yang gue liat mengambang di sana adalah *lagi2 gue speechless*. Kotoran manusia? Ah itu sih pemandangan biasa. Yang gue gak pernah terbiasa adalah pemandangan bangkai tikus dan kucing yang mengambang di sana. Bayangkan kucing yang mati dibuang ke air, bagaimanakah tampaknya 2 hari kemudian? Kucing itu terlentang, dengan keempat kakinya kaku ke atas, ke empat penjuru, dan seluruh tubuhnya menggelembung seperti balon penuh air dan gue bayangin juga penuh belatung, keliatan sangat penuh dan siap meledak. Keliatan sangat gembur sekaligus sangat kaku. Melihatnya, walau sudah seribu kali, tetap bikin syok.

Di atas kapal menuju Pulau Kelapa, penumpang2 lain adalah orang2 pulau, banyak anak kecil. Anak kecil gitu loh, yang naik sedan buatan Eropa di jalan yang sangat mulus aja bisa mabok kok, apalagi naik perahu kecil ke Pulau Kelapa (walaupun mereka anak pulau). Kapal itu beratap, di dalamnya ada tikar di mana penumpang bisa lesehan di sana, tapi gue gak pernah mau di dalam. Jendela2nya yg rendah membuat ombak dengan mudahnya masuk dan itu bisa bikin basah kuyup. Belum lagi kalau anak2 kecil itu udah mulai serangan muntah, belum lagi kalau ibu2 mereka gak cukup sigap sehingga anak2nya muntah di atas tikar. Enggak, makasih. Gue lebih baik di atas atap kapal, walau terbakar matahari, gue seenggaknya bisa menghirup udara gitu loh.

Pernah sering berada di atas atap kapal, terapung di tengah laut, membuat gue bisa ngebayangin sepersejuta derita Pi. Gue bilang sepersejuta, karena toh gue di kapal itu sama manusia2 bukan harimau. Karena toh gue di sana setiap kalinya cuma 3 jam. Karena toh gue gak perlu pusing mikirin makanan. Karena toh semabuk2nya gue, gue tau di pulau nanti gue bisa bikin teh panas, gue bisa makan nasi panas kalau mau, gue bisa istirahat. Tapi kan kisah gue ini kisah nyata, sementara Pi itu fiksi…


Kesimpulan
Dan demikianlah kisah transportasi2 terburuk sepanjang masa yang gue alami. Sekarang seharusnya kalian ngerti kalau gue bilang, bahwa bagi gue, Gulf Air adalah bagai transportasi bintang 5. Gue pernah ada di kondisi yg sejuta kali lebih buruk.

Btw, penelitian berikutnya KSM ke Kutai, Kalimantan Timur, tentang otonomi daerah. Sayangnya gue gak ikut, gue di mana waktu itu ya? Kalau gak skripsi ya mungkin gue udah lulus. Sayang gue gak ikut, soalnya mereka naik Herkules (halikopternya AURI, helikopter tempur yang konon sangat tidak nyaman hehehe), kalau ikut kan jadi bakalan tambah banyak lagi cerita gue (tidaaaaaak ini aja udah 7 halaman!!).... Anak2 itu, abis mabuk laut mabuk udara deh, hehehe.

Masa2 gue di KSM adalah masa2 di mana kulit gue terbakar tak terurus, gue tidur di mana saja kapan saja dan dengan siapa saja (lho?), gue makan apa aja yang dimakan org2 sekitar gue. Namun itu juga gue kenang sebagai masa2 kuliah di mana mata gue paling berbinar2.

Masa2 yang terlalu singkat...

Creative Commons License

Friday, May 27, 2005

Harga Mahal yang Harus Ditebus Jepang


Image hosted by Photobucket.com
Japan's Saitama Soccer Stadium


Jepang adalah negara terkaya kedua di dunia. Tapi bukan kekayaannya saja yg bikin dia terkenal. Namun lebih2 adalah bagaimana dia mencapainya. Semua tau ttg etos kerja Jepang, ttg disiplin kerasnya (yg bikin tingkat bunuh diri sangat tinggi?), ttg integritas mereka dalam hidup.

Dulu gue pernah denger seseorang cerita (lupa kapan dan di mana dan siapa) ttg org Jepang yg berbangga hati bilang bahwa jika orang2 Jepang bertukar negara sama orang2 Indonesia, di mana waktu pindah org2 Jepang hanya bawa apa yg ada di badan mereka, dan org2 Indonesia boleh bawa apapun sebanyak apapun yg mereka mau, maka dalam waktu sekian lama, org2 Jepang akan jadikan Indonesia negara terkaya di dunia, karena hasil bumi dan pariwisatanya.

Hmm.. gue gak yakin sih. Gue pernah denger ada seseorang yg meneliti apakah ada hubungan antara letak geografis suatu negara dengan kekayaan negara tsb. Kenapa negara2 yg terletak di belahan bumi bagian utara secara signifikan jauh lebih kaya daripada negara2 yg di selatan? Dan dia menyimpulkan bahwa faktor iklim sangat berperan. Di utara di mana iklim sangat dingin, berat, tak bersahabat, turut membentuk penduduknya menjadi pekerja keras. Apa lagi yg bisa mereka lakukan kecuali bekerja? Dan melewatkan malam2 panjang musim dingin dengan membaca? Sementara kl mrk pindah ke Indonesia? Huuuu…. Berleha2 deh, udaranya yg lembab dan panas mau gak mau mempengaruhi ketahanan kerja mereka, huhuhu…. Dan banyak pantai, banyak kegiatan2 luar ruangan.

Oke, cukup berandai-andai.


Image hosted by Photobucket.com
Hanami (Sakura Viewing) Party in Kyoto


Sekarang, bicara ttg pengaruh Jepang pada masa di mana globalisasi budaya adalah hal yg sangat umum. Produk budaya Jepang tersebar dan digandrungi bahkan sampai ke pelosok2 terpencil di Indonesia. Manga, Play Station dan gamesnya, mobil2 Jepang, kartun2 dan komik2 Jepang, barang2 elektronik Jepang, restoran2 Jepang. Adakah org yg bisa hidup tanpa produk Jepang dewasa ini? (haaa... hiperbola). Belum lagi segala macem ilmu beladiri, dan meditasi, dan filosofi2 lain yg berakar dari ribuan tahun budaya Jepang.

Kelompok2 fans Jepang di seluruh dunia yang menamakan diri mereka Japan-o-phile jumlahnya diperkirakan bahkan lebih banyak dari penduduk Jepang sendiri! Huhuhu, gak usah jauh2 nyari, sahabat gue sendiri, V, sangat tergila2 sama Jepang: fashionnya, sakuranya, sinetron2nya, komik2nya, dan obsesi hidup dia adalah mengunjungi Jepang suatu saat, hehe..


Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com


Jepang memang sangat menginspirasi. Kalau mau membahas pencapaian peradaban mereka bisa2 gue gak ngerjain tugas2 gue hari ini, hehe... Tapi, tampaknya semua kehebatan mereka itu mereka tebus dengan harga yang sangat mahal, yaitu kewarasan mereka. (asumsi gue, hehe).

Siapa yg gak tau betapa orang Jepang gila2, ada sesuatu di otaknya yg korslet. Ada syaraf yg salah tempat atau putus atau gimana lah. Mereka selalu bikin heboh dengan ide2 gila gak karu2an mereka, yg dilakukan satu dua kepala gila namun herannya didukung oleh penduduk lainnya. Masih jelas di kepala gue kejadian beberapa tahun yg lalu di mana org2 Jepang demam celana dalem bekas cewek2 utk mereka koleksi. Gue pikir itu trend sesaat aja, sampai gue baca reportase ttg mesin penjual otomatis di Jepang yg bagaikan jamur di musim hujan, dan tebak, ada mesin2 otomatis yg menjual celana dalem cewek bekas pakai! Haha… bagi yg buru2 ke kantor dan gak pernah punya waktu utk kunjungi tokonya langsung.

Lalu, ide2 gila dalam penelitian2 ilmiah mereka. Misalnya, beberapa tahun yg lalu Jepang meluncurkan produk yg laris bagai kacang goreng di antara cewek2, yaitu permen karet pembesar payudara! Idenya sederhana sih, jd ada sejenis tumbuhan yg ekstraknya jika dikonsumsi bisa meningkatkan produksi hormon cewek.

Seniman2nya juga sama gak masuk akalnya. Dan inilah laporan terakhir ttg kretivitas a la Jepang yg bikin gue sakit perut krn gak berenti2 ketawa. Herry ninggalin off line message di YM gue, rekomendasikan situs ini dan bilang bahwa ini adalah ketawa dia yg terhebat sepanjang minggu. Dan setelah gue baca, gue ngakak gak karu2an dan gue rasa gue bakal terus ketawa selama seminggu ke depan setiap kali inget ini, huahuahuahahaha…


Have fun!

Creative Commons License

Monday, May 23, 2005

waktuku berhenti berputar



semutlak keputusanmu meninggalkanku
adalah inginmu melupakanku
setegas penjelasanmu mengakhiri semua
adalah langkahmu yang menjauh

dan apa yang dapat kulakukan
kecuali menuruti semua keinginanmu?



dan sekarang bertahun-tahun kemudian,

tanyakan padaku apa arti sakit
kau akan dapati mataku hampa
tak ada lagi yang dapat melukaiku
seperti tak ada pula yang dapat
mengembalikan senyumku


dan sekarang bertahun-tahun kemudian,

semua yang ada padaku membeku
tidak beranjak dari kalimat terakhirmu.
semua yang ada padaku membeku
meninggalkan bukti kepergian kamu.

waktuku berhenti berputar...

...merekam saat bersejarah itu.
...merekam nama kamu
yang sekarang sulit untuk kukaitkan dengan kamu.


jam ku berhenti berdetak...

...menunjukkan saat terakhir itu.
...menyisakan jejak pudar tentang kamu.
yang sekarang semakin sulit kutelusuri untuk menemukan kamu.

Creative Commons License

Sunday, May 22, 2005

Suluk Tambanglaras dan Sekaratnya Bahasa Jawa



Image hosted by Photobucket.com


Suluk Tambanglaras: Bangkitnya Pengetahuan Jawa Kuno dari Mati Suri
Suluk Tambanglaras adalah judul buku (or should I say “kitab”?) terjemahan sekaligus versi ringkas dari naskah aslinya sepanjang 4000 halaman yang berjudul Serat Centhini, semacam buku pegangan orang2 Jawa yang berisi seluruh pengetahuan hidup praktis mulai dari ilmu bertani, membangun rumah, resep obat tradisional, ….., hingga pengetahuan persetubuhan. Mulai dari teori2 matematika, pengetahuan astrologi, ......, hingga sejarah perang2 besar dan legendaris di Jawa.

Ditulis dalam bahasa Jawa klasik oleh tiga pujangga dari Keraton Surakarta pada awal abad 19, buku ini, menurut Yanusa Nugraha (juga dimuat di Kompas, 2003), adalah sebuah kisah yang telah tertidur di perpustakaan selama ratusan tahun. Dan bangkit kembali berkat obsesi penyelamatan naskah tersebut yang dilakukan oleh seorang Prancis, Elisabet D. Inandiak, yang bekerja keras selama 7 tahun penuh dalam menerjemahkannya, ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis.

Buku ini selalu disebut2 dan disejajarkan dengan mahakarya lain. Buku ini terkenal dengan bermacam2 julukan. Kalau orang India punya kitab Mahabarata, maka orang Jawa punya Serat Centhini. Atau, kalau orang India punya Kama Sutra, maka orang Jawa punya Serat Centhini (karena pemaparannya ttg seks yang sangat vulgar, namun sangat filosofis). Atau, ada juga studi doktoral yang memfokuskan diri pada sinkretisme Islam dan budaya Jawa di buku ini. Atau, ada juga yang melihat buku ini sebagai paganisme a la Jawa, buku pegangan para penganut aliran kejawen. Dan “atau-atau” yang lain.

Namun bagaimanapun, buku ini yang ditulis dalam bentuk tembang (puisi? syair?) adalah buku yang disebut2 sangat indah, dalem, dan sarat dengan pengetahuan sehingga memang layak jika kita juluki dia sleeping beauty (sehubungan dengan komentar Yanusa Nugraha di atas). Walaupun gue belum baca isinya secara menyeluruh, hanya sekerat2 yg dikutip di sana sini oleh para fans nya. Tapi yang jelas, buku ini sekarang ada di posisi “wanted” nomor 1 di daftar gue.



Sekaratnya Bahasa Jawa: Nafas-nafas Terakhir di Abad Modern?
Suluk Tambanglaras, buku yang seberharga ini, diterjemahkan oleh orang Prancis. Ingatan gue langsung melayang ke peristiwa beberapa minggu yang lalu ketika Prof. Hinnenkamp tanya, apakah gue mengerti bahasa dan tulisan Jawa. Dengan sisa-sisa rasa malu yang ternyata gue masih punya, gue bilang tidak, gue bilang gue bisa ngerti orang yg bicara dalam level terendah bahasa Jawa, namun yang dia maksud tentunya hoch Javanisch (bahasa Jawa baku) dan Hanacaraka. Gue tau apa yang ada di kepalanya, “dasar anak2 zaman sekarang yg tdk menghargai warisan budaya sendiri”. Dan mungkin gue harus menjalani sisa hidup gue dengan kenyataan pahit itu… namun demikian, marilah kita sisihkan dulu fakta ini sebelum gue keburu hara-kiri karena malu…

Elisabet D. Inandiak, dalam salah satu wawancara menyebutkan bhw Serat Centhini ditulis dalam “bahasa yang telah memutuskan untuk bunuh diri”. Bahasa yang melakukan “sabordage” (= tindakan melubangi perahu secara sengaja supaya tenggelam). Dalam sejarah, bahasa Jawa bukan satu2nya yg spt ini. Dua contoh lain yg sgt terkenal akan gue certain nanti.

Bagi gue yang sangat pragmatis ini, nilai manfaat dan praktis lah yang gue perhatikan lebih dari yang lain. Sampai ketika gue SMA pun gue masih berpikir, indahnya kalau manusia di bumi ini bicara dalam satu bahasa aja, kita jd lebih mengerti satu sama lain, gak ada jarak akibat masalah teknis tsb, gak perlu belajar bahasa asing, huhuhu....

Ketika gue kuliah di Psikologi, gue mulai sadar secara afektif akan kayanya perbedaan dan membosankannya segala yang seragam. Tidak harus dari segi bahasa, namun dalam segala hal. Pribadi2 yg berbeda, isi2 kepala yg beda2, blablabla. (dan cara mengatakan selamat ulang tahun yang berbeda2? Hehe..) Dan kuliah Komunikasi Antar Budaya gak bisa lepas ujung2nya dari pembahasan pentingnya preservasi bahasa2 regional dan bahasa2 minoritas, yang sayangnya, seringkali dikesampingkan demi suatu hal yang lebih „penting“ antara lain kekuasaan, dan ironisnya, yang mengesampingkan hal ini seringkali justru para penuturnya sendiri.

Contoh klasik adalah ketika Kekaisaran Romawi mengganti bahasa Latin yang mereka pakai dengan le phénicien (apa nih? Bahasa Punisia? Jangan tanya gue). Pokoknya mereka “membarter“ bahasa mereka demi mendirikan kekaisaran yang independen. (Awal punahnya Bahasa Latin?) Mirip dengan yg terjadi berabad2 kemudian, ketika para nasionalis Jawa mulai thn 20-an, memutuskan utk menggunakan bahasa Melayu yang kala itu merupakan bahasa para pedagang yg dimengerti di seluruh kepulauan Indonesia, demi persatuan Indonesia dan segala politik2an di belakangnya (tunggu, gue gak bilang ini buruk lho).

Di US sekitar 3 abad yg lalu pun, telah terjadi suatu peristiwa yg ternyata menentukan nasib dunia ini selama2nya, huhuhu... (hasil dari mendengarkan presentasinya Adella ttg bahasa minoritas di kelas Language Policies in EU). Pada saat voting mengenai bahasa persatuan apa yg akan digunakan di US, bahasa Inggris hanya menang 1 suara dari bahasa Jerman! Dan penyebab kekalahan justru berasal dari pihak Jerman yg beranggapan „semakin cepat org Jerman ke-Amrik2-an, semakin bagus“. Kloter pertama imigran Jerman ke US memang kelompok2 yg disebabkan ini itu ingin secepatnya melupakan identitas mrk sbg org Jerman.

Sejujurnya dalam hal ini gue bersyukur sih, bayangin aja bgmn rupa dunia kl gue harus baca textbooks Psikologi dlm bhs Jerman, huhuhuhu.... Namun tentu ini tidak lucu bagi bahasa Jerman, yg skrg menurut Axel (dosen gue di Hartnackschule) adalah „bahasa yang bakal mati sesaat lagi, jadi ngapain kalian belajar bahasa Jerman?“ Hmmm... „sesaat lagi“ itu bukan besok kan? Hehe...

Matinya satu bahasa, berarti matinya satu budaya, dan seluruh pengetahuan kumulatif penuturnya. Hitung saja kerugian yg diderita dunia, jika bahasa Jawa yang sudah mulai mengenal tulisan sejak abad 9, lebih dari 1000 tahun yang lalu, punah. Dan memang bahasa Jawa sedang menuju kepunahan. Bhs Jawa termasuk salah satu bahasa yang mengalami penurunan dalam jumlah penggunaan “dengan kecepatan yang mencengangkan” (Inandiak, 2005). Penurunan dengan cara yang sangat saksama dan dalam tempo yang sesingkat2nya. Kehilangan Serat Centhini “hanya” satu kerugian di antara yang lain2. Dan bahasa Jawa “hanya” satu di antara yang lain2 di Indonesia.

JADI, bagi teman2 gue yang katanya mau jadi Presiden RI, tolong ya pos buat gue di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, huhuhuhu… Gue udah punya program nih: menghapuskan cacing (dan sejuta bull shit lainnya) dari kurikulum (hehe ini sih dendam pribadi), diganti dengan pelajaran bahasa daerah yang bisa dipilih sendiri oleh murid2, termasuk sekolah2 di Jakarta juga.

Uhhh, belum lagi kalau gue inget pengajaran bahasa di sekolah2 yg sangat menyebalkan. Hafalan hal2 abstrak yg gak penting (atau caranya yg gak pas?) Ah, sudahlah, intinya mulai hari ini gue akan mengkampanyekan bhs daerah. Asal gue gak dituduh etnosentris aja ntar, atau pemecah belah, atau bahkan separatis? ckckck….



Image hosted by Photobucket.com



Tapi dr buku yg gue baca waktu gue di Berlin dulu (bagi yg msh di Berlin, coba deh baca, ini menarik sekali, gue dulu pinjemnya di perpustakaan AGB judulnya The Death of Languages atau semacamnya lah), disebutkan fakta bhw pada zaman modern ini, puluhan bahasa punah tiap tahunnya. Dan para ahli memprediksi, akhir abad ini hanya 10% bahasa yg msh bertahan. Beberapa abad lagi, hanya 3 bhs yg masih dipakai: Cina, Inggris, dan satu lagi apa ya… lupa gue, Spanyol atau apa pokoknya gak penting gitu deh (gak penting? uuuups!) Kalau gak salah ini ada hubungannya sama penggunaan internet. 60% pengguna internet berbahasa Inggris dan peringkat kedua adalah org2 berbahasa Spanyol, tapi persentasenya jauh di bawahnya. Bahasa lain msh dimengerti, tapi gak ada lagi yg pakai, sama spt bhs Latin yg skrg msh banyak dipelajari tapi gak ada lagi yg pakai.

Nah, kl sudah ketemu prediksi2 "pesimis" begini, hmmm… memang mematahkan semangat ya. Di zaman yg serba tergesa2 spt skrg, mungkin kebutuhan bhs internasional sudah sedemikian mendesaknya, mungkin sudah lbh mendesak dibandingkan kebutuhan menjaga bahasa2 regional dan minoritas (dan nasional, suatu hari nanti akhirnya)?





PS: tadinya mau ngebahas bahasa Indonesia juga, tapi lain kali aja deh, ini aja udah kepanjangan.

PS lagi: Elvy, gue blm pernah baca Suluk Tambanglaras, hehe tapi udah bikin review. Sejujurnya ini memang kadang gue sengaja Vy, terutama buat buku2 yg mahal harganya. Biar aja temen2 gue di Indonesia baca dulu buku ini, kl mrk gak suka? gue pinjem aja buku mrk, hehehe... kl mrk suka baru gue beli ;;)

Hhhh... kl raja punya pencicip makanan, maka gue punya pencicip buku, huhuhu....

Creative Commons License

Monday, May 16, 2005

adakah kamu mengartikanku?



kehilangan ini, apakah penawarnya?

ketika diri ini mencari-cari perhatianmu
adakah berjejak bagimu selama ini sapaku,
manjaku,
usikku?

adakah kamu mengartikanku
sedalam, sehangat, seindah,
sesering aku mengartikanmu?


kamu,
kamu membunuhku
pelan-pelan tapi pasti.

kamu,
aku jatuh
dan tahu bahwa kamu
tidak akan ada di bawah sana untuk menyokongku.

Creative Commons License

Sunday, May 15, 2005

Books Review: Veronika Decides to Die, The Curious Incident of A Dog in the Night Time, dan Chick Lit - Teen Lit Series


Image hosted by Photobucket.com

Veronika Decides to Die

Pengarang novel ini, Paulo Coelho, adalah filsuf bukan "novelis biasa". Inilah mungkin satu alasan kenapa gue gak terlalu menikmati buku ini, karena gue dipaksa mengerutkan kening, hehe… Sejak dulu gue juga gak terlalu suka baca buku2nya Coelho. Buku2 dia antara lain Sang Alkemis, Sang Iblis dan Nona Pyrm, 11 Minutes. Gue pernah baca buku Sang Alkemis dulu waktu masih kuliah (emang gue lagi ngapain sekarang?). Baca sekali, nggak ngerti. Terus gue ngobrol sama orang2 di sekitar gue yang ternyata sangat memuji2 novel ini, maka gue putuskan untuk baca sekali lagi. Dengan segenap konsentrasi yang gue punya. Tetep gak ngerti. Ya sudahlah.

Waktu gue masih di Fulda (emang sekarang gue di mana?), gue pernah baca secara on line beberapa halaman pertama bab pertama dari Veronika Decides to Die di amazon.com dan gue suka. Suka dan mengerti, hehe… Terus waktu gue pegang buku itu di Jakarta, buku yang ternyata sangat susah didapatkan dan gue mesti pesen dulu, gue suka banget sama gambar sampulnya, dan kata2 di sampulnya. Tapi ternyata memang gue gak bakalan bisa menghayati apa isi kepala Coelho walaupun dibungkus dengan sampul yang menarik, hehe…

Tapi Coelho pastinya punya pembaca2 setia yang bisa mengapresiasi karya2nya dengan lebih baik daripada gue. Contohnya sahabat gue Koko (kalau buat dia gue pakai nama asli tanpa perlu repot2 mengubahnya jadi inisial aja, karena dia sudah gak peduli lagi sama dunia lain selain dunianya sendiri sekarang hehehe). Koko adalah aktivis playboy waktu kuliah dulu, junior gue, secara biologis dia 2 tahun lebih muda dari gue tapi secara psikologis dia 20 tahun lebih tua dari gue (udah gue bilang, Koko tuh gak pernah on line lagi jadi gue bisa nulis apa aja semau gue bwahahaha).

Dulu waktu kuliah gue dan Koko sering tuker2an buku. Buku2 favorit dia adalah buku2 filsafat seperti Nietzsche, Saartre, Coelho, dll. Bukan selera gue, tapi justru karena gue sama sekali gak rela mengeluarkan uang untuk beli buku2 semacam itu makanya gue pinjem aja dari dia hehehe… Waktu gue sampai Jakarta, gue hubungi dia, dan terjadilah percakapan seperti ini:

Ko, lagi baca buku apa loe sekarang?
Gue udah gak pernah baca buku apa2 lagi sekarang Mel, udah gak ada yang baru. Semua sekarang tinggal pengulangan2 hal2 yang sama dengan bahasa2 yang beda2.


Oh, oke.

Tapi begitu dia tau ada buku Coelho yang baru dan gue lagi ribut2 nyari, eh dia malah ikut nyari2 dan beli buku itu juga. Hmmm fans beratnya Coelho.

Buku ini adalah tentang Veronika yang bunuh diri karena bosan hidup. Dari apa yang gue ngerti, dia gak ada masalah apa2, cuma bosen aja. Ternyata bunuh dirinya gagal. Dia terbangun di rumah sakit jiwa dan menemukan dirinya masih hidup tapi akibat percobaan bunuh dirinya jantungnya rusak parah dan dia hanya bisa bertahan hidup selama 5 hari lagi.

Apa yang orang lakukan dan pikirkan dan rasakan jika punya waktu 5 hari lagi untuk hidup? Dan bagaimana akhir kisah Veronika? Sayangnya kalau kalian pengen tau, kalian harus baca sendiri, hehe… bukannya apa2, tapi gue sendiri gak tau, hehe… karena gue gak berhasil baca buku itu sampai habis.

Buku ini adalah tentang Veronika selama 5 hari terakhir hidupnya di rumah sakit jiwa, dan tentang teman2 sesama penghuni rumah sakit jiwa itu. Ada satu bagian di mana Veronika menyesal karena bunuh diri, dan pergolakan batinnya mengenai ini mungkin adalah bagian favorit gue sejauh yang sudah gue baca.

Sebenernya agak2 percuma juga sih gue bikin resensi tentang buku ini, masalahnya, bagi para pembaca umum, buku ini bukan jenis buku yang digemari jadi gue mau berbusa kayak apa juga gak bakalan ada yang tertarik baca. Sementara bagi para fans nya Coelho (misalnya dia), tanpa gue capek2 nulis satu kalimat pun, gue cukup bilang bahwa ada buku Coelho yang baru maka mereka semua bakal langsung berbondong2 beli. See? Tindakan percuma yang gue kerjakan ini.


Image hosted by Photobucket.com

The Curious Incident of A Dog in the Night Time

Buku ini mendapat penghargaan di negara asalnya yaitu Inggris (lupa apa nama Award nya). Inggris adalah salah satu negara yang sangat terlihat konsern dengan karya2 sastra. Setiap tahun berbagai penghargaan dianugerahkan ke penulis2 yang hadiah2nya puluhan ribu poundsterling. Dimulai dari Booker Prize yang khusus diadakan utk fiksi2 yang berasal dari negara2 bekas koloni Inggris dan yang ceritanya sangat kental budaya lokal dan yang hadiahnya 60.000 poundsterling, sampai ke lain2 misalnya penghargaan novel pertama-lah, penghargaan karya2 cerita buat anak2-lah, penghargaan fiksi, penghargaan untuk wartawan (?), dll. Hmm.. di Indonesia bgmn ya? Satu2nya penghargaan sastra tingkat nasional yang gue tau cuma Lontar (gue yang kuper atau gimana nih?) Hmm.. bagaimanapun juga, buku2 fiksi di Indonesia adalah kebutuhan luks. Masih jauh-lah jalan kita, ihiks...



Nah, mengenai buku ini. Buku ini adalah tentang seorang anak usia 15 tahun bernama Christopher yang menderita sindroma Asperger, salah satu variasi turunan dari autis. Christopher sangat cerdas secara intelektual (jenius?) dan memiliki ingatan fotografis, namun secara emosional dia sangat terbelakang. Mungkin perkembangan emosi nya anak usia 7 tahun?

Yang unik dari buku ini adalah bahwa buku ini ditulis dari sudut pandang Christopher. Jadi seakan2 anak itu sendiri lah yang bercerita. Bahasanya agak aneh (judul bukunya aja udah aneh), dan minatnya yang sangat besar terhadap matematika dan puzzle mempengaruhi keseluruhan isi buku.

Tapi selebihnya, gue gak tau apa lagi yang dijual di sini. Mungkin kalau mau menyelami lebih dalam, ini juga bisa jadi bahan pemikiran: betapa Christopher melihat segala sesuatu adalah hitam atau putih. Sementara dunia ini adalah abu2 (atau merah muda, bagi yang lagi jatuh cinta). Menimbulkan iba sih sebenernya… Ditambah lagi kemampuan otaknya yang sangat besar untuk menyerap informasi, membuat dia sangat tersiksa jika terlalu frontal dipaparkan dengan lingkungan baru karena otaknya capek mengolah informasi yang masuk. Kayak komputer gitu lah, jadi nge-hang.

Membaca buku ini membuat gue berpendapat, sangat beruntunglah Christopher dan anak2 autis yang cukup parah karena dilahirkan di Amerika, karena penanganan terhadap mereka sudah sangat khusus. Gue gak tau deh kalau dia di Indonesia, apa yang terjadi di dirinya. Di Indonesia, para psikolog sudah bisa mendiagnosa bahwa anak ini autis anak itu autis, tapi gue gak yakin bgmn penanganannya. Beberapa temen gue dari YAI sangat konsern dengan anak2 autis, mungkin kalian yang bisa jawab?

Jadi intinya apa nih Mel? Gak tau juga gue. Yah... dari skala 1 sampai 10, buku ini nilainya 7 lah... kalau Life of Pi dan The Little Prince, dan judul2 lain yang ada di daftar favorite books gue di Friendster itu nilainya 9. Terus yang nilainya 10? Ya blog gue lah, aduh kasian deh kalian mesti baca kalimat ini, hihihi... sori sori... maksud gue, buku2 yang nilainya 10 itu adalah novel2 gue yang belum gue tulis *tetep* oke, serius, yang nilainya 10 itu bagi gue adalah komik2 Asterix dan Obelix, komik2 Tintin, dan komik2 lucu semacamnya, bacaan2 yg sangat universal dan tidak lekang oleh waktu, tidak mengenal usia dan SARA, yang sangat menghibur... (termasuk di dalamnya dogeng anak2, hmm.. ini sih alasan sentimentil kali ya).


Image hosted by Photobucket.com

Chick Lit Series

Apa yang harus gue bilang tentang serial ini? Bahwa gue gak suka?

Boong banget!

Siapapun yang mengikuti blog gue sekaligus pembaca setia Chick Lit series bakal tau, bahwa gaya tulisan gue sangat terpengaruh sama buku2 itu... walaupun gue baru baca 3 diantaranya, yaitu The Nanny Diaries, Confession of A Shopaholic, dan The Devil Wears Prada. Dan oh ya, gue juga udah nonton Bridget Jones Diary I dan II yang juga diadaptasi dari serial ini.

Chick Lit alias 'bacaan cewek' merupakan fiksi2 dengan berbagai tema kehidupan cewek2 antara usia awal 20-an sampai awal 30-an. Mulai dari cewek2 tingkat akhir kuliah, cewek2 baru mulai kerja, sampai cewek2 awal 30-an yang masih lajang. Tema2 seperti apa? Misalnya: tentang kerja sampingan mahasiswa yang stress kuliahnya diperparah dengan stress menghadapi majikan2nya (The Nanny Diaries), atau tentang pekerjaan yang "jutaan gadis rela mati demi mendapatkannya" namun bos ceweknya itu lebih kejam daripada Cruella di film 1001 Dalmatians (The Devil Wears Prada), atau ttg cewek gila belanja yang besar pasak daripada tiang dan jadi buronan bank gara2 tagihan kartu kreditnya gak dibayar2 tapi karena stress pelariannya malah makin banyak belanja (Confession of A Shopaholic), atau ttg perempuan awal 30-an yang masih lajang dan selalu sial dalam kerja dan cinta (Bridget Jones Diary).

Gaya tulisan buku2 itu... seakan2 ditulis oleh orang yang sama.. padahal penulisnya beda2. Menggunakan majas hiperbola dan satir. Nadanya sarkastis. Sangat mendramatisasi keadaan. Hhhh... gue banget. Mungkin sebaiknya gue jual aja diary gue kali yak... Huaahahaha... siap2 aja deh, bagi kalian yang pernah punya skandal sama gue... Huhuhuhu enggak deh boong, gue gak punya diary. Bukankah ada pepatah yang bilang "only good girls keep diaries"? hmm... blog itu termasuk diary gak ya?

Buku ini membidik pangsa cewek2 dengan kisaran usia seperti yang udah gue sebutin di atas, yang tinggal di kota2 besar dan berpendidikan. Buku ini turut menyebarkan budaya pop atau budaya urban (atau apalah yang disebut2 sama para budayawan itu).

Di antara sedikit buku Chick Lit yang sudah gue baca, favorit gue adalah The Nanny Diaries. Gue baca buku ini 2 tahun yang lalu dan belum gue baca ulang, jadi mungkin aja selera gue udah berubah, tapi seinget gue sih gue sangat menikmati baca buku ini.

Kesuksesan serial ini tentu tidak lepas dari pengamatan pelaku bisnis buku di Indonesia. Waktu gue ke Jakarta setelah 1,5 tahun gak muncul di sana, sangat mencolok mata gue hadirnya serial buku dengan konsep mirip serial Chick Lit, yaitu serial Teen Lit. Yang terakhir ini, sesuai namanya, diperuntukkan bagi anak2 ABG dan ditulis oleh penulis2 ABG Indonesia. Tema2nya pun tema2 ABG. Desain sampulnya warna warni dan sangat menarik.

Tapi sayangnya gue sama sekali gak tertarik. Sori ya anak2 ABG yang baca ini, bukannya apa2, tapi gue males aja baca2 kehidupan kalian yang sudah lewat bagi gue. Udah basi dan gak mau gue inget2. Gak enak tau jadi ABG itu... Tapi kalau ada di antara kalian yang baca Teen Lit, gue mau kok dengerin komentar kalian ttg buku2 itu. Yang gue tau sih, ada salah satu penulis buku Teen Lit yang juga nge-blog. Jadi daripada blog gue dibombardir sama komentar2 dari para fans Teen Lit, mendingan gue berhenti sekarang.


Haaa... becanda lah, ngapain juga marah ya gak? Sejujurnya, positif juga lah karena adanya serial ini akan menstimulasi kalian para penulis muda untuk mulai berkarya sedini mungkin. Dan dengan adanya blog gue yang mencela2 tema kalian, kalian justru bakal belajar bagaimana sabar dan cuek menghadapi celaan... bwahahaha....



sampul2 buku yang gue taruh di sini bukan sampul2 edisi Indonesia. Dan ternyata setiap edisi bahasa, buku2 ini punya sampul yang beda2.

Creative Commons License

Saturday, May 14, 2005

Hanya Seratus Kata

-Aku Menunggu Telponnya-


Dia minta nomor telponku malam itu, bilang akan telpon. Aku melambung hingga ke langit ketujuh.

Tiga hari aku tidak beranjak dari sebelah telpon. Setiap telpon masuk, kuangkat tanpa menunggu deringan kedua. Setelah kutau itu bukan dia, seribu dusta kulancarkan demi mengakhiri pembicaraan. Aku takut dia mendapati nada sibuk di telponku.

Sudah ribuan kali kuyakinkan telponku tidak rusak, bahwa volume deringnya terdengar. Bahwa aku tidak salah kasih nomor.

Tapi tetap tak ada telpon darinya.

Hari ini aku mulai bingung. Suara klakson mobil di kejauhan kukira dering telpon. Suara mesin cuci terdengar seperti deringan telpon. Dalam keheningan total pun, kukira telpon berdering...









Lewat internet gue menemukan gak ada abisnya mainan2 baru. Ketika gue lagi males abis ngeliat blog gue, bosen, enek, males males males, eh ada yg rekomendasikan 2 situs blog menarik milik orang2 Indonesia, yaitu one hundred words, dan cerita seratus kata.

Di sini, para kontributor bercerita. Tentang apa saja dalam bentuk apa saja. Bisa puisi, prosa, cerita, dll, pokoknya aturannya cuma: harus terdiri dari 100 kata, tidak boleh lebih tidak boleh kurang dan harus ada ceritanya.

Gue gak tau sejarahnya apa. Inspirasinya dari mana. Gue temukan ini sangat orisinal dan kreatif. Dulu waktu SMA gue pernah denger yang semacam ini, yaitu puisi2 Jepang berbentuk Haiku yang sangat singkat, elo cuma nulis 10-15 kata di satu puisi. Haiku ini punya sejarah yg snagat panjang di budaya Jepang. Dewasa ini yang disebut Haiku adalah, syair yang terdiri dari 17 suku kata, terbagi dalam 3 bait yang masing-masing terdiri dari 5-7-5 suku kata.

Balik ke masalah cerita 100 kata. Gue udah coba nulis cerita gue, yang judulnya aku menunggu teleponnya tentang cewek dengan gejala2 menuju delusinasi, atau tentang cowok2 yang selalu bilang mau nelpon tapi gak nelpon, huhuhuhu it happens so often... atau tentang apalah terserah kalian memandangnya. gue lampirkan cerita itu di atas sebagai pembukaan posting ini. Gue cuma mau sharing bhw. proses menulisnya bener2 fun bagi gue.

Dengan hanya 100 kata yang diperbolehkan, kita jadi sangat selektif dan hati2 dan memperhatikan kata demi kata yg kita pakai supaya efisien dan efektif. Jadi sangat perhitungan lah. Awalnya gue ketik apa yang mau gue bilang. Tentu tidak pas 100 kata pada sekali coba. Gue mesti potong sana potong sini, tambal sulam gak karu2an. Pertama kalinya gue dapatkan tepat 100 kata, gue puasnya luar biasa, walaupun cerita gue jadi agak maksa gitu, yah… yang penting udah 100 kata pas. Setelah itu baru deh proses edit di mana gue mulai mikirin isi tulisan itu, bukan cuma jumlah kata di tulisan itu. Hmm.. sekali lagi tambal sulam di sana sini. Hasil yg gue dapat? Huhuhuhu dari segi cara bertutur, sangat jauh dari niat awal bercerita huhuhuhu … dari segi isi pun, gue harus banyak berbesar hati dan merelakan kalimat2 favorit gue untuk disisihkan, demi menjaga jumlah kata. tapi secara umum, gue pikir ini asik, gue bener2 suka.

Kesenangan lain dari 100 kata ini, sehubungan dengan keharusan untuk bercerita dengan singkat, kadang banyak hal yg sebaiknya diuraikan namun tidak. Dengan demikian, kalau kalian baca cerita2 100 kata, maka kalian dihadapkan pada kemungkinan interpretasi yang sangat luas. Pertanyaan2 khas 4W 1H (what, who, where, why, how) dalam suatu cerita tidak sempat secara mendalam dibahas, atau bahkan tidak dibahas sama sekali. Banyak kekosongan dan kesenjangan dalam cerita untuk dieksplorasi sendiri2 dalam kepala masing2. Interpretasi diserahkan pada para pembaca.

Juga karena paksaan bercerita dengan singkat, seringkali ada jurang yang lebar antara pembukaan-dan-isi dengan penutupan. Atau bahkan pada beberapa cerita hanya ada pembukaan dan penutupan? Isi diserahkan pada pembaca utk berimajinasi? Namun yang jelas jurang ini menciptakan efek tertentu. Efek tertentu yang kita temukan hampir di setiap cerita 100 kata. Gue sebut ini efek penutupan cerita. Dalam bait atau kalimat atau kata terakhir di cerita itu, seakan2 ada efek meledak, klimaks. Gue bisa merinding abis, tersentuh, kaget, jijik, marah, kasihan, ketawa2, dll setelah baca kata2 terakhir.

Mungkin struktur yang seperti itu tidak secara sengaja dibuat. Mereka bikinnya gak sadar atau “terpaksa” aja. Karena mereka harus bisa membangkitkan emosi pembaca dengan hanya seratus kata, maka apalagi yg bisa diperbuat selain menembakkan peluru2 terakhir sebelum titik habis?

Hhhh… gue lagi ada mainan baru, ayo teman2, mainlah bersama gue, huhuhuhu….

Creative Commons License

Wednesday, May 11, 2005

Potongan-potongan Cerita Ringan


E-mail dari teman...

Assalamu 'alaikum, Selamat Siang ....
Bapak, Ibu, Kakak, Adik, teman, apa kabar?

Setelah sebulan tidak ketemu Depok ternyata Depok dengan segala ke-Depok-annya bisa bikin kagen yah. Ternyata kangen pun harus produktif. Dari pada tetap nggak bisa tidur, bengong, melihat cicak di langit-langit kamar yang ngeledek (Sumpah, kalau lagi kayak gini kayaknya cicak aja ngeledek. Bayangin cicak aja punya teman untuk kejar-kejaran dengan ceria tralala, di sini saya sendirian ajah) lebih baik membuat oleh-oleh cerita untuk “Orang-orang Depok.” Ceritanya yang ringan-ringan sajalah karena Nanggroe ini sudah full derita bencana. Menulisnya sambil mengenang anda-anda karena bukankah setiap kenangan adalah sebentuk perjumpaan?



Mundzir, tapi bukan orang Aceh

Beruntung juga punya nama Mundzir di Aceh. Mundzir adalah nama cukup identik dipakai oleh orang Aceh seperti Susilo yang identik dengan orang Jawa. Karena nama “Mundzir” dan saya relawan Puskris yang paling suka jalan-jalan ke Aceh maka dulu ada dosen yang bertanya saya Aceh-nya di mana. Dosen UI sih masih wajar, suatu ketika dosen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe berbicara dengan saya dengan Bahasa Aceh. Saya tidak paham Bahasa Aceh jadi tidak sadar kalau dia sedang bicara dengan saya dan saya diam saja. Dia kemudian bertanya, “Dzir, kamu Pidie-nya di mana?” Saya jawab, saya orang Jawa. Baru dia sadar kalau dari tadi saya tidak tahu kalau dia ajak bicara. Wajah saya pun konon ada mirip-miripnya dengan orang Aceh. Jadi nama sudah identik, tanda tangan saya pakai tulisan arab jadi kalau kirim surat lebih dikira orang Aceh lagi, wajah ada miripnya, tapi ada satu hal yang membuat saya tidak dapat terus-terusan mengecoh orang, kalau saya bicara, orang segera tahu kalau saya kebanyakan makan tempe waktu kecil.

Senangnya lagi, Aceh adalah tempat dimana orang bisa melafalkan nama saya dengan benar. Beragam sekali cara orang memanggil saya: Munzir, Munjir, Munsir, Munsier, Munir (kalau sekarang ada istilah di-Munir-kan, semoga tidak akan ada istilah di-Mundzir-kan hehe) bahkan dalam dokumen-dokumen resmi nama saya ditulis dengan Ibnu Mundir, dulu waktu masih kerja di LSM Katolik saya malah dipanggil Mujri. Ayah saya pun TIDAK PERNAH melafalkan nama saya dengan benar. Coba yang benar bagaimana?

Aceh juga menjadi tempat dimana saya harus lebih merenungkan nama saya. Konon nama adalah doa. Dalam sebuah khotbah Jumat di Lhokseumawe pasca tsunami, khotib membahas musibah yang terjadi di Aceh dengan sebuah ayat yang ia tafsirkan sepanjang khotbah itu:

Wa maa ahlaknaa qoryatan illa wa lahaa mundzirun
Dan tidaklah kami hancurkan suatu negri kecuali telah kami utus pada mereka seorang mundzir (pemberi peringatan)


Hmm, meskipun secara ma’nawiyah saya belum bisa menjadi seseorang yang dapat memberi peringatan pada orang lain sehubungan dengan gilanya kelakuan saya, setidaknya secara harfiah Mundzir yang satu ini dapat hadir di negri-negri yang telah dihancurkan untuk menjadi orang yang terus diingatkan ….



Usia muka dan duka yang dalam
Beberapa hari yang lalu, dosen, suhu senior di Pusat Krisis, Dr. Sukiat meninggal dunia. Kami dulu pernah jalan-jalan bareng ke Poso dan Banda Aceh beberapa hari setelah tsunami. Kesediaan beliau untuk berangkat ke mana saja membuat kami selalu memiliki stok relawan handal. Kesederhanaan beliau untuk menerima akomodasi se-adanya dalam situasi emergency, beratap seribu bintang, membuat memudahkan kami. Kemampuan beliau berimprovisasi membuat saya merasa aman ketika harus pergi menghadapi situasi yang tidak pasti. Kemurahhatian dalam membagi ilmu membuat kami tertantang untuk belajar banyak. Humor beliau yang segar mengalir membuat suasana menjadi akrab.

Jadi ingat ledekan-ledekan terakhir beliau pada saya. Saya lahir tahun 1981. Karenanya, saya sering dibilang “m asih muda” dibanding teman-teman seperjalanan. Saya selalu jawab, di psikologi itu ada dua usia: usia kronologis yang dihitung dari jumlah satuan waktu yang telah dihabiskan seseorang di dunia ini dan usia mental (gimana njelasinnya yah? Saya dulu ngulang pas kuliah ini!). “Usia kronologis boleh kalah, tapi usia mental belum tentu”, ujarku. Beliau kemudian menanggapi, “Tapi sekarang di psikologi ditemukan usia ketiga, UMu, usia muka. Coba kalian lihat, saya beberapa hari lagi akan pensiun, dia masih baru lulus kuliah, tapi wajah dia kelihatan lebih tua dari wajah saya!”


Ada sesuatu yang terasa kosong ketika beliau pergi….



Satu toko kok isinya barang abal-abal
Dahulu ada sebuah tulisan di Kompas yang membahas pernyataan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) bahwa masalah terbesar yang tersebar (rima katanya enak juga yah) di Aceh adalah korupsi yang dilakukan secara kaafah (sempurna) dan berjamaah (bersama-sama). Kalimat itu sering terbayang di benak saya di sini. Tidak perlu lah bicara tentang pemerintah daerah dengan sang mantan gubernur sebagai sampelnya atau militer yang kadang diledek datang ke Aceh dengan M16 dan pulang dari Aceh dengan 16 M(ilyar), sektor swastanya saja deh. Beberapa kali, tanpa saya minta, saya ditawari kwitansi yang berbeda dengan jumlah yang saya bayar. Kalau besar seperti, pernah, lebih dua puluh juta ya saya tolak tapi kalau kecil seperti bayar fotokopi Rp 2400 dan diberi kwitansi Rp 4200 ya saya diam saja, malas ngurusnya paling-paling kalau sudah sampai Depok cerita sama bagi an keuangan kalau kwitansinya salah sedikiiiit.

Contoh “korupsi” bentuk lain adalah warung dekat kami ternyata punya harga yang fluktuatif, kadang seribu, kadang seribu lima ratus, yang paling aneh empat ribu tiga gelas. Mentang-mentang kami orang baru di sini. Contoh lain, kami belanja barang kebutuhan rumah seperti kipas angin rakitan, lemari baju rakitan, kabel gulung, setrika listrik, dan jam dinding di sebuah toko. Barang –barang itu memang tidak bermerek sih meski harganya semahal barang dengan merek yang familiar di Jakarta. Eh pas dirakit, ada bagian kipas yang nggak pas, lemari juga karena rangkanya lebih panjang dari pada covernya (itu lho bertutup lemari plastik dengan rangka besi), jam dinding baru dua hari nggak bisa jalan dengan normal, pisau tidak tajam, setrika listrik tidak bisa panas, parahnya lagi kabel gulung ternyata gampang putus dan bikin sekring listrik di rumah juga putus L Kok ada yah, satu toko jualan barang abal-abal semua? Makanya ketika kami butuh kompor gas, kami kapok belanja di sini dan lebih memilih untuk minta kiriman dari Jakarta.

Eh, bukan berarti gak ada orang jujur di sini yah? Ada, banyak malah! Contohnya suatu sore kami beli bakso (jangankan bakso, disini pun ada KFC yang kepanjangannya memang Kentucky Friend Chicken asli!). Seorang teman tidak suka mi kuning jadi dia minta agar tidak diberi mi kuning. Sang penjual tetap bersikeras untuk memberi mi kuning karena katanya, “ Ini sudah hak Kakak!”



Menjadi raja minyak di era pasca petrodollar
Lhoksumawe dahulu disebut sebagai daerah petrodollar karena kaya dengan minyak dan gas alam. Dalam perjalanan dari bandara ke Kota Lhokseumawe, anda akan melewati perusahaan atau kompleks perumahan mewah para pekerja Pertamina, Mobil Oil, Pupuk Iskandar Muda (PIM), Asean Aceh Fertilizer, pabrik industri aromatik dan sebagainya. Sedikit cerita serius, sayangnya, kekayaan alam tersebut tidak menghadirkan kesejahteraan bagi mayoritas penduduk setempat. Beberapa tahun lalu Aceh merupakan salah satu propinsi penghasil devisa terbesar, tetapi ia juga merupakan propinsi dengan tingkat kesejahteraan nomor dua dari bawah. Propinsi dengan tingkat kesejahteraan terburuk adalah Papua yang juga kaya dengan bahan tambang dan mineral.

Kesenjangan ekonomi adalah salah satu penyebab utama diproklamirkannya Aceh Merdeka (AM) oleh Hassan Tiro pada 4 Desember 1976. AM kemudian lebih dikenal dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam Bahasa Indonesia atau Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF) dalam Bahasa Inggris. Faktor ekonomi yang melatarbelakangi kemunculan GAM tentu saja merupakan hal yang berbeda dengan tuntutan penerapan syariat Islam yang mendorong Daud Bereueuh memproklamirkan DI/TII pada tahun 1959. Perang konon memiliki seribu nyawa. Motif ekonomi kemudian bergabung dengan motif dendam korban perlakuan militer yang buruk selama penetapan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) pada 1989-1998. Perubahan motif ini menunjukkan korban dapat menjadi pelaku pada kemudian hari.

Kembali ke cerita main-main, meskipun saat ini cadangan minyak bumi dan gas di Aceh hampir habis hingga perusahaan yang berbahan bakar gas di sini seperti PIM, AAF atau Kertas Kraft Aceh mulai tutup karena kekurangan pasokan gas tapi saya masih bisa merasakan pengalaman jadi raja minyak di Lhokseumawe. Penyebabnya sederhana saja, di sini saya tinggal dan bekerja bersama dengan empat sarjana psikologi dan psikolog perempuan. Kalau sedang makan malam, saya sering bercanda dengan teman-teman itu, “Wah, orang-orang itu pasti melihat saya dengan iri ya soalnya bisa selalu bersama kalian.” Akan tetapi, ternyata mengasuh “harem” tidak gampang, apalagi kalau lagi menemani mereka belanja, wah orang sesabar saya (ehm, ehm) pun bisa tumbuh tanduknya.



Laugh is the best medicine
Salah satu tempat paling menakutkan di Aceh buat salah satu anggota tim kami ternyata kamar mandi di kontarakan karena ketika kami datang di rumah ini ada banyak kecoa yang bagi orang tertentu lebih menakutkan dari GAM. Salah satu tugas saya sebagai kepala rumah tangga adalah membunuh kecoa-kecoa itu di malam hari. Selain kecoa, di sini pun banyak nyamuk, panas sekali, dan di belakang rumah ada sekitar sembilan anjing yang kalau malam melolong-lolong. Akhirnya kami pun menamai rumah ini dengan rumoh ye yang berarti rumah yang menakutkan untuk ditinggali. Sebagai orang luar yang memberanikan diri nongkrong dan jalan-jalan di sini selama tiga bulan kami mengibaratkan kegiatan ini dengan acara tv Fear Factor. Tapi kata factor tidak diucapkan dengan fekter karena oran g Aceh itu sama dengan orang Bali dalam mengucapkan huruf “t” menjadi “th”, fekther. Bedanya kalau di Bali “th”-nya thuris di sini “th”-nya “theroris”. Alhamdulillah, kami dikarunia rasa humor.



Awal hari yang paling indah
Dahulu saya sering ditanya apa tidak takut jalan-jalan ke daerah (pasca) perang. Sejujurnya, dulu perbendaharaan kata “takut” pun tidak ada dalam kamus mental saya. Setelah mengalami dikokangi senapan di Aceh saat darurat militer saya baru sadar bahwa berani itu tidak berarti tanpa rasa takut, tapi berani adalah kemampuan menaklukkan rasa takut kita. SAYA, SEMAKIN TUA, SEMAKIN SERING KE DAERAH (PASCA) KONFLIK/BENCANA, SEMAKIN SERING MERASA TAKUT KETIKA AKAN PERGI. Ada dua hal yang membuat saya tetap “berani”: saya yakin insyaAllah niat saya baik dan saya yakin ada banyak teman-teman yang mendoakan saya. Karenanya, awal hari terindah saya di sini adalah terbangun karena bunyi sms berisi doa yang teguhkan semangat. Di sini subuh jam 05.15, jadi kapan giliranmu membuat bangunku menjadi awal hari yang paling indah?



Hari gini nyanyi lagu lama ….
Sekian dulu e-mail ringan ini, nanti kalau sempat saya tulis e-mail yang serius lah. Maunya sih seperti dalam lagu-lagu lama itu, saya berjanji untuk berkirim surat setiap pekan, tapi saya yakin tidak dapat menepatinya. So, hari gini nyanyi lagu lama…. Kirim-kirim kabar ke saya ya?




Kabar terpenting dari sebuah e-mail bukanlah pesan yang tersurat pada layar monitor tapi perasaan yang tersirat di lubuk hati pengirim bahwa berinteraksi dengan penerima tetap memberikan kesenangan baginya. Untuk itulah e-mail ini terkirim.



Dear Mundzir (untunglah ini imel jd saya gak perlu khawatir dengan pelafalan yg benar bgmn),

imel km ini sangat menggugah, saya mau minta izin utk taruh di blog saya ya ... sebenernya saya akan kirim sms satu jam lagi (kalau sekarang masih terlalu awal), sekalian untuk mengawali harimu dengan indah (huhuuyyy), tapi takutnya smsnya ga nyampe atau ada perubahan nomor hp dan semacamnya, jd tetep saya kirim imel juga.

tetap semangat ya Mundzir, doakan saya cepat selesai dengan urusan di sini sehingga bisa bergabung dengan kalian. Kalau baca imel2 dari temen2 psikologi yang sekarang sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia, rasanya saya suka gak sabar karena hanya duduk di sini dan tidak melakukan apa2 :((

Creative Commons License

Tuesday, May 10, 2005

aku juga perempuan


dia yang merajai pikiranmu
dia yang rapuh bagai kristal bohemia
dia yang ingin kau lindungi habis-habisan
kamu serahkan seluruh hidupmu untuknya

aku yang datang belakangan
aku yang lentur bagai batang bambu
aku yang kau jaga demi menyemangatimu
kamu lewati badai demi badai berkat sokonganku

berhentilah beranggapan luka dan perih tabu
hinggap dalam langkahku.



aku akan menikmati bagianku*


tanpa perlu kau ceritakan padaku kerlingnya
tanpa perlu kau gambarkan padaku binarnya
tanpa perlu kau hidupkan padaku gelayutnya

Image hosted by Photobucket.com



*pinjam kalimat Alam berdasarkan penuturan Tanti, Bakoel Koffie Cikini, 7 Maret 2005, 18.00-22.00

Creative Commons License

Monday, May 09, 2005

Europe A La Carte


Ada hal menarik yang barusan gue kerjain. Jadi ceritanya gue lagi browsing tanpa arah ketika gue tiba2 terdampar di satu kuis on line ttg Who Is Your Inner European?

Jadi di sini ada 6 pertanyaan ttg gaya hidup dan setelah kalian jawab, hasil kuis akan keluar. Pertama kali ngerjain kuis ini dengan jujur sesuai dengan kata hati gue yang paling dalam, gue dapat hasil sebagai berikut:






Your Inner European is French!









Smart and sophisticated.

You have the best of everything - at least, *you* think so.




Hmm.. dan berhubung katanya gue ini smart dan sophisticated (hekekeke, catet!) maka gue ngerjain kuis itu sekali lagi, dengan keyakinan gue bisa dapat hasil akhir Jerman. Gue isi lah semua pertanyaan dengan stereotipe2 ttg Jerman yang gue tau... huhuhuhu.... dan ternyata hasilnya bukan Jerman melainkan Irish.

Wah... gue penasaran dong... ego gue tertantang... terinjak2 dan terhina... (ini sih udah super duper hiperbola, kenyataannya sih, hal yg kemudian gue lakukan cuma membuktikan gue lagi gak ada kerjaan aja), terus gue kerjain sekali lagi deh kuis itu. Dengan kombinasi jawaban yang beda lagi, dengan waktu untuk berpikir yang lebih lama lagi. Dan hasil akhir yang gue dapet? Sekali lagi Irish! Waks! Bagaimana ini teman2? Bagaimana gue bisa pulang kembali ke Jakarta setelah bertahun2 di Jerman kalau gue ternyata gak bisa menjawab enam pertanyaan sederhana dengan jawaban orang Jerman???

Ya ya ya gue tau ini adalah kuis iseng tak bertanggung jawab yang secara ilmiah nggak jelas validitas dan reliabilitas nya, tapi kalau kalian berhasil memecahkan misteri terbesar gue malam ini, kalau kalian berhasil mendapatkan kombinasi jawaban yang hasil akhirnya adalah Jerman (pastinya ada beberapa kombinasi kan), gue mau donggg dikasih tau, hehe... karena gue sendiri udah bosen ngeliat pertanyaan2 itu lagi huhuhuhu...

Tapi gue masih penasaran sampai2 gue bertanya demikian pada diri sendiri untuk meyakinkan diri gue sendiri: Apakah Jerman terletak di Eropa? Jangan2 gue selama ini salah sangka. Jangan2 Jerman tuh sama sekali bukan di Eropa! Mau sampai ngelotok juga gue kerjain kuis itu gue gak bakal dapat jawaban Jerman, huakakakaka....





PS: gue juga udah coba utk berpikir a la orang2 Italy, menjawab kuis itu, dan dalam sekali coba gue langsung dapat hasil Italy! Hah!

PS lagi: The ideas that led to the European Union were first put forward on 9 May 1950 in a speech by Robert Schuman (French Foreign Minister). So 9 May is celebrated each year as Europe Day. -European Communities, 2003.

Creative Commons License

Sunday, May 08, 2005

Perempuan-perempuan yang Tertindas


Semua ini berawal dari gossip.

adella: mel?? loe dimana?
lg sibuk baca2 bahan utk mg dpn ya?
hati ama otak gw berkata tidak neehh.. pdhal gw dah siapin bahannya dimeja, ditambah cemilan2 sisa kemaren, minuman seger, biar tambah menari, tapi..
cemilan abis, minuman ludes, bahan tetep blm dibaca


Setengah jam kemudian…
adella: amalia..
kamu dimana?

gue: halo say, sori gue lagi ngobrol sama Shinta tadi
sekarang dia lagi mandi
adella: masih di sana dia? sampai kapan?
gue: mau naik kereta malem katanya
adella: oh.. elo udah baca komentar2 gue di blog loe?
gue: belum, hari ini belum buka blog. eh, kok loe malah baca2 blog sih bukannya baca apaan kek gitu yang harus elo baca hari ini?
adella: lah… elo kok malah ngegossip bukannya baca bahan buat minggu depan?
gue: yah.. kan masih ada besok hehehe
adella: yang punya waktu besok kan bukan elo doang mel
gue juga besok ajah...


Dan begitulah, sepuluh menit kemudian, ibu Adella sudah muncul di rumah gue untuk bergabung dalam acara gossip-fest gue dan Shinta yang sudah dimulai sejak semalem huhuhuhu...

Dua Ibu ini gak pernah bosan2nya meng-upgrade gue ttg gossip selebritis. Ngobrol sama mereka serasa hadir secara live di acara2 infotainment, malah lebih asik sih menurut gue, soalnya tanpa sensor, dan lengkap dengan komentar2 sinis dan sadis, huhuhu…

Kalau gue kepergok lagi di depan komputer tanpa kerjaan yg jelas, pastinya si Adella langsung membombardir gue dgn berita2 dan link2 gossip ttg sriting (ini istilah dia untuk bilang selebritis gak penting).

Sementara Shinta? Kecepatan dia baca situs gossip luar biasa lah. Pokoknya gak asik kl baca gossip bareng sama dia. Sementara sambil baca gue masih menggali2 ingatan gue, ini Sophia Latjuba siapa ya? Skandal apa ya yg baru2 ini dia kerjakan? Kayaknya gue pernah denger deh…Eh, Shinta mah udah udah selesai baca semuanya dan lagi siap2 mau mengulas berita itu panjang lebar. Mengulas, kalau dia lagi sama Adella. Dan menjawab pertanyaan2 yang muncul dari gue, kl dia lg sama gue. Ya iyalah, ngapalin dativ dan akusativ aja lupa2 mulu ya gue, apalagi sriting2 ini, huhuhu...

Nah, beberapa minggu yg lalu, ada acara girl talk seharian di rumah gue setelah semaleman barbeque-an di acara ulang tahunnya Memey. Hari itu kita ngobrolin segala macem, mulai dari tentang anak sampai ke sriting. Tapi dari sekian banyaknya topik, hari ini terpaksa gue cuma pilih satu topik aja, mengingat keterbatasan waktu, topik2 lain nyusul aja di sana sini di posting2 gue berikutnya.

Jadi begini, (flashback bentar)….
Sempat ada salah satu temen gue yang kirim imel ke gue mengomentari salah satu posting gue (gue lupa posting yang mana). Pesannya singkat aja, dia bilang: Mel, coba deh elo baca gossip tentang Hughes dan Alvin. Titik.

Gue gitu looo… orang yg paling ketinggalan berita di seluruh dunia, disuruh nyari gossip selebritis? Hmm… ke mana ya? Tiba2 gue inget sctv.co.id. dan gue buka lah situs itu, mulai dari Bibir Plus, O-tis-Ta, Halo Selebriti, Hot Shot. Hmm… kok gak ada ya ttg H dan A? Gue masukkan kata kunci di search engine nya sctv. Banyak sih yg muncul, tapi kok kayaknya gak ada ttg yg kira2 dimaksud temen gue.

Terus gue inget deh sama survival tool gue di sini, yaitu Google. Gue google-lah nama mereka, tapi hasil yg gue dapet malah semakin luas gak karuan. Aduh aduh lain kali kl mau nyuruh gue baca gossip selebritis plis ya kasih gue link nya sekalian jd gue tinggal baca. Hehe.. Sebenernya info yg berhasil gue kumpulkan gak kosong sama sekali sih, gue berhasil tau kl mereka lagi proses cerai gara2 kekasaran A. Tapi so what gitu, setiap hari juga ada pasangan yg cerai… apa hubungannya sama posting gue?

Berhari2 kemudian barulah Shinta nginep di rumah gue. Nah, aji mumpung, gue tanggap lah dia. Gue tanya, Shin, ada apa sih sama Hughes dan Alvin?

Shinta, semangat 45, selama 45 menit berikutnya: [blablabla]

Gue simpulkan: jadi ceritanya H dan A tuh lagi proses cerai, gara2 H udah gak tahan lagi sama kelakuan A yg kayak orang gila. H selama ini udah nutup2in dan berusaha sabar tapi A makin menjadi2. H udah dipekerjakan abis2an tanpa ada akses ke penghasilannya sendiri bahkan pernah sampai keguguran tak terurus gara2… mmm… gara2 apa ya Shin? Tuh kan gue lupa lagi.

Ketika Adella datang, kita masih ngobrol sisa2 ttg H dan A, bagaikan gayung bersambut, Adella lgs cerita ttg kenalan2 perempuannya yg dapat penindasan bervariasi dari cowok2 terdekat mereka.

Gue simpulkan:

Cerita pertama…
jadi ada satu cewek A yg pacaran sama cowok B. A ini sudah abis2an sama cowok ini, baik dari segi finansial (maksudnya diporotin dan sampe ngutang2 sana sini), dari segi mental (maksudnya direndahkan dan semacamnyalah), dari segi sosial (sampai terganggu hubungannya sama temen2nya), dll. B ini bener2 sakit jiwa dalam arti harfiah. Kalau dia udah cemburu sama temen2 cowoknya A, dia bakal serta merta ngejar temennya A sampe muter2 rumah utk digamparin. A sering tiba2 tengah malem nelpon temen2nya sambil nangis2 kl tiba2 lagi ada masalah sama B, misal: kalau B ngusir A dari rumah (padahal itu rumahnya A gitu loooo). Aduh aduh gue nulis cerita ini sampe gebuk2 keyboard komputer saking betenya. Hhhhh tenang, mel, tenang…

Cerita kedua…
Ini tentang cewek C yang (akhirnya) nikah sama cowok D. Sebelum nikah, D sudah menunjukkan tanda2 bahwa otaknya ada di ujung kuku kelingking kaki kirinya (bayangin dulu gih). D sangat pelit dan perhitungan gak karu2an sama C. Dia lebih seneng jalan kaki selama 1.5 jam drpd beli karcis buat mereka (keuangan memang dari pihak D sih… tapi plis deh). Sementara kl ada temen2 yg lain, D bakal bayarin karcis buat semuanya, bukan cuma buat mereka berdua. Pertama, pelit patologis (bedakan dengan hemat). Kedua, D itu suka sama sahabatnya C yaitu E. Tapi E yg waras tentu gak nanggepin kan? Nah, karena tak ditanggapi, D suka marah2 gak jelas gitu deh. Lempar2 pisau, tiba2 cabut padahal lagi ngumpul2, terus C dilarang ketemuan lagi sama E. Ketiga, dia itu sangat norak, cengeng, anak mami, aduh apa lagi ya Del… gue udah keabisan kata2 nih… Setelah nikah? Uuuhhh jangan tanya... karena gue gak tau, huhuhu... yah kira2 aja lah...

Interpretasi: Teman2, inilah yang gue sebut Perempuan-perempuan yang Tertindas.

Mereka tertindas karena:
Pertama, karena mereka goblok.
Waktu gue denger cerita2nya Adella, gue menyimpulkan dengan sangat bijaksananya: „Dasar emang cewek2 tuh goblokkkk semuah!!!“ Dan Adella bilang, „makanya gue gak mau pacaran sama cewek2 mel, makanya pacar gue cowok!“ huhuhuhu…. Ide bagus Del.

Mereka memang menyerahkan diri untuk ditindas. Bohong kalau hal2 seperti itu gak ketauan. Pasti ada gejala2nya, cuma mereka menutup mata aja. Kalau mereka mau mikir dikit, apa sih yg mereka dapatkan dari hubungan seperti itu? Dalam kasus H dan A, yah… mungkin ikatan pernikahan membuat H jd agak berat. Tapi udah berapa tahun seperti itu, dan tetep aja goblok sih menurut gue, apa dia pikir dengan diamnya selama itu dia bisa mengubah A? Kesalahan perempuan nomor satu: beranggapan dirinya punya kemampuan supramanusia yg bisa mengubah si bangsat menjadi malaikat. Gue bilang aja di sini langsung tanpa tedeng aling2 ya cewek2: itu bull shit!!

Kenapa menyerahkan diri utk ditindas? Penjelasannya secara psikologis bisa dibikin blog tersendiri, jd mendingan gak usah dibahas. Intinya tindas menindas ini ada fungsinya tersendiri sih bagi kedua belah pihak, tapi tetep aja gak sehat.


Kedua, mereka tertindas karena tidak cukup punya kekuatan dan keberanian utk menolak.

Setelah mereka cukup goblok utk masuk penindasan, mereka gak bisa keluar dari sana krn alasan di atas. Mereka pikir, setelah bilang tidak, lalu apa? Kalau mereka cukup beruntung shg bisa keluar dari hubungan itu dalam keadaan hidup2 (bagi yg terlibat sama cowok2 gangster), lalu apa? Mereka bakal sendirian, tanpa tempat bergantung lagi, tanpa teman, tanpa apa2... di dunia yang keras dan dingin seperti roti2 Jerman ini... huhuhu...

Sekejam2nya pasangan mereka, ini adalah dunia yg sudah mereka kenal. Ini sudah jadi kebiasaan. Dan bukankah manusia adalah makhluk kebiasaan? Ketidakpastian di depan masih lebih menakutkan dari apa yg dialami sehari2 sekarang. Ckckckck...

Ketiga, kurangnya kemampuan belajar dari pengalaman.
Oke, mereka goblok krn membiarkan diri ditindas. Oke, mereka tidak kuat dan tidak berani utk meloloskan diri dari sana. Tapi yg paling parah di seluruh proses ini adalah... kejadian seperti ini terulang2 terus seperti lingkaran setan. Pertama, mereka gak belajar jadi kuat di proses penyiksaan itu (baca ini). Kedua, kalaupun mereka bisa cukup kuat utk lolos dari sana, pernah gak sih elo perhatiin, cewek2 seperti ini cenderung mengulang kembali pola hubungan seperti itu dengan cowok2 penyiksa lainnya! Keluar dari mulut buaya dan masuk mulut harimau.

Hello? It’s 10 o’clock, do you know where your brain is? -audiblenya Yahoo-

Gue juga punya sahabat2 yang pernah mengalami variasi2 dari dari penyiksaan cowok di masa lalu mereka. Jadi kalau gue liat cowok2 sadis di sinetron2, gue percaya bhw memang ada org2 gila spt itu, itu bukan cuma di film2 aja... Dan percayalah sama gue, ketika perempuan2 itu bisa keluar dari sana, mereka seperti ulat yg bermetamorfosis jd kupu2... Gue jadi seribu kali makin cinta sama mereka, huhuhuhu... Mereka sepakat bhw kemampuan belajar dari pengalaman itu yg paling penting. Pelajaran itu datang ke semua orang, tapi tidak semua orang bisa belajar (peribahasa amel).

Oke, cewek2 tertindas, pada kalian sekarang gue bicara. Sekarang kalian tau kan kenapa ini bisa terjadi? Dan kalian sudah kapok dan timbul keinginan utk jd cewek seperti gue (huhuhuhu) yang selalu disayang, selalu diperhatikan, dan selalu dimanja..... Nah, kalian sekarang tanya ke gue bgmn cara keluar dari sana?

Jawaban gue adalah sangat singkat, hanya satu kata malah, jawaban gue adalah Adella.

Siapa yg berani menyiksa kalian? Siapa? Siapa? Laporkan pada Adella. Biar dia yg beresin, hehe... Adella itu temen gue yg paling sadis yg gue kenal. Dan dia sangat menikmati kesadisannya, jd dia pasti lompat2 kegirangan kl ada bahan yg bisa disadisin.

Ini agak di luar pembahasan sih, tapi tetep mau gue bahas. Ada bermacam2 reaksi dari perempuan2 yg marah.

Tipe pertama. Mereka bakal gelap mata dan secara membabi buta ngambil pisau atau senjata apapun dalam jangkauan tangannya dan langsung menyerang. Kadang disertai tangisan bombay, kadang pakai kata2 kebun binatang, pokoknya rame dan asik lah ditonton. Seringkali dalam usahanya itu mereka justru malah melukai diri sendiri. Gue sebut mereka adalah the crazy amokers.

Tipe Kedua. Ini tipe gue kayaknya (baca ini). Mereka sangat sakit hati dan marah. Tidak ada bedanya sama yg pertama dalam menghayati rasa sakit, namun yg mereka lakukan kemudian adalah diam.... menunggu... menyimpan enerjinya.... utk kemudian, bertahun2 kemudian mereka bakal kembali, dan balas dendam... hmmmm... bukankah para mafia bilang „balas dendam adalah hidangan yang paling sedap disantap ketika sudah dingin?“ Mereka bakal kembali, sambil bawa pisau yang udah diasah dari rumah, terus menusuk dari belakang, dengan darah dingin dan tenang dan tanpa perubahan detak jantung dan tekanan darah, dan yang paling penting, sambil tidak lupa senyum. Gue sebut tipe kedua ini the smiling backstabbers.

Tipe Ketiga. Inilah tipenya Adella, tidak diragukan lagi. Jika tipe kedua prinsipnya adalah yang penting impas, maka tipe ini prinsipnya adalah yang penting surplus. Menagih bayaran lengkap dengan bunga2nya. Kalau tipe kedua bilang yg penting tujuannya tercapai, maka tipe ketiga bilang, yang penting prosesnya menyenangkan. Mereka adalah perempuan2 sadis yang sangat berbahaya bagi masyarakat, tapi sayangnya bakal kalian temukan berkeliaran di mana2 di dunia ini. Merekalah the pathological sadistics.

Adella bilang, membunuh pake pisau itu biasa, fantasi terbesar dia adalah membunuh pakai sendok. Sangat menyiksa bukan… Bayangin aja betapa seksinya Adella di mata gue kalau dia lagi berbinar2 mendeskripsikan bgmn cara membunuh orang pake sendok. Terus, dengarkan deskripsinya ttg sakit hati.
Rasanya mel, bagaikan luka dikorek2, terus disiram cairan jeruk nipis sama cuka, ditaburi garam, blablabla...


Waw, iya deh Del, ngerti gue, gak usah elo praktekin ke gue, huhuhu....

Bagitulah, kalau kalian ada masalah yg butuh kesadisan tertentu utk menyelesaikannya, kalian tau skrg ke mana harus berpaling.

Oke, balik lagi ke bahasan gue di atas. Setelah gue panjang lebar gak karu2an, kalian akan menuduh gue feminis. Gue jawab, memang. Gue ini memang feminis, lebih tepatnya lagi feminis oportunis. Gue akan sangat teriak2 kl udah menyangkut persamaan hak dan upah dan derajat dan martabat antara perempuan dan laki2. Tapi kalau udah menghadapi koper berat? Ya cowok-cowok lah yang ngangkat!! Huhuhuhu enak aja!!! Hhuhuhu....





PS: Cuma pengen bilang, ke cowok2 yang terlibat sama gue, dari masa lalu maupun sekarang dan mudah2an juga masa depan, kalian adalah cowok2 terbaik di seluruh dunia. Tetaplah baik ke perempuan dan dunia akan tetap di genggaman kalian, ihiks...

PS lagi: Happy Mother's Day buat ibu2 yang notabene perempuan-perempuan, tertindas atau tidak. (Minggu kedua bulan Mei adalah hari ibu di US, Denmark, Finland, Italy, Turki, Australia, dan Belgia)

Creative Commons License

Saturday, May 07, 2005

buat tulip putih


Image hosted by Photobucket.com

Buat Tulip Putih,

Tak ada cerita yg ku awali.

Saat mata ini terpejam,
Dan perut sakit krn keram,
Menahan tawa terbahak.
Petir menggelegar menghantam bumi.

Bau hangus tubuh terbakar,
Tubuh kering menahan terpaan dan cemooh dunia.
Terdiam berselimut malam di sudut ruang gelap,
Diatas karpet menghadap kiblat.

Alih-alih ingin bersujud,
tapi malah terpukau sinaran rembulan.
Yg berjalan anggun perlahan
membelah kalbu, sirnakan beku, obati lukaku

Apa yg hrs kusimpan di memory chip otakku.
Bila senyum itu, canda itu, tawa itu
Air mata…lara…nestapa..bahagia..nestapa..bahagia..
Hadir tiap kali aku berkedip.

Tak ada cerita yg pernah ku akhiri….



Pagi, 5 april 2005




terima kasih, gue suka banget :-)

Creative Commons License

Monday, May 02, 2005

sesungguhnya aku belajar


Image hosted by Photobucket.com


mengapa harus aku marah padamu
walau hancurku itu tanganmu pernah sebabkan
mengapa harus aku dendam padamu
walau luluh lantakku itu dirimu pernah hasilkan

tak mungkin aku menafikan adamu
kau pernah paksa aku untuk bertahan
bergantung pada seutas tali lapuk

tak mungkin aku mengingkari adamu
kau pernah dorong aku untuk berenang
bergeming pada pecahan kayu berayap

dan lihat aku hari ini
kekuatan ini adalah hasil karyamu
dan kagumi aku hari ini
kekerasan ini adalah hasil tempaanmu


sesungguhnya aku belajar
belajar dari yang paling kejam
(I learnt from the cruelest)





buat sahabat gue V, buat tahan bantingnya sekaligus hati emasnya... yang dia dapat dari berdarah2... gara2 monster berwujud manusia...

Creative Commons License

Sunday, May 01, 2005

Wait to Upload ...


Pantesan aja cacing pada panik keluar, ternyata Fulda mau banjir toh, di sini reportase banjirnya Fulda.

Btw, gue harus peringatkan kalian utk tidak baca blog gue sambil merokok dan atau minum kopi! Lihat akibat perbuatan kalian!!!




Image hosted by Photobucket.com selamat menikmati musim semi! Image hosted by Photobucket.com

Creative Commons License