dia yang kamu benci
memang benar,
bahwa kamu tidak pernah membuatku menangis,
membuatku alami musim bunga lalu badai salju
hanya dalam pergantian detik. tidak pernah.
tidak seperti dirinya yang kamu benci.
dia kerap mengheningkanku dalam laraku,
dia kerap membenturkanku dengan resahku.
kamu memang selalu mendorongku gunakan logikaku,
mendorongku berkepala dingin. selalu.
tidak seperti dirinya yang kamu benci.
dia kerap mengabaikan perhitungan probabilitasku.
dia kerap menyemangatiku untuk gunakan intuisiku.
dia kerap mengapresiasi ekspresi emosiku.
namun maaf,
kamu juga tidak pernah membuatku tertawa.
tidak seperti dirinya yang kamu benci.
kami menertawakan kebodohan kami,
kami menertawakan semua yang tidak pada tempatnya
(dan bukannya membiarkan diri kami terganggu olehnya).
kamu juga tidak pernah tergerak dengan spontanitasku.
untuk berlari di pasir putih bertelanjang kaki,
untuk berbaring di udara terbuka semalaman
dan bicara tentang bintang,
untuk berjalan perlahan-lahan di tengah kota
di bawah siraman hujan deras tanpa payung,
untuk membuang-buang waktu dan berhenti
menghirup harum bunga di pinggir jalan.
sama sekali tidak seperti dirinya yang kamu benci.
dan dia mengerti puisi-puisiku.
jadi maaf,
bila kuputuskan untuk kembali
padanya yang kamu benci.
maaf,
jika akhirnya hanya kata maaf
yang kusisakan untukmu.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home