about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Thursday, April 07, 2005

Books Review: The Little Prince, Life of Pi, dan The Da Vinci Codes

Salah satu agenda gue ketika pulang kemarin adalah berburu novel. Setelah derita gue selama 1,5 tahun di Jerman tanpa novel (kecuali novel2 mesum-nya Noni) kondisi gue cukup kerontang lah, seperti ikan tanpa air, seperti tumbuhan yang berhari2 gak disiram, seperti jemuran baju di tengah hari bolong. udah kebayang kan sekaratnya keadaan gue?

Ya ada sih satu novel yang sempat gue baca, novel bahasa Jerman judulnya Pustelblume, yang sampai sekarang mungkin baru gue baca 20 halaman padahal totalnya ada 300-an halaman gitu deh... berarti dengan asumsi bahasa Jerman gue gak bertambah bagus dan dengan asumsi kecepatan baca gue tetap seperti sekarang, maka kira2 gue butuh 20 tahunan di Jerman untuk menamatkan satu novel itu. Bagaimana enggak, kalau hampir setiap kalimat yang gue baca gue mesti buka kamus?

Memang sih untuk mengerti satu teks kita gak perlu ngerti setiap kata, kita cukup ngerti intinya apa. Tapi bagi gue, keasikan novel adalah justru pada detailnya, bukan pada inti bahasannya. Kalau gue disuruh baca text books ttg Asylpolitik di Jerman, HAAA dengan senang hati gue bakal secepat mungkin bacanya, gue scanning yang penting2 apa, yang gak penting gue lewatin. Dan selesai sudah. Dan kalau ada kekosongan2 di kepala gue karena gue bacanya lompat2, maka gue bakal karang2 sendiri deh hehehehe... inilah salah satu ketrampilan yang gue dapat dari kuliah di Psikologi UI: keterampilan ngecap di ujian. Tapi kalau novel? Setiap katanya, setiap pesan intrinsiknya, setiap tokohnya, harus gue tau detail. Selain itu, baca novel adalah rekreasi abis2an bagi gue. Jadi gue gak mau dan gak pernah bener2 menikmati baca novel dalam bahasa2 asing.

Nah, akhirnya, setelah membaca buku2 yang "harus baca" yang direkomendasikan temen2 gue, atau yang disebut2 di milis2, atau yang cover nya atau iklannya menarik minat gue, maka berikut adalah dua buku yang sangat gue rekomendasikan, The Little Prince dan Life of Pi. Mudah2an gue belum kehilangan minat pada akhir tulisan gue untuk menambahkan membahas alasan gue kenapa gue gak suka dengan buku yang lagi heboh dibicarakan di seluruh dunia yaitu The Da Vinci Code.




Image hosted by Photobucket.com

Menurut gue buku ini adalah buku buat orang dewasa, walaupun pengarangnya bicara dalam bahasa anak2 (reading level untuk anak2 umur 9-12 thn), ceritanya tentang seorang anak, dan konon adalah juga bacaan favorit anak2. Bentuknya pun fabel, di mana di dalamnya kalian bakal baca rubah, ular, bunga berbicara. Tapi tetap, menurut gue, ini adalah buku buat orang dewasa.

Buku ini bisa diperoleh dengan mudah di toko buku terdekat, dengan harga yang relatif (entah relatif mahal atau relatif murah), Rp. 15.000 untuk buku yang kira2 seratus halaman dan penuh dengan ilustrasi dan ukuran hurufnya lumayan besar.

Buku ini, secara keseluruhan bernada sedih. melankolis. ada yang bilang ini semacam autobiografi penulisnya juga. Buku ini intinya adalah ttg seorang pangeran kecil yang mengembara dari planetnya mengunjungi planet2 lain dan akhirnya sampai di bumi. di perjalanan dia ketemu dan bicara sama tokoh2 yang bertingkah laku menarik, yang bagi gue adalah sindiran2 buat orang dewasa.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan utk baca buku ini? Temen gue ada yang baca buku ini dalam waktu 1 jam. karena memang isinya sederhana. gue butuh waktu lebih dari 2 jam, karena bagian2 tertentu bener2 gue suka dan gue baca berulang2, hhhh... Nyokap gue baca buku ini dalam waktu berhari2, karena selain dia itu sok sibuk, dia juga gak suka sama buku ini, jadi gak minat2 banget gitu deh bacanya.

Bagian favorit gue adalah bab 21, ketika pangeran ketemu rubah, dan rubah itu ngajarin dia ttg komitmen (interpretasi gue). memang di sini maksudnya komitmen secara luas, tapi gue suka memikirkannya sebagai komitmen antara pasangan. mulai dari apa perlunya kita bikin komitmen, bagaimana kita membuat komitmen, ritual dalam komitmen, sampai bagaimana jika kita kehilangan seseorang/sesuatu dengan siapa/apa kita berkomitmen. Well, setelah gue coba deskripsikan bab ini kok jadi biasa banget ya? gue gak tau lagi bgmn memasukkan kedahsyatan buku ini di sini. kalian baca aja deh. Btw, kalau mau baca, dari hlm pertama ya, jgn langsung ke bab 21, karena walaupun setiap bab berdiri sendiri tapi bagi gue efeknya kumulatif. paling bagus kalau kita bacanya berurutan.



Image hosted by Photobucket.com

Buku ini menang hadiah Booker Prize thn 2002 kalau gak salah. Dan buku2nya Booker Prize rupanya adalah selera gue banget, gue juga gak yakin sih, soalnya setau gue cuma ada dua buku pemenang Booker Prize yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu buku ini dan God of Small Things. dan dua2nya, needless to say, gue suka banget!

Tentang apa buku ini bicara? Dua tema utamanya adalah tentang dunia hewan dan teologi. Tokoh utamanya juga anak2, anak India, mulai dari masa kecilnya sampai pas kejadian utama terjadi pas dia umur 16 tahun. Jadi anak India ini, namanya Pi, hampir bisa dibilang tinggal di kebun binatang karena bokapnya pengelola dan pemilik kebun binatang.

Menu utama buku ini terjadi di tengah samudra atlantik, ketika kapal laut yang ditumpangi Pi karam dan dia satu2nya yang lolos dari maut dan hidup terapung2 dalam waktu lama di atas sekoci. Well... gak tepat sih kl gue bilang dia satu2nya yang lolos, karena bersama dia di sekoci adalah seekor harimau. dan cerita ini adalah bgmn dia hidup di tengah samudra, dengan badai dkk, dengan ikan2 hiu di bawah, tanpa makanan buat dirinya apalagi buat si harimau. bgmn dengan akal manusia dia bisa bertahan hidup.

Gue jadi inget satu cerita yang gue lupa gue baca di mana. Dalam suatu setting pelatihan motivasi kalau gak salah, trainer bertanya ke para peserta, bagaimana cara nelayan yang mencari ikan di tengah laut bisa membawa ikan2 hasil tangkapannya ke daratan dalam kondisi fresh tanpa ikan itu jadi rusak? Jelas ini bukan tentang kapal2 besar yang sudah punya mesin langsung untuk mengalengkan ikan di atas kapal atau yang punya freezer yang besar. Ini ttg nelayan menengah, yang bisa cukup jauh berlayar ke tengah laut tapi gak cukup besar sampai bisa punya mesin2 macem2.

Jawabannya adalah, di dalam bak ikan, taruh lah satu ekor hiu. Apakah hiu itu gak makan ikan2 itu? tentu dimakannya, tapi tidak dalam jumlah besar. ada sedikit ikan yang jadi korban, tapi sisanya akan terus aktif di dalam bak kejar2an sama hiu, dan dengan demikian terus hidup dan fresh begitu sampai daratan.

Kira2 begitu juga yang dibilang Pi pada akhir cerita. Dia bisa bertahan hidup justru karena ada harimau itu bersama dia. Kalau harimau itu gak ada mungkin sudah lama dia gila sendiri tanpa ada yang dipikirin, mati gara2 gak punya tujuan dan motivasi. Aneh? buku ini memang aneh. sangat orisinil. Gue ucapkan selamat membaca.





Oke, itu buku2 favorit gue.
Sekarang gue mau kasih alasan, kenapa gue gak suka baca buku The Da Vinci Code. Ini adalah buku2 sejenis Dunia Sophie atau Supernova. Lihat persamaannya? Ini adalah buku2 yang mencoba memasukkan unsur fiksi ke dalam suatu disiplin ilmu. Dalam Dunia Sophie, kita dipresentasikan dengan teori2 filsafat Barat dan Yunani melalui anak yang bernama Sophie. Di buku Supernova, kita disuguhi teori2 fisika yang dibumbui kisah cinta segitiga tokoh2nya. Di buku The Da Vinci Code, dipaparkan sejarah agama Kristen dan agama kepercayaan sebelum Kristen yaitu agama pagan, diselip2kan dalam cerita pembunuhan dan action dan detektif.

Gue masih bisa menikmati Supernova, karena cerita cintanya yang sangat mengharukan, dan puisi2nya yang dahsyat. Tapi The Da Vinci Code, walaupun gue baca sampai akhir (gak seperti Dunia Sophie yang bahkan gak selesai2 gue baca), entah gimana gue terganggu bacanya.

Pertama, dari segi teknis terjemahan, ini buku banyak sekali meloloskan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. gue jadi mikir, ini editornya pada ke mana sih? padahal yang gue baca tuh cetakan ke 8 atau sekian gitu deh. yang jelas sudah berkali2 dicetak tapi kok masih banyak kesalahan sepele ya... coba bayangin derita gue yang harus berkali2 baca kata memunyai padahal yang bener adalah mempunyai. Di akhir2 buku gue sampai teriak bete kalau gue ketemu kata memunyai (histeris). Itu satu contoh dari satu kata, ada kata2 lain dan ada hal2 sepele lain seperti salah eja, salah memenggal kata, dll gue gak inget detailnya.

Kedua, buku ini gak jelas batasnya antara fiksi dan non fiksi. Dan itu sangat mengganggu gue selain juga membuat gue bertanya2 kenapa buku ini gak ada yang protes? (walaupun banyak buku kemudian yang terbit untuk menyanggah buku ini). Maksud gue, di bagian mana gue bisa tau ini adalah fakta yang sudah terbukti lewat metode2 dalam ilmu sejarah, dan mana yang merupakan karangan penulis? Dan kalaupun ini adalah 100% fiksi pun, apakah etis untuk mendiskreditkan nama orang2 nyata dan institusi2 nyata (misal Vatikan) dalam suatu cerita fiksi? gue bingung kenapa tidak ada gereja yang protes dan melarang buku ini terbit? inikah kebebasan bersuara itu? jadi gue boleh nulis apa pun yang gue mau?

Misalnya, di situ dibilang bahwa agama Kristen yang asli sudah banyak dirubah2 oleh penguasa2 dalam sejarah, dimulai dari zaman Kaisar Konstantin pada thn 300-an Masehi. Bahwa Yesus tidak mati karena disalib (well, ini juga gue tau sih karena di Al-Quran juga dibilang begitu). Tapi kemudian dibilang juga bahwa dia hidup sampai tua, memperistri Maria Magdalena, dan punya keturunan. Dan diceritakan bahwa bukti2nya ada tersimpan di suatu tempat di dunia ini dan dijaga sangat ketat menunggu utk dipaparkan ke seluruh dunia. HA!

Ketiga, gue gak suka sama bagian fiksinya. bagian pembunuhan dan pengusutan dan pemecahan kode dan blablabla nya yg jd bumbu. Plotnya begitu dipaksakan, terlalu banyak kebetulan, klise, pokoknya gak ada asik2nya. Kenapa gue baca sampai akhir? Karena temen2 kencan gue di Jakarta itu begitu ngaret2nya sampai2 gue gak ada kerjaan lain kalau nungguin mereka jadi gue baca aja deh, hehehe...




more books review later: Chick Lit series, The Curious Incident of A Dog in the Night Time, and Veronika Decides to Die.

Creative Commons License

1 Comments:

  • At 3:09 PM, Anonymous Anonymous said…

    hallo dan met kenal!!!
    hahaha, gw baru aja liat blog lo (padahal lo nulisnya 4 tahun yg lalu). kebetulan gw lagi nyari2 review tentang little prince (gara2 temen gw nge-review juga dan gw jadi penasaran). gileeeee, makin gw baca revie lo, gw makin penasaran ni... rasanya pengen cepet2 ke gramed trus beli bukunya.
    gw baru aja baca life of pi. gw terkesan sama cara dia bisa tetep hidup padahal gile bareng Richard Parker sesekoci. walaupun gw ga pahan pandangan dia yang menganggap 3 agama itu bener semua. karena gw Islam ya gw anggepnya Islam paling bener.
    kalo da vinci code... entah ya, gw sebenernya malah ga sadar ada kesalahan penulisan gitu2. yang jelas dulu tuh gw bacanya pas masih SMP, jadi ga gitu ngerti juga apa yang gw baca.

     

Post a Comment

<< Home