about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Saturday, May 14, 2005

Hanya Seratus Kata

-Aku Menunggu Telponnya-


Dia minta nomor telponku malam itu, bilang akan telpon. Aku melambung hingga ke langit ketujuh.

Tiga hari aku tidak beranjak dari sebelah telpon. Setiap telpon masuk, kuangkat tanpa menunggu deringan kedua. Setelah kutau itu bukan dia, seribu dusta kulancarkan demi mengakhiri pembicaraan. Aku takut dia mendapati nada sibuk di telponku.

Sudah ribuan kali kuyakinkan telponku tidak rusak, bahwa volume deringnya terdengar. Bahwa aku tidak salah kasih nomor.

Tapi tetap tak ada telpon darinya.

Hari ini aku mulai bingung. Suara klakson mobil di kejauhan kukira dering telpon. Suara mesin cuci terdengar seperti deringan telpon. Dalam keheningan total pun, kukira telpon berdering...









Lewat internet gue menemukan gak ada abisnya mainan2 baru. Ketika gue lagi males abis ngeliat blog gue, bosen, enek, males males males, eh ada yg rekomendasikan 2 situs blog menarik milik orang2 Indonesia, yaitu one hundred words, dan cerita seratus kata.

Di sini, para kontributor bercerita. Tentang apa saja dalam bentuk apa saja. Bisa puisi, prosa, cerita, dll, pokoknya aturannya cuma: harus terdiri dari 100 kata, tidak boleh lebih tidak boleh kurang dan harus ada ceritanya.

Gue gak tau sejarahnya apa. Inspirasinya dari mana. Gue temukan ini sangat orisinal dan kreatif. Dulu waktu SMA gue pernah denger yang semacam ini, yaitu puisi2 Jepang berbentuk Haiku yang sangat singkat, elo cuma nulis 10-15 kata di satu puisi. Haiku ini punya sejarah yg snagat panjang di budaya Jepang. Dewasa ini yang disebut Haiku adalah, syair yang terdiri dari 17 suku kata, terbagi dalam 3 bait yang masing-masing terdiri dari 5-7-5 suku kata.

Balik ke masalah cerita 100 kata. Gue udah coba nulis cerita gue, yang judulnya aku menunggu teleponnya tentang cewek dengan gejala2 menuju delusinasi, atau tentang cowok2 yang selalu bilang mau nelpon tapi gak nelpon, huhuhuhu it happens so often... atau tentang apalah terserah kalian memandangnya. gue lampirkan cerita itu di atas sebagai pembukaan posting ini. Gue cuma mau sharing bhw. proses menulisnya bener2 fun bagi gue.

Dengan hanya 100 kata yang diperbolehkan, kita jadi sangat selektif dan hati2 dan memperhatikan kata demi kata yg kita pakai supaya efisien dan efektif. Jadi sangat perhitungan lah. Awalnya gue ketik apa yang mau gue bilang. Tentu tidak pas 100 kata pada sekali coba. Gue mesti potong sana potong sini, tambal sulam gak karu2an. Pertama kalinya gue dapatkan tepat 100 kata, gue puasnya luar biasa, walaupun cerita gue jadi agak maksa gitu, yah… yang penting udah 100 kata pas. Setelah itu baru deh proses edit di mana gue mulai mikirin isi tulisan itu, bukan cuma jumlah kata di tulisan itu. Hmm.. sekali lagi tambal sulam di sana sini. Hasil yg gue dapat? Huhuhuhu dari segi cara bertutur, sangat jauh dari niat awal bercerita huhuhuhu … dari segi isi pun, gue harus banyak berbesar hati dan merelakan kalimat2 favorit gue untuk disisihkan, demi menjaga jumlah kata. tapi secara umum, gue pikir ini asik, gue bener2 suka.

Kesenangan lain dari 100 kata ini, sehubungan dengan keharusan untuk bercerita dengan singkat, kadang banyak hal yg sebaiknya diuraikan namun tidak. Dengan demikian, kalau kalian baca cerita2 100 kata, maka kalian dihadapkan pada kemungkinan interpretasi yang sangat luas. Pertanyaan2 khas 4W 1H (what, who, where, why, how) dalam suatu cerita tidak sempat secara mendalam dibahas, atau bahkan tidak dibahas sama sekali. Banyak kekosongan dan kesenjangan dalam cerita untuk dieksplorasi sendiri2 dalam kepala masing2. Interpretasi diserahkan pada para pembaca.

Juga karena paksaan bercerita dengan singkat, seringkali ada jurang yang lebar antara pembukaan-dan-isi dengan penutupan. Atau bahkan pada beberapa cerita hanya ada pembukaan dan penutupan? Isi diserahkan pada pembaca utk berimajinasi? Namun yang jelas jurang ini menciptakan efek tertentu. Efek tertentu yang kita temukan hampir di setiap cerita 100 kata. Gue sebut ini efek penutupan cerita. Dalam bait atau kalimat atau kata terakhir di cerita itu, seakan2 ada efek meledak, klimaks. Gue bisa merinding abis, tersentuh, kaget, jijik, marah, kasihan, ketawa2, dll setelah baca kata2 terakhir.

Mungkin struktur yang seperti itu tidak secara sengaja dibuat. Mereka bikinnya gak sadar atau “terpaksa” aja. Karena mereka harus bisa membangkitkan emosi pembaca dengan hanya seratus kata, maka apalagi yg bisa diperbuat selain menembakkan peluru2 terakhir sebelum titik habis?

Hhhh… gue lagi ada mainan baru, ayo teman2, mainlah bersama gue, huhuhuhu….

Creative Commons License