about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Friday, August 05, 2005

Panglaykim Memorial Lecture


Pengemudi mobil itu sudah tiga kali berkeliling gedung CSIS ketika akhirnya menyerah, keluar dan mencari tempat parkir di gedung lain sekitar 300 m jauhnya. Jalan Tanah Abang III yang memang sudah sempit dari sananya sore itu jadi sempit kuadrat. Seribu orang menghadiri kuliah umum di mana CSIS menjadi host-nya.

Kuliah umum sore itu mengangkat topik yang sama sekali tidak baru, sama sekali tidak asing, yaitu tentang kemiskinan. Dengan pembicara yang juga lebih-lebih tidak asing, Prof. Jeffrey D. Sachs, Director of the Earth Institute di Columbia University dan Director of the UN Millenium Project, Special Advisor untuk UN Sec-Gen Kofi Annan mengenai MDG. Dialah yang merupakan otak di belakang MDG. Baru-baru ini dinobatkan oleh Time Magazine sebagai satu dari 100 pemimpin paling berpengaruh di dunia.

Pertama kali mendengar deskripsi singkat tentang seminar ini dari temen gue C, gue berharap mendengar Prof. Sachs bicara spesifik mengenai kemiskinan di Indonesia, namun akhirnya gue harus sedikit kecewa karena pembahasan yg dia beri lebih global dan makro. Pendekatan Prof. Sachs, seperti yang dia akui sendiri, adalah pendekatan komprehensif yang dia beri label clinical economics.

"Life doesn't come with one problem neatly separated from the rest. Specialization is helpful, but you've got to see the web."


Prof. Sachs lebih mempresentasikan apa isi buku barunya, yang judulnya diambil untuk kuliah sore itu, The End of Poverty: Economic Possibilities of Our Time. Dia mulai dengan menjelaskan apa yang dia maksud dengan Goal 1 dari MDG, lalu mengenai kemiskinan secara umum: faktor-faktor "merugikan" yang menghambat masyarakat2 tertentu untuk lepas dari kemiskinan, sambil sedikit mengkaitkanya di sana-sini dengan kondisi Indonesia. Terakhir, Sachs memaparkan aksi yang bisa dikerjakan oleh dunia untuk dapat memenuhi target MDG yang deadline-nya thn 2015 yang akan datang.

Goal 1 of MDG: Penghapusan Kemiskinan
Negara-negara anggota UN menandatangani kesepakatan MDG pada thn 2000. Kini, semua usaha "to make this world a better place to live" difokuskan pada ke-8 butir dalam MDG. Gue juga gak hafal apa aja 8 goals itu (hehe), coba baca KOMPAS kemarin, di rubrik International ada satu halaman penuh membahas MDG. Yang jelas ini adalah goals yg dianggap sangat darurat untuk segera dilakukan, termasuk di dalamnya mengenai kemiskinan, pendidikan dasar, kesehatan (HIV/AIDS, kematian bayi dan ibu melahirkan, penyakit2 endemik spt contohnya malaria, dll).

Menurut Sachs, sepanjang sejarah peradaban manusia, tidak pernah tidak ada kemiskinan. Jika pada masa ini kita berhasil menghapuskan kemiskinan di muka bumi maka ini adalah yang pertama kalinya. Dan sangat tidak rasional untuk berharap bhw thn 2015 tidak ada lagi kemiskinan. Yang dia maksud dengan Goal 1 MDG adalah mengurangi jumlah kemiskinan ekstrem di dunia hingga separuhnya pada akhir 2015.

Kemiskinan ekstrem adalah kondisi di mana manusia terdeprivasi dari kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Menurut definisi World Bank, "extrem poverty is the poverty that kills", di mana seseorang berpendapatan kurang dari 1 USD per hari yang menyebabkan mereka selalu dalam keadaan lapar kronis, tidak mampu memperoleh perawatan kesehatan, kurang akses terhadap air bersih untuk diminum dan sanitasi, tidak dapat menyediakan pendidikan bagi anak mereka, tidak memiliki kebutuhan berpakaian dasar (misalnya alas kaki), dan bahkan tidak memadainya tempat tinggal (misal: rumah tanpa atap sehingga kehujanan).

Hari ini, lebih dari 1 miliar penduduk bumi hidup dalam kemiskinan ekstrem. Seperlima dari populasi dunia. Asia merupakan nomor 1 dalam segi jumlah penduduk miskin ekstrem, namun proporsi terbesar ada di Afrika di mana orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem mencapai perbandingan hampir 1 banding 2. Jika dilihat dari sejarah, beberapa abad yg lalu, semua orang di dunia miskin, dengan sangat sedikit pengecualian, yaitu kalangan kerajaan. Namun sejak Revolusi Industri, ada negara2 yang bisa melipat gandakan, hingga 25 kali lipat kekayaan mereka, sementara negara2 lain seperti mandek.

Faktor-faktor penghambat perkembangan ekonomi
Adalah suatu misconception untuk berpikir bahwa kemiskinan yang dialami negara2 tersebut adalah karena "pada dasarnya orang2 tersebut pemalas atau negara yang sangat korup". Suatu oversimplification. Kemiskinan pada kenyataannya hanya sedikit sekali bisa dijelaskan oleh kedua hal tersebut. "in all corners of the world, the poor face structural challenges that keep them from getting even their first foot on the ladder of development."

Semua faktor penghambat tersebut bermuara dari lokasi geografis. Adam Smith pernah berbicara mengenai division of labour yang baginya sangat tergantung pada scope of the market. Daerah-daerah pantai lebih dahulu dan lebih cepat berkembang daripada daerah2 pedalaman. Thn. 1776 pun sudah ada kecenderungan bahwa daerah2 di Asia Tengah dan pedalaman Afrika adalah daerah2 yang paling susah berkembang. Adapun dimensi2 penting yang berkaitan dengan letak geografi adalah sbb:

Masalah transportasi: Daerah2 tidak berkembang di pedalaman adalah daerah2 di mana teknologi transportasi jika tidak tersedia maka terlalu mahal sehingga mereka tak terjangkau oleh dunia luar. Sambil berkelakar, Sachs berpendapat hanya heroin (selain minyak) yang bisa menutup ongkos transportasi ke daerah2 sulit tersebut. Selain itu letak geografi juga berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk bercocok tanam untuk pangan mereka. Letak geografis mempengaruhi pencahayaan matahari yang diterima, kondisi lahan, perairan, dsbg. Kesadaran ini pula yang mendorong Green Revolution pada thn 1960-an. Faktor lain adalah masalah penyakit yang dipengaruhi faktor ekologis. Misalnya, malaria yang hanya menjangkiti tempat-tempat tropis. Hal ini berhubungan dengan temperatur daerah tersebut dan kemampuan nyamuk berkembang biak.

Dimensi2 tersebutlah yang punya peranan penting terhadap isolasi suatu daerah dan tantangan dunia sejalan dengan memerangi korupsi dan memperbaiki etos kerja masyarakat juga seharusnya ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana mengatasi hambatan2 geografis tersebut.

Selain masalah geografis, bentuk masyarakat juga dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi: closed society, divided society, dan abused society merupakan masyarakat yang paling susah berkembang. Masyarakat yang pernah mengalami abused berupa kolonisasi, pada beberapa kasus, akibat yang ditimbulkan begitu menghancurkannya sehingga perkembangan pun sangat sulit.

Indonesia memiliki variasi yang sangat besar dari segi geografi. Indonesia bagian timur tidak bisa disamakan dengan Pulau Jawa, misalnya, yang mengakibatkan bervariasinya juga jangkauan transportasi dan kepadatan penduduk.

Langkah-langkah mencapai Goal 1
Sachs memaparkan serangkaian aksi yang bisa dilakukan untuk mencapai Goal 1 dan yang paling dia tekankan adalah pentingnya kerjasama internasional. Komitmen dunia dalam memerangi kemiskinan telah pernah diwujudkan dalam kesepakatan MDG namun peristiwa 11 September membelokkan perang terhadap kemiskinan menjadi perang terhadap terorisme. USA mencadangkan 500 miliar USD dalam bidang militer tahun ini, yang tidak akan bisa membeli kedamaian sampai kapan pun jika mereka terus hanya mengeluarkan sepertigapuluhnya untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di dunia, yang berarti 15 sen per 100 USD pendapatan USA. Jumlah "kecil" itu pun berkali-kali dijanjikan dan berkali-kali pula gagal ditepati.

Sehubungan dengan organisasi2 internasional: mengembalikan IMF dan World Bank ke peran awal mereka, dan bukannya menjadi debt-collector, alat negara2 kaya sekarang. Lebih memberdayakan UN yang kini selain dipandang "kurang operasional" dan "berbirokrasi sangat rumit" juga memiliki terlalu sedikit otoritas karena negara2 berkuasa memang enggan memberikannya.

Langkah-langkah lain: Harness global sciences, promote sustainable development, and make a personal commitment.





Ini adalah versi belum di-edit laporan gue buat supervisor di tempat magang karena gue kemarin izin ikut seminar. Gue mendahulukan nulis buat blog. Laporan sih ntar aja, hehe... Niat hati ketemu temen lama, dengan selubung seminar, eh malah beneran dengerin seminar akhirnya gara2 harus bikin laporan, hehe... Thx ya C atas undangan seminar kemarin, dan terutama setelah seminar, I really had a great time :-)

Abbreviations:
CSIS: Centre of Strategic and International Studies
UN: United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
MDG: Millenium Developmenta Goals (Tujuan Pembangunan Millenium, terjemahan di KOMPAS)
IMF: International Monetary Fund

Creative Commons License

0 Comments:

Post a Comment

<< Home