masih, masih, masih
masih dapat kaulihat, merah tinta.
mengukir namaku pada pantulanmu di cermin
setiap pagi kamu bangun dengan mata nyalang
seakan tak pernah terlelap
masih dapat kaudengar, bisik lirih.
melafal namaku pada ribuan malam terjagamu
setiap mimpi yang tak kunjung berhasil kautepis
bahkan memburuk makin hari
masih dapat kaurasa, getir luka.
mengilap namaku pada serakan cabikmu yang tersisa
setiap kali kamu meraih berharap aku ada di sampingmu
namun kosong lalai kaumengerti
masih juga, kamu mencanduku.
mataku yang hening
pikiranku yang manis
bibirku yang dusta
hatiku.
yang bukan hanya untukmu.
2 Comments:
At 3:05 AM, Anonymous said…
apa gara2 aku tadi abis didoktrin kalo cewek lebih suka mengandalkan bahasa tubuh daripada bahasa indonesia ya? aku nangkepnya ini penolakan seorang perempuan terhadap laki - lakinya, apakah begitu betul mbak mel? *halah*
At 1:05 PM, amel said…
Goz.
Gue selalu suka baca interpretasi orang2 thd puisi2 gue, karena biasanya sangat jauh dari apa maksud gue sebenernya, hehe...
Ini bukan ttg penolakan :D
Post a Comment
<< Home