Di kota kecil berpenduduk 1 juta jiwa inilah ibukota Uni Eropa. Brüssel, di mana (hampir) semua kegiatan EU berpusat. Brüssel, di mana detak jantung EU sangat keras terdengar. Brüssel, di mana bau-bau kekuasaan terhirup dari udaranya. Tidak heran kalau dalam kuliah gue yang salah satu fokusnya adalah Studi Eropa, ekskursi ke Brüssel termasuk program wajib dan sudah dibicarakan sejak gue masih di semester satu.
Bagi temen2 yg kuliah di Jerman tentu tau, ekskursi itu hanya manis di telinga namun pahit di kenyataan. Ekskursi adalah studi wisata yg diperes studinya (Adi, 2005). Pulang dari ekskursi pasti sekelas pada sakit, pada makin males ngapa2in krn udah abis2an selama ekskursi, pada makin agresif ngeliat satu sama lain saking bosennya selama berhari2 ketemu terus 24 jam.
Tentang Belgia ini gue tulis dalam 3 bagian: pertama tentang backstage stories-nya. Tentang anak2 ICEUS yg sudah sejak lama pengen gue gossipin tapi gak pernah ketemu sikon yg pas. Jadi bagi yg gak tertarik sama cerita2 ttg kumpulan cewek2 egois dan kumpulan orang2 gila lengkap dengan intrik2 di dalamnya, silahkan langsung cari bagian kedua dari tulisan ini, yaitu ttg kota Brüssel: sejarahnya, peninggalan2 bersejarahnya, museum2nya, ke-khas-annya, dan ini itunya yg penting dan gak penting.
Lalu bagian ketiga tidak akan kalian temukan di posting ini karena bakal gue pisahin. Ini tentang kehidupan pelobi di Brüssel. Politik memang tidak pernah dan kayaknya tidak akan pernah jadi minat gue, tapi di Brüssel kemarin ada diskusi sama pelobi dan diskusi itu demikian menariknya sampai2 harus gue tulis. Gue janji bakal tulis sebelum akhir Juni (apaan sih Mel), hehe.. banyak banget ya topik yg gue janjiin tapi gak gue tulis2, huhuhu... emang lidah tak bertulang (dalam hal ini yg tdk bertulang itu jari gue yg ketik2 janji2 manis itu).
Gossip gak penting ttg ICEUS
Coba kalian bayangin dulu keadaan kami. ICEUS adalah program master dan angkatan ke-6 ini terdiri dari 35 mahasiswa, 7 di antaranya org Jerman dan sisanya datang dari 22 negara. 6 di antaranya cowok selebihnya cewek2. Anak2 ini datang dari negaranya masing2, dari universitas2 terbaik di negaranya, mungkin dengan nilai2 terbaik, beberapa dari mereka punya gelar bachelor dari 2 bidang studi sekaligus, beberapa dari mereka bahkan belum 22 tahun umurnya, beberapa dari mereka punya pengalaman kerja, beberapa dari mereka punya beasiswa DAAD yg utk ngedapetinnya harus bunuh2an, mereka berbicara minimal 3 bahasa: bahasa nasional mereka, bhs Inggris dan bhs Jerman. Bagi banyak kasus, mereka juga punya bahasa regional dan atau bisa juga bahasa Prancis atau Spanyol atau bhs2 besar lainnya. Senior gue malah ada yg bisa 6 bahasa dan di Fulda dia belajar bahasa ke-7 nya, hah! Bagi yg belum tau, di sini di Eropa, penguasaan bahasa asing itu sangat tinggi nilainya. Ditambah lagi perjuangan apa aja yg sudah mereka lalui di masa lalu sehingga berhasil sampai Fulda.
Semua ini untuk mengatakan betapa mereka datang ke Fulda dengan ego masing2 yg sebesar gunung. “I’m the best” bisa gue baca di dahi setiap orang. Tentu di UI dulu kurang lebih demikian juga situasinya. Utk meningkatkan rasa bangga thd almamater, sejak hari pertama gue di Psikologi gue selalu dicekoki dgn statistik ttg betapa kita ini crème de la crème. Hal ini bagus dari segi bisa membuat kita lebih bersyukur dan diingatkan betapa beruntungnya kita. Namun sudah jadi sangat melelahkan dan menjengkelkan bagi gue pribadi kl sudah harus kerja bareng di kelas. Di UI dulu mungkin lebih mudah krn program gue bachelor, kita baru lulus SMA dan siap dibentuk, dan meski dari berbagai budaya, kita bicara satu bahasa (tolong ya percaya aja sama gue, masalah bahasa itu pegang peranan yg sangat penting). sementara di kelas gue ini, semua orang sudah terbentuk seperti kayu keras permanen yg tdk fleksibel, dan benar kita bicara bhs Inggris atau Jerman, satu bhs juga, tapi ini bhs asing, dan kesalahpahaman begitu mudahnya muncul bagai jamur di musim hujan.
Ide bagus juga dari Fakultas. Mau ngadain program Komunikasi Antar Budaya? Kumpulin aja orang2 dari berbagai budaya dalam satu kelas selama 2 tahun, di sini mereka akan belajar dari satu sama lain lebih banyak dari yg bisa mereka pelajari hanya dari buku atau hanya dari dosen. (Asal kita gak sempat bunuh2an aja ya gak Del? Gue tau beberapa nama yg pengen elo bunuh pake sendok).
Salah satu temen gue yg kuliah master di Jakarta pernah bilang ke gue, „Asik ya Mel, kuliah di luar negeri, kita bener2 diskusi, gak seperti di Indonesia, katanya program master, katanya di kelas kita bebas bicara dan diskusi, tapi kenyataannya? Sama aja Mel, gak ada bedanya, kalau gak mahasiswanya yg terlalu pasif, dosennya terlalu otoriter. Ujung2nya kita disuapin kayak anak sekolah.“
Hmm.. program temen gue itu mungkin di satu ekstrim sementara ICEUS ada di ekstrim lainnya. Utk bisa diskusi di kelas, pertama kita butuh mahasiswa yg biasa diskusi. Gak bisa tiba2 bilang program master sistemya diskusi. Diskusi adalah keterampilan yg harus diasah. Anak2 ICEUS sebagian besar berasal dari sistem pendidikan yg mendorong murid2 bebas bicara sejak TK. Kedua, kita butuh dosen yg trampil jd moderator.
Di ICEUS, diskusi kelas bisa sangat menguras tenaga dan kesabaran gue. Terutama dosen2 tertentu yg terlalu ngebiarin jalan diskusi, tidak mengarahkan. Awal diskusi, anak2 akan mulai dengan pertanyaan atau pernyataan dari seribu satu sudut pandang tergantung minat atau latar belakang mereka atau tergantung hal apa pun yg lagi tiba2 muncul di kepala, padahal sudah cukup sulit bagi gue mencerna bahan kuliah krn ini bidang yg baru bagi gue. Dan akhir diskusi, paling yg bicara hanya dua tiga orang yg terus berdebat kusir gak ada ujung pangkalnya. Kalau gue disuruh menyimpulkan suatu diskusi, ujung2nya gue tetap bakal lebih banyak berpaling ke buku. Bener2 gak penting se gak penting gak pentingnya. (Memang gak semuanya begini. Ada juga kelas2 menarik, tapi ini kan waktunya gue mengeluh, hehe..)
Fulda adalah kota kecil, dan ICEUS adalah seperti keluarga kecil dalam arti sebener2nya (di antara saudara sering berantem kan?) Kita terlalu sering ketemu. Selain bahwa program kita padat, di kota ini kita gak punya terlalu banyak pilihan pergaulan.
Semester ini, mulai terlihat jelas anak2 mulai mengelompok. Bagi gue pribadi, peer group adalah sesuatu yg sangat wajar dan alami. Orang cenderung memilih bergaul dgn sejenisnya, entah dalam hal pikiran atau latar belakang atau budaya atau kriteria2 lain. Bagi yg berani2nya bilang ke gue, “Mel, elo bergaul juga dong sama anak2 dari negara X atau dari Y atau dari Z, jgn cuma sama yg itu2 aja” gue bakal bunuh kalian. Lakukanlah sendiri hal itu kalau kalian gak bunuh diri akhirnya. Sudah cukup stress bagi gue bergaul sama mereka di kelas, gak usah nyuruh gue lebih dari itu! Semester ini, berkaca dari pengalaman semester lalu, selama gue boleh milih kelompok kerja gue, gue bakal pilih org2 yg itu2 juga. Biarlah gue cukup dipusingkan sama tugas, gak usah direcoki sama org2 menyebalkan di kelompok.
Peer group memang sangat alami, namun jadi sangat tidak sehat dan kekanakan kalau kita jd sangat tergantung dan merepotkan semua orang gara2 peer group kita. Berikut adalah cerita oleh2 dari temen2 gue Ad dan Yu yg abis ekskursi ke München (gue gak ikut). Ada satu peer group yg terdiri dari 6 org. Ketika acara bebas di München, dosen gue berusaha bikin kelompok 5 org krn dia mau beliin karcis Tageskarte yg berlaku buat 5 org setiap kartu. Dan kelompok oknum itu sama sekali gak mau dipisah, harus bareng ke mana2 atau mati, jd dosen gue harus beli 2 kartu buat mereka sendiri demi keegoisan mereka.
Masuk akal gak sih? Ada di antara mereka yg umurnya sudah 36 thn, tolong ya, gak penting bgt sih kelakuannya, walau umur sama sekali bukan patokan utk kedewasaan. Dan beberapa di antara mereka cowok2, tolong ya gak gentlemen bgt sih, cemen bgt sih hrs bareng2 ke mana2. Takut ya kl pisah dari kelompok?
Yu bilang, di kelompoknya, anak2nya bener2 gak punya sense kebersamaan sama sekali. Yang satu mau ke sana yg satu mau ke sini gak sistematis sama sekali perjalanan mereka, setiap kali berhenti di satu tempat hrs saling tunggu2an gak penting yg ngabis2in waktu. Yu bilang, kl gue mau ke München, jgn pernah rombongan. Gue bilang sih, ini bukan masalah rombongan atau enggak. Gue pernah ke Dresden 15 org dr Berlin, akur2 aja tuh. Anak2 ICEUS itu terlalu dominan. Gak mau diatur sedikit aja.
Ad bilang, di kelompoknya lebih gak penting lagi. Mereka terpecah dua, Ad dan Ma versus Ti, Sv, dan Ch. Ti, Sv, dan Ch ngotot pengen pergi ke satu tempat yg ujung2nya juga mereka hrs ke sana krn bakal ketemu sama kelompok2 lain di sana. Maksud Ad dan Ma, mending skrg jalan2 dulu ke tempat lain baru kumpul di sana. Tapi Ch bilang mereka mau ke sana dan krn mereka mayoritas maka Ad dan Ma harus ikut. Males bgt gak sih gue ngetik2 hal gak penting gini??? Akhirnya Ad dan Ma memisahkan diri dan beli karcis sendiri dan Ti, Sv, dan Ch dengan gak tau malunya ngambil aja karcis bersama itu hanya buat mereka. Di ICEUS, kompromi adalah kata yg artinya harus kita cari di kamus.
Acara2 seperti ini bener2 mengungkapkan asli mereka. Tampang2 malaikat dengan kulit bersinar rambut pirang berombak dan mata biru, tapi egoisnya minta ampun (tuh kan gue jadi ngomongin fisik). Belum lagi masalah kamar dan lain2. Ngerti kan kenapa gue gak terlalu semangat buat ekskursi?
Belum lagi pribadi2 yg rata2 mengidap superman/superwoman kompleks. Harus jadi yang paling tau, atau paling pinter, atau paling-paling lain. Belum lagi ngomongin orang2 gila di ICEUS. Yang kalau presentasi marah2 kalau kita gak ngerti, yang kalau dosen dia anggap gak jelas nerangin sesuatu dia bakal maju ke papan dan jelasin buat temen2nya, gue gak tau lagi mesti ketawa atau apa.
Semester ini banyak sekali ekskursi. Semester baru dimulai seminggu aja udah pada ke Darmstadt. terus ke München. Terus ke Belgia... dan minggu depan ke Strauβberg. Tebak gue ikut ke mana? Gak ke mana2. hehe... gue cuma ke Belgia itu pun krn wajib. Padahal gue dan beberapa orang lain udah ilfil juga sih. Udah gitu, budget gue semester ini adalah memang cuma untuk ke Belgia, jadi sori ya Nuk... lain kali aja deh gue ke Müchen cari tebengan.
Nah, pas ke Brüssel kemarin gue ikutin aja temen2 yg udah pada pengalaman sama ekskursi. Kalau Je bilang gak usah dateng ke acara ketemu alumni krn percuma krn [blablabla], maka gue ikut aja. Pokoknya berkat pengalaman temen2 sekamar gue, gue jadi gak terlalu bete lah kemarin.
Oya, ada satu hal gak penting lagi. Ini masalah satu oknum senior kita. Jadi pas ke Brüssel kemarin, ada 3 senior yg ikut. Dua cewek yg thn lalu magang di Brüssel jd mungkin kita butuh guide dan salah satu di antara cewek2 itu juga konselor anak2 junior, jd wajar lah kl mereka ikut. Nah, ada satu senior cowok yg juga ikut yg sama sekali gak penting. Emang sih ceweknya itu temen seangkatan gue (jadi mungkin lagi bulan madu), emang sih dia ganteng dan ramah (ini penting juga), tapi kelakuannya ya tolong.
Gue pikir dia ikut ke Brüssel utk urusan pribadi, berhubung bulan depan mereka lulus jd mungkin wawancara kerja atau cari contact person di Brüssel atau semacamnya. Tapi ternyata dia selalu ikut kita ke kelas. Sebenernya gue gak masalah selama dia tutup mulut aja, tapi tidak demikian adanya. Pas sesi tanya jawab dia selalu yg pertama2 angkat tangan utk nanya. Dan pertanyaan2nya tentu saja sesuai minat dia, apa aja yg terlintas di pikirannya. Tolong ya, dia itu senior, dia pasti tau bhw diskusi di Brüssel itu sudah kita persiapkan sejak di Fulda. Pertanyaan2 yg kita ajukan itu terarah dan berdasarkan landasan2 tertentu yg kita diskusikan di kelas selama 2 bulan ini.
Bagi gue gak masuk akal aja kl tiba2 dia muncul entah dari mana dan membelokkan diskusi kita. Dia itu cuma tamu, sampai Fulda lagi dia bisa tidur sampe minggu depan kalau dia mau, sementara kita harus bikin laporan. Kalaupun demikian mendesaknya pertanyaan dia, tanyalah setelah pertanyaan2 dari kita selesai.
Belum lagi hal2 kecil lain yg bikin gue teriritasi. Dia selalu dapet tempat duduk dengan meja sementara temen2 gue banyak yg gak kedapetan meja. Dia selalu ada di setiap foto angkatan kita (mudah2an sih semuanya kebakar, kl digital mudah2an keapus), sementara dua senior cewek kita yg sibuk motret2in kita.
Hhhhh… masih berjuta keluhan gue ttg anak2 ICEUS. Tapi gue udah bosen mikirin mereka. Akhirnya, gue mesti akui, di luar semua ketidak masuk akalan itu, banyak juga hal2 dari mereka yg patut diacungi jempol, mudah2an suatu saat ada kesempatan gue tulis.
Cerita penting dan gak penting tentang Brüssel
Setelah ekskursi, kita disodori lembar evaluasi, pertanyaan2 ttg organisasi acara dll. Di pertanyaan “siapakah pembicara favorit” gue tulis Dr. Glatz dan Stefaan. Dr. Glatz adalah pelobi dari Daimler Chrysler yg bakal gue tulis di posting khusus nanti, dan Stefaan adalah tour guide kita, hehe.. Dia bener2 lucu dan sarkastis, hal2 biasa ttg Brüssel dia omongin sedemikian rupa sehingga dua jam dia ngomong bisa gue ikuti dengan semangat (tumben banget nih, konsentrasi gue dengerin org ngomong bhs Jerman kan terbatas cuma 1 jam, huhuhu). Misalnya, ketika dia ngejelasin ttg sekolah militer di Brüssel, dia bilang kira2 begini: “di sebelah kiri kalian adalah bangunan tua peninggalan blablabla yg sekarang digunakan utk sekian mahasiswa belajar ilmu kemiliteran ini dan itu. Di tangan para lulusannyalah kelak terletak tanggung jawab ngurusin 4 pesawat tempur dan 5 tank milik Belgia.” Stefaan memang favorit gue.
Menurut Stefaan, terbentuknya Belgia adalah “ein Unfall der Geschichte” (= kecelakaan sejarah). Belgia sudah jadi rebutan sejak bertahun2 yg puncaknya adalah pertempuran Waterloo thn 1815 antara pasukan Napoleon Bonaparte dan pasukan sekutu (Jerman, Prancis, dan Inggris). Setelah Napoleon kalah, dan setelah perundingan2 internasional yg alot akhirnya tercapai kesepakatan utk memberikan Belgia kemerdekaan. Raja pertamanya, King Leopold I of Brüssel juga merupakan kompromi yg bisa diterima semua pihak. Leopold I adalah kelahiran Jerman yg entah bgmn msh ada keturunan Inggris dan memperistri putri Prancis. So everybody was pleased.
Namun siapakah org asli Belgia? Apakah bahasa Belgia itu? Yang ada adalah Belgia terdiri dari org2 asli Belanda di utara yg bicara bhs Flemmish (59% populasi), org2 asli Prancis di Selatan yg bicara bhs Prancis (39% populasi), dan 2% org Jerman (sebagai hadiah setelah melepaskan diri dari Jerman). Tapi di kota Brüssel sendiri, 80% menggunakan bhs Prancis. Keragaman ini tercermin di nama2 dan petunjuk jalannya yg ditulis dalam 2 bhs, dan di produk2nya, misalnya rokok, peringatannya ditulis bahkan dlm 3 bhs: Prancis, Belanda, Jerman.
Brüssel: the mini Paris
Bagaimana ceritanya sampai Brüssel jd ibukota EU? Ketika ke 6 negara pencetus EU (Prancis, Jerman, Italy, BeNeLux) berunding menentukan markas mereka, Paris mendapat pertentangan berat dari Jerman. Jerman sendiri sepertinya gak akan bisa jadi ibukota manapun setelah kejahatan PD II yg dia lakukan. Sementara Italy terlalu jauh di selatan (gak strategis). Akhirnya ditunjuklah Brüssel, toh siapapun gak bakal merasa terancam bahwa Brüssel suatu saat akan mendominasi Eropa, gak mungkin gitu loh negara sekecil itu dan cuma punya 4 pesawat tempur dan 5 tank.
Setiap hari 900.000 org keluar masuk Brüssel. Jumlah ini memang gak ada apa2nya dibanding hilir mudik para pekerja yg tinggal di kota2 satelitnya Jakarta. Di Jakarta, 2 juta manusia keluar masuk setiap hari (ini hanya para pekerja, belum termasuk dll). Namun jika kita turut memperhitungkan ukuran Brüssel, maka kesibukan ini bagaikan 13 juta orang setiap hari keluar masuk Jakarta (mau gila gak sih gue bayanginnya). Tapi tentunya jangan bayangin sistem transportasi di sini seperti di Jakarta ya.
Semua turis yg pertama kali datang ke Brüssel gue haruskan untuk mulai perjalanan mereka dari Grand Place (Marktplatz). Yg mrk sebut Grand Place itu semacam alun2 yg ke empat sisinya bangunan2 kuno yg dulu dipakai sbg Rathaus dan toko2 bahan pokok misalnya roti dan bir. Sekarang antara lain dipakai jd kafe2, toko2 suvenir, museum kota, dan informasi turis. Bangunan2nya sangat impresif dan kl kita datang ke Brüssel pada saat yg tepat (sekitar pertengahan Agustus pada tahun genap), kita bakal disuguhi pemandangan bunga2 warna warni terhampar dan berpola seperti karpet berwarna yg memenuhi alun2 itu.
Di sekitar Grand Place, di radius 5 menit jalan kaki, ada patung anak kecil lagi pipis (jd air mancur) yg dijadikan simbol kota Brüssel krn konon berkat pipisnya anak kecil itu, bom yg sedianya meledakkan kota Brüssel jd gagal meledak. Nama patungnya
Mannekin Pis. Dan bentuknya direproduksi di mana2 dan bisa dibeli di toko2 suvenir dlm bentuk pembuka botol, gantungan kunci, pembuka tutup gabus, kartu pos, blablabla.
Tepat di kompleks itu juga ada Brauerei (tempat produksi bir?) di mana elo bisa nyicipin satu dari sekian ratus jenis bir Belgia di antaranya yg khas Belgia itu Lambic, Kriek, dan Geuze (coba tebak bgmn gue bisa tau, huhuhu). Tapi gak boleh milih ya adek2, kl mau nyicip terserah yg ngasih aja. Yg menarik minat gue adalah patung di gedung itu. Sebagaimana di setiap kota di Eropa punya tradisi sendiri utk rame2an para turis (misal di Roma ada air mancur entah apa namanya –lupa- yg kl kita buang koin di sana suatu saat kita bakal balik lagi ke Roma), di Brüssel letaknya di patung ini, kl kita mengusapkan tangan kiri kita dari kepala hingga kaki patung itu terus sentuh patung tikus di bawahnya terus kelinci di atasnya dan patung kepala malaikat di tengah2, konon kita bakal hamil sebelum akhir tahun. Dan tebak siapa yg paling semangat nyobanya? Ya gue dong, huhuhu...
Bangunan2 lain yg patut dikunjungi:
(Ini urutannya acak aja, gue gak inget letaknya di mana satu per satu)
St. Michael's Cathedrale
Arc de Triomphe atau Brandenburger Tor a la Brüssel
Palais Royale, konon kalau Raja/Ratu lagi di sini, bendera Belgia berkibar.
Atomium, sudah jd salah satu simbol Brüssel. Belum ke Brüssel kl belum ke sini!! Bangunan ini berbentuk struktur atomnya besi, ke-9 lingkaran ini dihubungkan dgn tangga dan eskalator, beberapa ada exhibition di dlmnya, kita juga bisa naik ke tempat paling tingginya buat lihat kota Brüssel.
La Bourse
Dan lain-lain yang gak gue pajang fotonya tapi harus dilihat juga:
Palais de Justice, Chinese Pavilion, Japan's Pagoda, Notre Dame du Sablon (Gereja gaya Gothik),
Galerie Hubert (pertokoan dgn bangunan khas abad 19),
Botanical Garden (ini berhektar2 rumah kaca yg isinya tanaman2 tropis dari Afrika),
Rue de Bouchers (ini jalan kecil di kanan kirinya jajaran restauran menyajikan masakan2 khas Belgia yg nyaman sekali, sangat romantis, dan sekali pandang juga kelihatan mahalnya, huhuhu, tapi lewat aja lah. buat cowok2: bagus buat inspirasi tempat ngelamar cewek, pasti langsung di-iya-in),
Mini Europe (agak di luar kota, kl kalian ada banyak waktu), yaitu miniature bangunan2 Eropa (misal: Big Ben di London, Eiffel di Paris, blablabla), semacam yg ada di Madurodam (Belanda) kali ya….
MuseumsSebenernya museum2 di Brüssel sangat menarik, kalau aja kita punya waktu dan ada harga khusus buat mahasiswa, bukan cuma harga buat jutawan. Tolong ya, sekali masuk aja bayar 6 euro gitu loh, gak ada harga mahasiswa, gimana coba.
Anyway, ada
museum mobil kuno, yg koleksinya adalah 470 mobil2 kuno merk BMW, Mercedes, dll (sori gue agak error kl disuruh inget2 merk mobil). Ada juga
museum instrumen musik, museum kota, museum seni rupa, museum komik, museum pesawat terbang, museum film. (apa lagi ya?) Oh, kl museum film kita masuk ke sana krn gak ditiketin, huhuhu, dan kebetulan lewat. Isinya alat2 bikin film dan alat2 memutar film jaman dulu. Jd dulu kl mau liat film kita harus ngintip, masukin koin, dan muter filmnya manual pake tangan. Jd mau bikin slow motion se-slow yg elo mau terserah aja deh.
Europe QuartierIni adalah kompleks modern yg isinya gedung2 institusi2 EU yg sebenernya sama dahsyatnya sama yg di
Straβburg, tapi saking banyaknya gedungnya gue jadi males jelasin satu2. Yah bayangin sendiri lah gedung2 berkaca yg tidak bersiku melainkan meliuk2 ciri khas arsitektur modern (atau post-modern?) yg detailnya sangat diperhatikan.
Dulu, beberapa puluh tahun yg lalu, sebelum EU jd segengsi ini, negara anggota mengirim biasanya para politisi dari partai oposan utk pergi ke EU, atau para politisi “buangan” lainnya suapaya pemerintah bisa menjalankan negara tanpa “gangguan”. Namun sekarang, Brüssel adalah bagaikan gula satu ons dirubungi semut sedunia. Orang menyangka untuk EU dibutuhkan administrasi yg harus dijalankan berjuta2 orang. Kenyataannya tidak demikian. Wakil EU yg bekerja di institusi2 EU (Komisi, Council, Parlemen) tidak sampai 45.000 orang secara keseluruhan. Ditambah dengan tenaga2 pendukung seperti sekretaris, penerjemah, interpreter, pasukan katering dll, paling banyak 150.000 keluarga hidup dari EU. Bandingkan dengan München yg pemerintahannya dijalankan oleh 50.000 org. utk melayani sejuta penduduk saja.
Gak heran kl jalan menuju Brüssel menjadi jalan panjang yg berliku2 dan berdarah2. Belum lagi kl denger bayarannya, hmmm... skandal! Bagi interpreter fresh graduate dengan sedikit pengalaman kerja, dalam sebulan dia bisa dapat bersih 3000 euro.
Tapi melihat mahalnya hidup di Brüssel, dan sulitnya dapat apartemen, apalagi kl pemilik apartemen tau elo kerja di EU, huhuhu bakal naik gila2an lah itu harga sewa, jadi yah... 3000 euro mungkin akhirnya gak bersisa. Tapi tetep, Brüssel sekarang adalah mimpi para politisi Eropa.
berjalan2 di Europe Quartier, yg gue liat kelompok2 demonstran dengan kaos warna warni matching sama balon2 atau pernak pernik lain yg mrk bawa. Atau polisi2 dengan sirene meraung2 (tapi jalannya santai benerrr ya Del?) Atau orang2 entah siapa yg mungkin sibuk mungkin sok sibuk, mungkin penting mungkin sok penting, yg jalan ke sana ke mari pakai setelan berdasi.
Berhubung kita ada jadwal diskusi sama orang2 dari institusi2 itu maka kita juga harus masuk gedung2nya. Gue rasa satu hal yg juga pasti laris di Brüssel adalah psikolog. Gimana enggak, gue liat hidup mereka aja udah stress. Gedung2 dengan sistem pengamanan gila2an (bayangin kita keluar masuk ruang seminar aja harus dikawal), udah gitu semua org pasti ada tanda pengenalnya. Belum lagi interior gedungnya yg bikin pening saking bagi gue sama aja bentuknya. Gue aja sampe kesasar di dalem, huhuhu, bukan cuma di kota gue kesasar, tinggalin aja gue di gedung yg baru gue masuki, gue ternyata nyasar juga. Untungnya ada bapak2 baik hati yg nganterin gue balik ke ruang seminar, dia bilang, “emang bagi org baru sulit kl masuk gedung2 ini” huhuhuhu, yg bener sih gue gak perhatian aja…
Khas BelgiaUrutan pertama tentu
coklat. Belgia dan
pralines-nya. Toko2 coklat yg buka sampai jam 11 malam pun setiap saat selalu penuh antrian meliuk2 bagai ular. Lalu ada juga
waffle. Waffle Belgia terkenal di seluruh Eropa, walaupun bagi gue terlalu berlemak dan manisnya bikin gigi gue ngilu. Khas Belgia lainnya adalah
kentang goreng, sayangnya gue gak berhasil mengungkapkan misteri beda kentang goreng Belgia dan sisa dunia, walau org bilang beda karena kentang Belgia dibuat dari kentang fresh. Selain itu tentu saja
bir, yg udah gue sebutin di atas (Kriek, Geuze, dan Lambic).
Hotel de PontiniereHmm.. kl yg ini adalah tempat nginep rombongan kita. Letaknya tepat di tengah kota, dan kualitasnya bener2 bikin pening. Masih untung kamar gue ada shower dan toilet di dalamnya. Di kamar2 lain, ada yg pakai hanya shower ada yg pakai hanya toilet, ada yg tanpa dua2nya, ada yg gak pake air panas, blablabla, walaupun hari pertama kamar mandi kita tanpa lampu dan waktu kita masuk, kamar itu belum dibersihin, huhuhu… seketika itu juga gue kangen Jerman.
Saat sarapan setiap pagi adalah tontonan bagi gue. Hotel ini cuma punya 2 pegawai yg mengerjakan semua: penjaga pintu merangkap urusan keuangan merangkap blablabla merangkap service juga kl kita sarapan. Bapak yg tua mengerti bhs Inggris dan pembawaannya tenang. Yang lebih muda hanya bicara bhs Prancis dan kerjaannya ngomel2. Setiap pagi ngeliat temen2 gue diomelin seneng banget gue. Je bilang, begitulah service a la Prancis. Prancis memang tidak sama dengan sisa dunia dalam segala hal, namun lebih2 dlm hal service. Beda sama Asia di mana pelanggan adalah raja, atau di Jerman di mana semua org sama. Di Prancis, pelayan lebih mulia daripada yg dilayani, hmm… arogansi Prancis.
Brüssel atau Fulda?Hahaha... ini pertanyaan berat, hehe. Gue pilih Brssel dalam hal vitalitasnya, dinamisnya, semangatnya, ramenya, hijau kotanya (ini yg sangat ditekankan oleh Stefaan, memang sih Brüssel itu seperti kota di dalam hutan). Namun dalam hal kebersihan? keamanan? ketenangan? keteraturan? Fulda memang bikin kangen juga ternyata...
Sekian ttg Belgia. Gila gue nulis udah hampir 4000 kata nih, dalam waktu seminggu gue udah mecahin rekor gue sendiri, huhuhu, padahal ini udah versi yg tersingkat lho. Masih banyak yg mau gue tulis ttg Belgia, ya nantilah kl jd gue update pasti gue bilang2.