about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Wednesday, June 29, 2005

Penjaga Ketertiban EYD


Gue barusan baca di detik.com, tentang blog yang judulnya Polisi EYD, blog ini mengkoreksi kesalahan-kesalahan yg dilakukan penulis-penulis internet yang tidak sesuai dengan EYD.

"Polisi EYD tidak mengamati isi dari situs. Polisi EYD juga tidak peduli bagaimana si penulis situs menggunakan bahasa lain (bahasa slang, asing, gaul, dll) dalam situsnya. Akan tetapi ketika dia menggunakan kata atau frasa berbahasa Indonesia, maka dia harus menggunakannya dengan kaidah yang benar," demikian tulisan pertama pada Blog Polisi EYD.


Oke, Pak/Bu Polisi, gue salut atas inisiatif Anda memasyarakatkan EYD. Dan sebelum Anda repot-repot menilang gue, ini gue sudah bikin daftar kesalahan gue sendiri yang sering kali gue lakukan dengan sadar namun kadang terlalu malas untuk menulis dengan benar, atau kadang juga ragu mana yang benar:

1. Gue selalu nulis kata benda jamak seperti ini: orang2 dan bukannya orang-orang. Hehehe... gila aja gue mesti ngulang2 ngetik kata, untuk yang satu ini dimaklumi aja ya Pak/Bu Polisi, hehe... *damai aja*

2. Gue selalu nulis kata tau padahal seharusnya tahu. Bisa gak ini dimasukkan ke kategori slang aja? hehe...

3. Kadang gue bingung sehingga gue gak konsisten menggunakan akhiran -nya sebagai kata ganti milik orang ketiga. Untuk kata-kata tertentu gue tau penulisan gak bisa begitu aja disambung, dan hari ini baru jelas bagi gue bahwa kalau kita nulis kata dengan huruf besar atau kata-kata asing, maka akhiran -nya ditulis menggunakan tanda sambung, selebihnya disambung aja semua. *janji tidak mengulangi kesalahan*

4. Menulis dengan singkatan. Contoh: dgn, tdk, yg, kl, bhw, dll. Ini hukumnya apa ya?

5. Penggunaan tanda baca koma. Kalau yang ini gue nyerah abisss. Gue rasa ini juga masalah di Jerman setelah reformasi ejaan bhs Jerman thn 98 (atau 99?) kl ga salah ada 30 sekian aturan penggunaan koma yg sebabkan pelajar2 Jerman jd kriting. Selama ini sih gue nulis koma utk pisahkan anak kalimat dari induk kalimat. Berhubung kalimat2 gue kadang2 sampai mencapai cucu kalimat dan cicit kalimat jadi yahh... gitu deh. Atau, seringnya sih gue pakai koma kalau gue pikir itu bisa membantu supaya yg baca lebih ngerti apa yang gue tulis, tapi maaf2 aja ya kl jd makin bingung, hehe...




Wow, untuk posting kali ini gue luar biasa sadar nulisnya, hehe...

Creative Commons License

Tuesday, June 28, 2005

Three Days To Worry


"I've got to give a 5-minute oral report in school on Thursday. We're supposed to research our subject, write it up, and present it to the class with a visual aid."

"That's a big assignment."

"I'll say. I hate my teacher. She knows we'll all do it on the last evening, but she gave us three days to worry about it."


Waterson, Bill: The Essential Calvin and Hobbes. A Calvin and Hobbes Treasury. London (Warner Books), 5th ed., 2002, p. 241.

Creative Commons License

Sunday, June 26, 2005

Apakah Bahasa Masa Depan Manusia?


Bahasa Inggris adalah bahasa “universal” pertama dalam sejarah peradaban manusia. Memang selalu ada bahasa2 yg digunakan di banyak negara sekaligus namun cakupannya selalu regional, misalnya, dulu pernah ada Bahasa Latin, yg dipakai di daratan Eropa (dan daerah2 di bawah Kekaisaran Romawi) namun tidak di bagian bumi yg lain. Atau Bahasa Arab yang dipakai di Timur Tengah dan negara2 Maghrebian lain. Atau sekarang ada Bahasa Prancis yg dipakai sebagai bahasa resmi di 5 negara di Eropa dan di banyak negara di Afrika, atau Bahasa Spanyol yang dipakai di seluruh Amerika Latin (kecuali Brazil?) Namun sekali lagi, bahasa-bahasa tersebut bersifat regional. Baru Bahasa Inggris lah yg secara konsensus diterima dan dimengerti merata di seluruh dunia.

Bahasa Inggris kini mendominasi bahasa-bahasa lain di dunia. Pertama-tama, Bahasa Inggris menggeser bahasa-bahasa lain dalam tradisi penggunaannya. Misalnya, dulu Bahasa Prancis disepakati sebagai bahasa diplomasi. Bahasa Jerman pernah jaya sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang bahasa yg disepakati digunakan dalam bidang2 itu diambil alih oleh Bahasa Inggris. Lalu, selain menggeser bahasa2 lain dalam kancah mereka di dunia, Bahasa Inggris juga banyak “menyusupi” bahasa-bahasa lain. Kosakata dalam Bahasa Inggris tidak hanya terbatas pada jargon2 bidang2 ilmu tertentu (misal: komputer, psikologi, teknik) namun merembes hingga kata2 sehari2.

Oleh banyak ahli bahasa, prospek Bahasa Inggris dianggap mengancam kelangsungan hidup bahasa2 lain. Masa depan banyak bahasa sangat dikhawatirkan dan makin banyak usaha yg dilakukan utk melindungi bahasa2 itu. Bahasa, sama halnya dengan anjing laut atau ikan paus, sekarang dianggap sebagai spesies yg hampir punah. Kekhawatiran ini bukan hanya ditujukan pada bahasa2 marjinal, namun juga bahasa-bahasa besar dunia, misalnya bahasa Prancis. Prancis adalah negara yg paling kebakaran jenggot. Thn 70-an, 60% dari seluruh dokumen yg dikeluarkan oleh EG/ Europäisches Gemeinschaft (kalau gak salah Bahasa Indonesianya „Masyarakat Bersama Eropa“) adalah dlm bhs Prancis, dan 4 dekade kemudian, hanya 40% dokumen dlm bhs Prancis. Di dalam negeri, untuk menjaga Bahasa Prancis dari dominasi bahasa-bahasa lain (baca: Bahasa Inggris), thn 1994 pemerintah Prancis mengambil tindakan dengan mengeluarkan hukum yg dikenal dengan sebutan „La Loi de Toubon“ yg isinya intinya adalah mengenai keharusan stasiun2 TV Prancis untuk menggunakan 100% Bahasa Prancis.



Image hosted by Photobucket.com





Di presentasi gue di kelas Language Policy bulan lalu, ini yg gue bahas: masa depan Bahasa Inggris menurut prediksi Jean Louis Calvet, ahli bahasa dari Sorbonne (Prancis). Prediksinya bertolak belakang dengan apa yg pernah gue bahas di posting gue yg ini. Rupanya Calvet ini sehati dengan aliran „laissez-faire, laissez-passer“ (let it be) dalam ekonomi: mau begini ya begini, mau begitu ya begitu, terserah kemauan pasar aja. Inti pendapatnya ada 2:

Pertama, suatu bahasa punah tidak hanya karena dominasi dari bahasa lain namun yang paling penting dan di atas segala2nya, adalah karena para penuturnya memutuskan utk tidak lagi menggunakan bahasa mereka dan tidak lagi mewariskan bahasa mereka ke anak2 mereka. Misal, bokap nyokap gue yg di keluarga mereka masing2 bicara dlm bhs Jawa, ke anak2nya mereka bicara bhs Indonesia. Dan bisa jadi suatu saat gue memutuskan Bahasa Inggris lebih berprospek dan bicara dlm Bahasa Inggris sama anak2 gue, siapa tau kan. Dan jika ini terjadi secara massal, maka akan punahlah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia suatu saat.

Sangat jarang suatu kebijakan bahasa dapat diterapkan jika hal tersebut bertentangan dengan keinginan masyarakat. Apakah mungkin utk menyelamatkan suatu bahasa yg tidak lagi diinginkan oleh penuturnya? Beberapa kebijakan berbahasa memang berhasil diterapkan. Misalnya ketika Kemal Atatürk di Turki pada awal abad 20 mereformasi ejaan Bahasa Turki dan mengeluarkan kamus Bahasa Turki yang meminjam kata2 dari Bahasa Arab dan Bahasa Farsi. Lalu Indonesia juga pernah berhasil mengadopsi Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan mereka.

Namun negara2 lain mengalami banyak hambatan, misalnya proses Arabisasi di Aljazair dan kebijakan multi-lingual yg diajukan mantan presiden Guinea, Sekou Touré, yang berakhir gagal total.


Kedua,
bahasa adalah alat manusia, yg berfungsi melayani manusia, dan bukan sebaliknya. Para ahli bahasa selalu menyesal kalau ada bahasa yg punah, namun bahasa bukanlah isi museum, bahasa adalah sesuatu yg berubah terus dengan konstan mengikuti kebutuhan manusia. Bentuk2 bahasa selalu berevolusi dan hubungan di antaranya berkesinambungan: sementara satu bahasa mati, bahasa lain akan lahir.

Misalnya, sejak keruntuhan Tembok Berlin, dan terpecahnya Yugoslavia, negara2 baru dan bahasa2 baru pun muncul ke permukaan: Bahasa Serbia, Bahasa Bosnia, dan Bahasa Kroasia sekarang adalah bahasa2 yg independen satu sama lain, yg dulu kita anggap satu bahasa yaitu Serbo-Croat. Demikian pula yg terjadi setelah Ceko dan Slovakia berpisah, telah menjadikan Bahasa Ceko dan Bahasa Slovakia makin lama makin terpisah. Walaupun bahasa2 itu sekarang masih hanya berbeda dalam beberapa kosakata, namun para penuturnya mempertegas identitas mereka dengan cara menekankan perbedaan bahasa2 tsb.

Contoh lain, adalah munculnya variasi2 bahasa akibat dari aspek geografis. Di Afrika, Bahasa Prancis yg digunakan di Gabon, Mauritania, Senegal, Niger, Pantai Gading, dll memperlihatkan adanya perbedaan (walaupun masih tipis). Bahasa Arab di Rabat dan di Riyadh, atau Bahasa Spanyol di Madrid dan di Buenos Aires pun tidak dapat dikatakan identik.


Kesimpulan

Bahasa yang murni adalah mitos. Bahasa Latin yg digunakan Cicero mungkin masih murni, namun sudah tidak lagi dipakai manusia zaman kini. Hari ini, berbagai variasi Bahasa Latin telah berkembang selama berabad2 penggunaannya menjadi Bahasa Itali, Bahasa Spanyol, Bahasa Prancis, dll. Sejarah menunjukkan bahwa semakin suatu bahasa tersebar secara geografis, semakin banyak variasi yg ditimbulkannya. Jadi, apa yg pernah terjadi pada Bahasa Latin bisa jadi juga terjadi pada Bahasa Inggris. Dominasi Bahasa Inggris yg mendunia dewasa ini tidak dapat disangkal, namun bisa jadi hanya berlangsung beberapa saat saja. Gejala2nya sudah dapat dilihat sekarang dengan munculnya variasi2 Bahasa Inggris misalnya Singlish di Singapur. Bahasa Inggris yg dipakai di Amerika, di Inggris, atau India mulai menunjukkan perbedaan2 satu sama lain.

Beberapa abad mendatang, peta bahasa akan berubah, dan akan terus berubah, sesuai dengan bentukan penuturnya.

Menjawab pertanyaan „apakah bahasa masa depan manusia?“ gue juga gak tau apa. Beberapa puluh tahun ke depan mungkin jawabannya Bahasa Inggris, namun beberapa abad lagi? Bisa jadi malah Bahasa Indonesia, atau bahasa baru gabungan antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia (sumpah gue asal ngomong nih, gak pake data).




coming someday: tentang Bahasa Indonesia.

Creative Commons License

Friday, June 24, 2005

Kata Psikologi Tentang Ramalan


Siapa yang tidak kenal ramalan? Mulai dari ramal meramal sebagai permainan buat lucu2an di antara teman2 sampai ke ramal meramal sebagai profesi. Ribuan macam ramalan bertebaran di sekeliling kita: ramalan astrologi, ramalan kartu, ramalan numerology, ramalan daun teh, dll. Bahkan sekarang friendster pun memasukkan ramalan harian ke halaman kita.



Masa Lalu
Ramal meramal sudah berusia setua peradaban manusia. 3000 tahun sebelum Masehi, bahkan sebelum ada tulisan, orang2 Mesir kuno sudah mulai meramal. Lewat bintang2, lewat tanda2 alam lain. Mulai dari meramalkan alam sampai meramalkan peruntungan manusia. Rasanya, nasib kita yang merupakan misteri terbesar kita dan yang dari segi religius seharusnya tetap kita serahkan kepada Tuhan karena merupakan hak prerogatif-Nya, tidak bisa luput dari ambisi manusia sehubungan dengan obsesi manusia untuk memiliki sense of control dalam segala hal.


Image hosted by Photobucket.com
Egyptian map of the sky, 'Zodiac of Denderah'


Lebih jauh lagi dari itu, dalam mitologi Yunani (entah berapa tahun sebelum Masehi, 8000?), dikenal perempuan2 yg punya gelar Sibyl, perempuan2 yg punya kemampuan meramalkan masa depan, dipercaya ada 10 Sibyl dalam mitologi, yang paling terkenal adalah Pythea of Delphi dan Cassandra of Troy. Cassandra adalah adik Paris, pangeran Troy, sejak kecil sudah terlihat sangat cantik (konon lebih cantik daripada Helen of Sparta) dan membuat Apollo (dewa kesenian, peramal, penyembuhan, musik) jatuh hati dan berikan dia kemampuan meramal. Namun karena Cassandra agak2 gak stabil, ditambah lagi setelah dia menolak Apollo dan Apollo marah lalu mengutuk bhw tidak akan ada lagi org yg percaya ramalan2nya, maka semua orang abaikan ramalan2 Cassandra. Cassandra juga yg sempat heboh memperingati org2 utk tidak bawa kuda Troya masuk ke benteng, namun gak ada yg dengerin dia.

Ini memang mitologi, bukan sejarah. Gue cuma mau bilang bhw sejak peradaban manusia masih berupa tradisi lisan pun, ramalan sudah merupakan topik.


Image hosted by Photobucket.com
Cassandra warns the Trojans
Engraving
Bernard Picart (1673 - 1733)




Masa Kini
Tidak cuma di Yunani atau Mesir, ramal meramal mungkin adalah salah satu yg universal kita dapati di setiap budaya. Dan tak lekang oleh waktu. Orang2 modern pun tergila2 ramalan. Berapa harga bisnis ramal meramal ini sebenernya? Menurut satu sumber:

In Japan, fortune telling is a 1.5 trillion yen market a year. In South Korea, a 1.7 trillion yen market, in the U.S., a 2.7 trillion yen market, and it is impossible to measure its worth in China! It is approximately a 50 trillion yen market all over the world.


(Buat temen2 gue yg nyari2 peluang bisnis, jadi peramal aja deh, langsung tajir kali, huhuhuhu). Yang jelas, triliunan dollar habis di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian, demi supaya manusia bisa memprediksi (kata ilmiah utk meramal), atau memprognosis (dlm bidang kedokteran dan psikologi).

Prediksi dan prognosis jelas bagi gue metode memperolehnya. Yang sampai sekarang gue gak tau adalah bgmn cara mendapatkan misalnya ramalan2 bintang di majalah2. Siapa orang dibalik ramalan2 itu dan bagaimana cara kerjanya? (Mengamati langit pakai teropong? Meditasi?)


Image hosted by Photobucket.com



Salah satu temen gue kemarin baru mengaku dosa ke gue, hehe... Dia pernah mengasuh program radio utk remaja. Tugasnya mengumpulkan informasi utk disiarkan, termasuk informasi astrologi. Dan bgmn cara kerja dia?

Oknum: Gue copy paste aja ramalan2 dari mana2 di internet. Jadi ramalan buat beberapa hari ke depan gue ambil dari ramalan beberapa hari yg lalu. Makanya Mel kalau elo denger ramalan bintang di radio X, jangan percaya, huahahaha...
Gue: *speechless*




Ramalan Tentang Gue
Sekitar 10 thn yg lalu, ada yg meramal tentang gue, isi ramalannya gue akan menikah dua kali, pernikahan yang kedua bakal lebih bahagia. Gue diramal begini lewat kartu domino. Hmmm… mungkin seharusnya gue gak ekspos yang satu ini ya… karena kalau cowok2 baca ini, mana ada yang mau jadi suami pertama gue? Dan kalau gue gak punya suami pertama, mana mungkin gue bisa punya suami kedua? Ckckckck…

Rasanya cuma itu ramalan ttg gue yg gue inget. Sisanya? Bikin gue marah aja bacanya. Ramalan2 yg basi abis. Contohnya seperti yang gue copy paste di bawah ini, yang gue ambil dari sini. Gak penting banget gitu loh. Mau marah aja gue bacanya. Bener2 gak ada isinya, huhuhu…. Basi! Basi! Basi! Tanpa baca ini juga gue udah tau harus begitu, hhhh...


LEO
Nasib sedang bersinar terang, namun perekonomian belum stabil. Perlu diadakan perhitungan yang matang, jangan banyak pengeluaran. Tingkatkan disiplin kerja, bertindak tegas dan bertanggung jawab. Permintaan keluarga yang kurang penting, ditunda atau ditolak dulu.

Asmara: Jangan banyak acara keluar, acara di rumah lebih menyenangkan.


Atau, ramalan2 tahun 2005 yg gue dapet dari fortune cakes: yg pertama chinese fortune cake yg gue dapet dari toko Asia deket asrama. Tertulis di situ: "banyak hal kecil yang menyenangkan yang akan mewarnai perjalanan Anda di thn ini." Dan satu lagi, fortune cake dari temen2 gue org2 Bulgaria: "Anda akan tambah bijaksana thn ini." Hmm.. gak penting se-gak penting2nya. Yah, seenggaknya gue dapet kue gitu loh, alhamdulillah.

Salah satu temen gue M pernah sangat kecanduan ramalan. Dia secara teratur setiap 6 bulan sekali berkonsultasi sama peramal yang rupanya lumayan ngetop di Jakarta, yaitu Donny di kafe di sekitar Kebayoran Baru, pernah denger gak? Uh, laris bgt peramal yg satu ini, kl ga salah pakai kartu tarot deh ngeramalnya.

Dan ribuan kisah ramal meramal lain ada di sekitar kita. Semua orang tau ramalan itu „just for fun“. Semua org juga bakal lupa sama isi ramalan satu jam setelah diramal. Namun tidak surut2nya ramalan2 di sekitar kita.



Beberapa Konsep Psikologi untuk Menjelaskan Beberapa Aspek dari Ramalan

Penjelasan pertama akan gue ambil dari aliran Psikoanalisa. Memang tidak ada yang tidak bisa dijelaskan dengan teori Psikoanalisa ternyata, ckckck… dalam Psikoanalisa dikenal sesuatu yg disebut proyeksi. Proyeksi yg dibicarakan oleh Freud adalah dinamika kepribadian yg sangat rumit dan njelimet. Namun akan gue sederhanakan dan jelaskan melalui contoh2 aja.

Semua ramalan yg ada, menggunakan kata2 yg sangat mengambang dan luas dan samar2 sehingga menimbulkan multi-interpretasi pada orang2 yg membacanya. Misalnya ramalan astrologi dlm majalah, harus ditulis sedemikian rupa sehingga seratus orang yang membacanya akan menyebabkan seratus interpretasi yg berbeda2 sesuai kebutuhan si pembaca. Jadi ramalan di sini berfungsi sebagai cermin, yang memproyeksikan apa yang ada pada masing2 pembacanya. Apa yg dilihat seseorang ketika bercermin akan beda dengan apa yg dilihat orang2 lain ketika mereka bercermin. Padahal bendanya (cermin, ramalan) sama aja.

Ini kali ya, satu alasan kenapa kita suka baca ramalan. Karena kita selalu menemukan sesuatu tentang kita di sana, hehe...

Konsep lain adalah selective attention dari Psikologi Faal. (Yea yea gue ngulang mata kuliah ini 5 kali, jadi terserah deh kalian mau percaya yg gue omongin apa enggak). Informasi yg ada di sekitar kita ini jumlahnya miliaran, dalam bentuk suara, penglihatan, rasa, dll. Bayangkan kalau kita harus memproses semua informasi yg masuk. Tentu otak kita bakal meledak. Untungnya kita punya kemampuan alami utk secara otomatis memilah2 informasi. Hanya informasi2 yg kita pilih saja yg kita proses lebih lanjut.

Sesuai analogi di atas, demikian juga yang terjadi dengan ramalan. Sepuluh kalimat yg ditulis di ramalan bintang, mungkin hanya satu yg „masuk“ ke kepala kita, atau mungkin hanya anak kalimat dari satu kalimat, bukan kalimat utuh, hehe... Ke mana kita bakal menjatuhkan fokus, tergantung mana yg paling relevan.

Misal, bagi pendukung ramalan, dia bakal fokus ke kalimat yg menggambarkan dirinya (“tuh kan… bener banget nih ramalan ini, gila cocok banget gue diramalin dia”) padahal mungkin yg cocok cuma satu anak kalimat, udah gitu cocoknya juga karena proyeksinya, huhuhu… Atau sebaliknya, bagi para pembaca yg skeptis sama ramalan, dia akan fokuskan ke kalimat2 yg buktikan betapa omong kosongnya ramalan2 itu.

Ke mana perginya sisa ramalan yg kita “sisihkan”? Menguap aja lah di udara. Di kelas gue, tanya Adella deh, ada orang2 tertentu yg kalau udah mulai ngomong gue merasa rugi dengerinnya. Jadi kalau gue udah denger suara2 tertentu langsung terjadi sensor otomatis. Kalau orang2 tertentu ngomong, yg masuk di kuping gue hanya bunyi [tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit]. Sensor. Inilah contoh selective auditory. Demikian juga dengan ramalan. Kita pilih yang relevan, lalu sisanya kita sensor. Hilang. Seperti tidak pernah ada. (ini semua terjadi di level bawah sadar/ tidak sadar).

Lalu ada lagi apa yg dikenal di Psikologi Sosial sebagai self-fullfiling prophecy. Kecenderungan manusia adalah memenuhi apa yg “diharapkan” masyarakat ke kita. Kalau seorang anak sejak kecil sudah di cap bego, maka dia akan bego beneran. Ada satu penelitian yg gue suka, gue bakal ceritain di sini. Jadi dikumpulkan di satu kelas, beberapa murid yang secara intelektual “hanya” rata2. Lalu guru2 yg akan masuk ke sana diberitahu bhw murid2 itu adalah murid2 yg sangat cerdas. Dengan informasi itu di kepala mereka, guru2 itu memperlakukan murid2 itu dengan sedemikian rupa seperti memperlakukan murid2 cerdas. Percaya atau tidak, murid2 itu akhirnya memang bener2 berprestasi layaknya anak2 cerdas dan dengan demikian memenuhi harapan guru2nya.

Pesan dari sponsor: perlakukanlah anak2 kalian sesuai dengan yg kalian harapkan, maka mereka akan penuhi harapan2 kalian. Amin.

Begitu juga dengan ramalan. Ramalan bintang bisa dipandang sebagai cap, stempel, yg mungkin sadar mungkin tidak sadar akan dipenuhi oleh para pembacanya. Berikut ada satu kisah, sekaligus sebagai penutup tulisan kali ini. Cerita ini 100% fiksi, yang gue baca sekitar 10 tahun yang lalu di buku pelajaran bahasa Inggris. Gue lupa pengarangnya siapa judulnya apa. Ini satu contoh self-fullfiling prophecy dalam hal ramalan. Walaupun memang ini contoh ekstrim.

Musim dingin awal abad 20. Pada suatu resepsi para bangsawan di Inggris, tokoh kita Sir X diperkenalkan oleh nyonya rumah Y kepada salah satu tamunya Z, seorang peramal rajah tangan yg sangat akurat. X sangat tertarik utk diramal oleh Z dan menyodorkan tangannya utk dibaca Z. Ketika melihat garis tangan X, seketika pias muka Z yang walaupun berusaha ditutup2i namun terbaca oleh X.

X memaksa Z utk katakan apa yg dia baca. Setelah berusaha berbohong dan mengalihkan perhatian beberapa kali, akhirnya Z menyerah dan akui bahwa dia melihat sesuatu yg sangat mengerikan pada masa depan X. Menurut Z, pada rentang kehidupannya X akan pernah membunuh orang.

Pikiran X sangat terganggu akibat ramalan itu. Berhari2 ia terus memikirkannya. Ia resah karena dalam waktu satu bulan ia akan menikahi kekasihnya yang sangat dicintainya dan sama sekali tidak ingin melibatkan kekasihnya dengan akibat2 perbuatannya. Pada suatu malam yang sangat beku, ketika sedang menyeberang jembatan, X berpapasan dengan seorang gelandangan yg mabuk. Sesuatu berkilas dalam benaknya, dan tanpa pikir panjang dia dorong gelandangan itu dari jembatan, hilang ditelan pekatnya sungai malam itu. X lega, kini dia bisa menjalani hidupnya dengan normal kembali. Sudah terlepas ia dari ramalan itu.

Pada pesta pernikahannya, X kembali bertemu Y sang nyonya rumah, dan inilah yang Y katakan, „Ingatkah kamu pada Z yang kukenalkan padamu waktu itu? Ternyata dia adalah peramal palsu! Dia hanya berpura2 saja punya kemampuan meramal masa depan! Huh! Penipu!“


Moral of the story: Tidak ada yg namanya peramal nasib yg hebat. Yang ada adalah org2 yg percaya ramalannya, sedemikian percayanya sehingga melakukan sesuai dengan apa yg diramalkan terhadapnya.

Creative Commons License

Tuesday, June 21, 2005

Ada-ada Aja!


Bagaimana cara org2 sampai ke blog gue? Selain dgn cara langsung ngetik alamat blog gue, beberapa nyampe ke sini krn temen2 gue taruh link blog gue di blog mereka. Tapi ada juga orang2 nyasar ke sini gara2 hasil search mereka di google.

Penasaran apa key words yg mereka ketik? Antara lain:



Daftar ini bakalan sering2 gue update, hehehehe, nanti gue kabari kalau ada lagi yg macem2 :-)

Creative Commons License

Monday, June 20, 2005

kembang api di mataku


Image hosted by Photobucket.com
Photo by David Sidwell

tak bisa kusembunyikan kembang api di mataku
manakala kudengar namamu mereka sebut
seketika terpapar pekat pijaran hangatnya
seketika terbuka pilu buraian ronanya

masihkah kamu kenali kembang api di mataku?
yang pernah kamu saksikan melesat membelah langit
dan secepat itu pula pudar lalu hilang ditelan malam
sisakan rasa yang tak akan pernah selesai kusenandungkan

akan selalu ada elegi kembang api di mataku
yang pahatkan bilur, kanvaskan lebam, abadikan sembilu
hempaskan selaksa aksara yang dirangkai senja
manakala kudengar namamu mereka sebut

Creative Commons License

Friday, June 17, 2005

hanya sekian saja


Image hosted by Photobucket.com

kukenang kamu hanya sekian saja,
mesti bilang apa lagi?
aku setuju temui kamu sore ini
sebab tak ada lagi yg harus kukerjakan.

kupeduli kamu hanya sekadar saja,
mesti berpura-pura bagaimana lagi?
aku setuju bertukar kabar denganmu sore ini
hitung-hitung menunggu macet ibukota mereda.

namun tolong aku sayang,
hentikan sebut-sebut pacar barumu padaku
bukan cemburu, yang ada bosan kurasa.

masih kurang banyak aku menguap sayang?
hentikan banggakan pacar barumu padaku
kamu boleh bungkus dia, bawa pulang.

sampaikan saja nanti salamku buatnya

sekalian katakan padanya,
sudah puas aku mencicipi kamu.
sekalian katakan padanya,
tidak akan dia butuh waktu lama
untuk sadari kedangkalanmu.

Creative Commons License

Tuesday, June 14, 2005

pertengahan juni


Image hosted by Photobucket.com

pertengahan juni, aku tau dia sedang bersamamu.

kata-kata yang kamu bisikkan padanya,
kata-kata yang samakah
dengan yang ku dengarkan darimu waktu itu?

reaksi yang dia tunjukkan padamu,
reaksi yang samakah
dengan yang kuungkapkan padamu waktu itu?

apakah dia juga melakukan kebodohan yang sama,
dengan kebodohanku waktu itu?


terlalu iba aku pada diriku sendiri,
untuk sanggup merasa iba padanya.
terlalu marah aku pada diriku sendiri,
untuk sanggup merasa marah padamu.

pertengahan juni, belum juga aku melupakanmu.

Creative Commons License

Monday, June 13, 2005

Cinderella's True Story


Ini gue tulis setelah sesi konsultasi singkat buat X yg protektif dalam menghadapi adiknya. Gue jadi inget juga sama R yg pernah beberapa kali curhat ttg adiknya. Ini bukan ulasan dongeng atau ulasan film atau semacamnya. Ini adalah kisah nyata zaman post-modern abad 21 yg terjadi pada seseorang yang sangat kalian kenal, yaitu gue (hehe).

Semua ini berakar dari nyokap gue (halo nyokap!) yg sangat terobsesi sama gue. Oke, dia sebenernya terobsesi sama semua keluarganya (termasuk sama bokap gue, seseorang dengan siapa dia gak punya hubungan darah) tapi ini kan blog gue, tempat gue cerita ttg gue, yang lain gak penting, hekekeke… Kalau ada anggota keluarga gue yang lain yg protes, silahkan bikin blog sendiri, bwahaha.

Dulu waktu gue baru lulus SMA, nyokap gue bisa gila kl gue belum di rumah pas adzan Maghrib. Pas adzan Maghrib. Gue gak inget bgmn gue bisa bertahan melewati saat2 itu, tapi gara2 hal ini gue jadi tau semua jalan tikus menuju rumah gue. Kalau ada yg bilang Pondok Labu itu macet, hmmm … kalian gak tau jalan aja, hehe.

Awal2 kuliah memang gue gak jelas. Kerjaan gue bergaul, jd ya agak2 merasa bersalah juga lah gue kalau pulang malem dari kegiatan2 yg sebenernya gak penting. Nah, kalau gue ada kegiatan penting setelah maghrib? Boleh aja, tapi harus pulang dulu dan harus dianter jemput, kalau bisa malah ditungguin! Seneng juga sih, ngebayangin di dunia ini setidaknya ada satu orang yg begitu tergila2nya sama gue, hehehe…

Mulai semester 2, setelah gue mulai kerja2 part time, terutama pas gue kerja di 2 tempat sekaligus, aturan mulai disesuaikan. Terutama karena pagi gue kuliah, maka selalu gue kerja sore sampai malam. Tapi masa itu juga ditandai dengan masa di mana gue mulai pake HP (ini dilema juga sih, HP itu antara butuh dan gangguan). Kalau gue kerja sampai jam 10 dan jam 10.30 biasanya sudah di rumah kemudian jam 10.31 gue gak di rumah, HP gue langsung bunyi dengan bunyi bom (hehe.. jadi kangen Nokia sejuta umat gue), dan di layar langsung berkedip2 nomor rumah yg gue save di HP gue sebagai “Oh…No!!!” dan degup jantung gue otomatis bergemuruh.

Dan entah gimana awalnya, tapi nyokap gue mulai bisa mengendalikan diri kalau gue pulang jam 8 malam bukan dari tempat kerja.

Saat2 awal gue gabung sama KSM, hehe… inilah saat di mana stress memuncak. Nyokap gue stress, gue stress, dan seisi rumah stress. Gimana enggak, kegiatan KSM itu justru biasanya baru mulai setelah maghrib. Dan tipikal anak KSM itu kalau diskusi bisa sangat kompulsif, setiap kata harus bener2 di tempatnya. Pernah kita ngomongin satu pasal aja sampai semaleman gak tidur (waktu itu gue nginep).

Oya, mengenai nginep juga masalah bagi gue. Inti aturan nyokap gue adalah: gue gak boleh nginep kecuali ada alasan yg bagus, dan jika gue punya alasan yg bagus maka jawabannya adalah gue gak boleh nginep. Bagi nyokap gue, semua urusan di dunia ini bisa ditunda sampai besok dan gak ada alasan kenapa putri kesayangan dan satu2nya ini harus tidak di rumah gara2 masalah dunia.

Sebenernya kalau gue analisa (sahhh…) kekhawatiran nyokap gue itu bukan karena gue bakal ngapa2in, nyokap gue percayalah 100% sama gue, tapi yg dia curigai adalah temen2 gue, hehe... Bagi nyokap gue, gue ini baik hati dan segala2nya yg baik2 (huak puh hoaaakkkss) namun temen2 di sekitar gue lah yg bertanduk bermoncong bertaring, hehe, gembira sekali gue punya kesempatan utk nulis ini… Dan setelah gue berhasil menyadari ini, mulai gue bawa temen2 gue ke rumah. Biar dia menilai sendiri betapa baik2 dan lurus2nya temen2 gue (atau: betapa pinternya temen2 gue bersandiwara jd org baik2, bwahahaha).

Intinya, sejak nyokap gue kenal sama temen2 gue, k a d a n g - k a d a n g, dengan perjuangan yg lebih berat dari ngangkat batu satu ton, gue boleh nginep, atau nonton malem. Apalagi kl sama temen2 KSM gue, selama gue jelas mau ke mana-sama siapa-jam berapa pulang-ngapain aja-kenapa-bagaimana-dan tidak lupa ninggalin nomor HP temen2 gue itu. Karena, betapa pun gue berusaha keras sekuat tenaga utk meyakinkan diri bhw HP gue selalu penuh baterenya dan selalu dapat sinyal dan deringnya selalu kedengeran, entah kenapa kl nyokap gue nelpon ke HP gue pasti gak berhasil, huhuhu… (mungkin HP gue pun akhirnya menolak denger suara nyokap gue, bwahaha). Jadi di HP nyokap gue penuh sama nomor2 HP temen2 gue. Nomor HP temen2 nyokap gue sendiri dia tulis di buku telpon, tapi nomor HP temen2 gue ada di HP nya plus ada di buku telponnya juga.

Gak cuma nomor HP temen2 gue, nyokap gue juga tau account Friendster gue (jd tolong ya yg nulis2 testimonial buat gue). Dia tau semua temen gue sampai ke 3rd degree friends gue (ngaku: ini gue hiperbola). Dan ngikutin blog gue, itu udah pasti, malah kalau gue udah kelamaan gak update nyokap gue langsung panik. Ckckck… emangnya ini koran?

Saat2 itu juga ditandai dengan gue mulai bisa pulang jam 10 malem tanpa harus bikin polisi Pondok Labu khawatir gara2 nyokap gue uring2an (oke, hiperbola lagi nih gue).

Temen KSM gue yg mana sih yg gak tau ttg jam malem gue? Mereka juga ikut panik kl gue kemaleman, karena mereka2 juga yg harus menghadapi nyokap gue, hehe.. Karena kl jam sudah berdentang 10 kali dan gue belum di rumah, mereka2 juga yg berubah jadi labu. Tragis kan gue, Cinderella aja punya waktu sampai jam 12 malem, gue harus cukup bahagia boleh di luar sampai jam 10.

Mengenai Cinderella gue jd inget, ini agak gak nyambung tapi tetep gue tulis. Dulu waktu kuliah gue paling anti pakai sepatu, selalu sandal. Dan gak tau di mana otak gue, tapi kalau gue masuk mobil, gue selalu lepas sandal sebelum masuk (sopan santun a la Timur). Terutama mobil2 bersih seperti punya sahabat gue M, yg selalu dilap walau seharian parkir di garasi tertutup (hehe, ini gue gak hiperbola kok, emang M aja yg kompulsif) atau kalau gue baru nyuci mobil (which is jarang sekali terjadi). Masih untung kalau gue inget utk ambil sandal gue masuk ke mobil sebelum cabut. Pernah kejadian 2 kali, gue tinggalin aja gitu sandal gue di tempat parkir. Dan pas gue mau turun mobil gue baru sadar. Pernah sekali gue belanja di supermarket nyeker, bodo amat lah, gue sih badak. Lebih parah kan gue dibanding Cinderella? Cinderella cuma ninggalin sebelah sepatunya, lah gue dua2nya. Mana gak ada juga pangeran yg balikin sandal gue, huhuhu…..

Nah, begitulah masa2 kuliah gue sejauh yg menyangkut jam malam. Setelah lulus, gue pernah tertarik kuliah di Jogja utk ambil program master di Fakultas Psikologi UGM, programnya lupa gue apa tepatnya pokoknya mengenai Manajemen Konflik. Dan nyokap gue, begitu denger rencana ini, bilang: “Kamu gak boleh keluar dari rumah ini sebelum nikah.” Ultimatum Baginda Ratu. Nah, bgmn ceritanya gue sampai Jerman? Apakah gue sebenernya sudah nikah sehingga diizinkan keluar rumah? Sebenernya gue tergoda utk meninggalkan pertanyaan ini mengambang di udara biar agak2 misterius, tapi masalahnya ini bisa mengurangi pasaran gue, jadi dengan ini gue menyatakan gue belum nikah. (catet!!) Gue bisa ke Jerman setelah bicara dari hati ke hati sama nyokap gue selama setahun penuh (hiperbola juga).

Pokoknya gue di sini sekarang. Dan bgmn kehidupan gue di sini? Kalau nyokap gue tau, pasti dia makin tergila2 sama gue, karena di Fulda, entah gimana gue gak ada hasrat sama sekali utk keluar malem. Sebaliknya, gue betah banget di rumah. Dan melakukan kegiatan2 rumahan seperti masak, nyuci, beres2. Hal yg sangat sulit gue pertahankan di Jakarta. Kalau di Jakarta, setiap ada temen gue telpon ke rumah gue pasti langsung keluar, sampe2 nyokap gue bilang gue ini call girl, cewek panggilan, huhuhu...

Bagaimana keadaan gue thn 2005? Ketika gue pulang ke rumah kemarin, keadaan sudah agak2 berubah. Pernah, malam minggu pertama di Jakarta, gue pulang menjelang detik2 gue berubah jadi compang camping dan mobil gue berubah jd labu dan temen2 gue berubah jd tikus (haha kasian bgt temen2 gue). Gue sudah terobos semua lampu merah (iyalah gue terobos, lampu merahnya lagi ijo kok), gue udah gunakan semua ingatan ttg jalan tikus dan cecurut, tapi begitu gue sampe rumah, yg ada nyokap gue lagi nonton entah apa di TV sambil merajut (kata adek gue: kegiatan nenek2), sementara adek2 gue entah di bumi belahan mana lagi ngapel. Tidak ada satu orang pun yg mengapresiasi gue yg tepat waktu. Apa2an nih? Gak ada lagi yg peduli sama Cinderella nih?

Terus pernah juga gue ngumpul di Jakarta sama temen2 baru gue yg gak tau apa2 tentang nyokap gue yg berubah jd naga kl jam malem gue dilewatin. Kita lagi ngumpul2 dan alarm biologis gue udah mulai berteriak2: detak jantung jd cepat, aliran darah jd macet di mana2, dll, gara2 sebentar lagi gue mesti pulang. Terus pas gue pamitan sama temen2 gue, mereka bilang gue gak boleh pulang. Gue sih seneng2 aja selama ada yg mau izinin gue ke nyokap. Temen gue ini, X yg gue sebut di atas, langsung bilang „sini gue aja yg ngomong sama nyokap loe“.

Satu lagi bukti bahwa seseorang yg bertindak berani di mata kita, bisa jadi adalah orang yg gak tau bahaya yg sebenernya dia hadapi, huahahaha (oke X sori gue becanda). Gue sambungin X ke nyokap gue, lalu gue membeku di hadapan dia yg nelpon, bersiap2 lihat perubahan mukanya karena disemprot nyokap gue. Tapi 5 menit berlalu, pembicaraan santai2 aja. Gue jd heran. Hmm.. entah suara X yg sedemikian membuai (gak salah deh X kl elo juara nyanyi) atau nyokap gue yg sdh gak peduli lagi sama gue?

Pilih mana Mel, selalu ditelponin ditanyain kapan pulang, atau dicuekin? Mmmm... ada 2 jawaban gue:
Gue lebih pilih ditelponin, karena bagi gue perhatian nyokap gue itu adalah segala2nya bagi gue, sepenting desahan nafas gue dan sevital air bagi kehidupan. Dan gue lebih pilih dicuekin karena bagi gue bisa pulang ke rumah dengan santai tanpa deg2an tanpa tergantung jam malam, adalah sepenting matahari yg memberi energi bagi bumi. Silahkan simpulkan sendiri jawaban gue.

Dulu, kalau nyokap gue ngomel2, gue suka tanya, „kamu gak pernah muda ya Bu?“ dan nyokap gue bilang, „Pernah. Tapi kamu belum pernah jadi orang tua.“ Hmm.. skak mat.

Soooo, bagi X dan adiknya, bagi R dan adiknya, yg bertanya2 ke gue ttg protektif, aduh, salah banget deh kalian nanya ke gue. Dengan latar belakang gue yg seperti itu, tentu gue jawab, bahwa kalian justru kurang protek ke adik2 kalian, bwahahahaha. Kalau perlu, dirantai aja sekalian di rumah, hehe... mumpung gue lagi gak ada jam malem nih gue bisa ngomong gini, ntar kl gue udah balik ke Jakarta, gue aja kali ya yg pimpin demonstrasi anak2 yg protes gara2 terlalu di protek.

Dan, bagi bapak2 ibu2 muda yg baca tulisan gue, gue cuma mau meneruskan apa yg pernah dibilang nyokap gue dulu waktu gue masih sering ngeyel (sekarang sih udah enggak ada kesempatan ngeyel lagi, huhuhu). Nyokap gue bilang, dulu waktu gue dan adek2 gue masih kecil2, dia capek fisik, sementara pas kita udah gede dia capek mental. Kalau boleh milih, dia lebih pilih capek fisik. Jadi, bagi ibu2 bapak2 muda, nikmatilah capek fisik kalian, bangun tengah malem, anak2 kecil nangis, rumah berantakan, dll, krn suatu saat kalian akan sangat kangen sama saat2 ketika bisa terus simpan anak2 kalian di rumah dan gak perlu berbagi mereka sama dunia.

Creative Commons License

Friday, June 10, 2005

'kita' yang hilang


Image hosted by Photobucket.com


kecewaku,
melihat angkuhmu
mengambil alih dirimu.

pedihku,
merasakan jurangmu
menggeser akrabmu.

sesakku,
menyaksikan hancurmu
dalam jarak jangkauan tanganku.


kecewaku, pedihku, sesakku,
kehilangan kamu pada saat kutemukan 'kita'.

Creative Commons License

Wednesday, June 08, 2005

demikian puisiku untukmu


Image hosted by Photobucket.com

demikian selalu mereka bertanya,
mengapa terus kurangkai kata demi kata untukmu
sedang kamu tak pernah cukup peduli mengikutinya
sedang kamu tak pernah punya waktu menyimaknya
sedang kamu tak cukup dalam untuk dapat memahaminya

demikian selalu kujawab mereka,
bukan dirimu inspirasiku
namun bayanganmu.
kamu demikian jauh dari gapaiku, demikian jauh.
hanya terjangkau dengan kelanaku.

demikian selalu kukenang kamu,
seperti apapun yang kuinginkan
setiap kali aku inginkan.
dalam pikiranku kamu lebih jelas hidup
dibandingkan dengan kasatmu di inderaku.

Creative Commons License

Tuesday, June 07, 2005

Serba Serbi Brüssel


Di kota kecil berpenduduk 1 juta jiwa inilah ibukota Uni Eropa. Brüssel, di mana (hampir) semua kegiatan EU berpusat. Brüssel, di mana detak jantung EU sangat keras terdengar. Brüssel, di mana bau-bau kekuasaan terhirup dari udaranya. Tidak heran kalau dalam kuliah gue yang salah satu fokusnya adalah Studi Eropa, ekskursi ke Brüssel termasuk program wajib dan sudah dibicarakan sejak gue masih di semester satu.

Bagi temen2 yg kuliah di Jerman tentu tau, ekskursi itu hanya manis di telinga namun pahit di kenyataan. Ekskursi adalah studi wisata yg diperes studinya (Adi, 2005). Pulang dari ekskursi pasti sekelas pada sakit, pada makin males ngapa2in krn udah abis2an selama ekskursi, pada makin agresif ngeliat satu sama lain saking bosennya selama berhari2 ketemu terus 24 jam.

Tentang Belgia ini gue tulis dalam 3 bagian: pertama tentang backstage stories-nya. Tentang anak2 ICEUS yg sudah sejak lama pengen gue gossipin tapi gak pernah ketemu sikon yg pas. Jadi bagi yg gak tertarik sama cerita2 ttg kumpulan cewek2 egois dan kumpulan orang2 gila lengkap dengan intrik2 di dalamnya, silahkan langsung cari bagian kedua dari tulisan ini, yaitu ttg kota Brüssel: sejarahnya, peninggalan2 bersejarahnya, museum2nya, ke-khas-annya, dan ini itunya yg penting dan gak penting.

Lalu bagian ketiga tidak akan kalian temukan di posting ini karena bakal gue pisahin. Ini tentang kehidupan pelobi di Brüssel. Politik memang tidak pernah dan kayaknya tidak akan pernah jadi minat gue, tapi di Brüssel kemarin ada diskusi sama pelobi dan diskusi itu demikian menariknya sampai2 harus gue tulis. Gue janji bakal tulis sebelum akhir Juni (apaan sih Mel), hehe.. banyak banget ya topik yg gue janjiin tapi gak gue tulis2, huhuhu... emang lidah tak bertulang (dalam hal ini yg tdk bertulang itu jari gue yg ketik2 janji2 manis itu).






Gossip gak penting ttg ICEUS
Coba kalian bayangin dulu keadaan kami. ICEUS adalah program master dan angkatan ke-6 ini terdiri dari 35 mahasiswa, 7 di antaranya org Jerman dan sisanya datang dari 22 negara. 6 di antaranya cowok selebihnya cewek2. Anak2 ini datang dari negaranya masing2, dari universitas2 terbaik di negaranya, mungkin dengan nilai2 terbaik, beberapa dari mereka punya gelar bachelor dari 2 bidang studi sekaligus, beberapa dari mereka bahkan belum 22 tahun umurnya, beberapa dari mereka punya pengalaman kerja, beberapa dari mereka punya beasiswa DAAD yg utk ngedapetinnya harus bunuh2an, mereka berbicara minimal 3 bahasa: bahasa nasional mereka, bhs Inggris dan bhs Jerman. Bagi banyak kasus, mereka juga punya bahasa regional dan atau bisa juga bahasa Prancis atau Spanyol atau bhs2 besar lainnya. Senior gue malah ada yg bisa 6 bahasa dan di Fulda dia belajar bahasa ke-7 nya, hah! Bagi yg belum tau, di sini di Eropa, penguasaan bahasa asing itu sangat tinggi nilainya. Ditambah lagi perjuangan apa aja yg sudah mereka lalui di masa lalu sehingga berhasil sampai Fulda.

Semua ini untuk mengatakan betapa mereka datang ke Fulda dengan ego masing2 yg sebesar gunung. “I’m the best” bisa gue baca di dahi setiap orang. Tentu di UI dulu kurang lebih demikian juga situasinya. Utk meningkatkan rasa bangga thd almamater, sejak hari pertama gue di Psikologi gue selalu dicekoki dgn statistik ttg betapa kita ini crème de la crème. Hal ini bagus dari segi bisa membuat kita lebih bersyukur dan diingatkan betapa beruntungnya kita. Namun sudah jadi sangat melelahkan dan menjengkelkan bagi gue pribadi kl sudah harus kerja bareng di kelas. Di UI dulu mungkin lebih mudah krn program gue bachelor, kita baru lulus SMA dan siap dibentuk, dan meski dari berbagai budaya, kita bicara satu bahasa (tolong ya percaya aja sama gue, masalah bahasa itu pegang peranan yg sangat penting). sementara di kelas gue ini, semua orang sudah terbentuk seperti kayu keras permanen yg tdk fleksibel, dan benar kita bicara bhs Inggris atau Jerman, satu bhs juga, tapi ini bhs asing, dan kesalahpahaman begitu mudahnya muncul bagai jamur di musim hujan.

Ide bagus juga dari Fakultas. Mau ngadain program Komunikasi Antar Budaya? Kumpulin aja orang2 dari berbagai budaya dalam satu kelas selama 2 tahun, di sini mereka akan belajar dari satu sama lain lebih banyak dari yg bisa mereka pelajari hanya dari buku atau hanya dari dosen. (Asal kita gak sempat bunuh2an aja ya gak Del? Gue tau beberapa nama yg pengen elo bunuh pake sendok).

Salah satu temen gue yg kuliah master di Jakarta pernah bilang ke gue, „Asik ya Mel, kuliah di luar negeri, kita bener2 diskusi, gak seperti di Indonesia, katanya program master, katanya di kelas kita bebas bicara dan diskusi, tapi kenyataannya? Sama aja Mel, gak ada bedanya, kalau gak mahasiswanya yg terlalu pasif, dosennya terlalu otoriter. Ujung2nya kita disuapin kayak anak sekolah.“

Hmm.. program temen gue itu mungkin di satu ekstrim sementara ICEUS ada di ekstrim lainnya. Utk bisa diskusi di kelas, pertama kita butuh mahasiswa yg biasa diskusi. Gak bisa tiba2 bilang program master sistemya diskusi. Diskusi adalah keterampilan yg harus diasah. Anak2 ICEUS sebagian besar berasal dari sistem pendidikan yg mendorong murid2 bebas bicara sejak TK. Kedua, kita butuh dosen yg trampil jd moderator.

Di ICEUS, diskusi kelas bisa sangat menguras tenaga dan kesabaran gue. Terutama dosen2 tertentu yg terlalu ngebiarin jalan diskusi, tidak mengarahkan. Awal diskusi, anak2 akan mulai dengan pertanyaan atau pernyataan dari seribu satu sudut pandang tergantung minat atau latar belakang mereka atau tergantung hal apa pun yg lagi tiba2 muncul di kepala, padahal sudah cukup sulit bagi gue mencerna bahan kuliah krn ini bidang yg baru bagi gue. Dan akhir diskusi, paling yg bicara hanya dua tiga orang yg terus berdebat kusir gak ada ujung pangkalnya. Kalau gue disuruh menyimpulkan suatu diskusi, ujung2nya gue tetap bakal lebih banyak berpaling ke buku. Bener2 gak penting se gak penting gak pentingnya. (Memang gak semuanya begini. Ada juga kelas2 menarik, tapi ini kan waktunya gue mengeluh, hehe..)

Fulda adalah kota kecil, dan ICEUS adalah seperti keluarga kecil dalam arti sebener2nya (di antara saudara sering berantem kan?) Kita terlalu sering ketemu. Selain bahwa program kita padat, di kota ini kita gak punya terlalu banyak pilihan pergaulan.

Semester ini, mulai terlihat jelas anak2 mulai mengelompok. Bagi gue pribadi, peer group adalah sesuatu yg sangat wajar dan alami. Orang cenderung memilih bergaul dgn sejenisnya, entah dalam hal pikiran atau latar belakang atau budaya atau kriteria2 lain. Bagi yg berani2nya bilang ke gue, “Mel, elo bergaul juga dong sama anak2 dari negara X atau dari Y atau dari Z, jgn cuma sama yg itu2 aja” gue bakal bunuh kalian. Lakukanlah sendiri hal itu kalau kalian gak bunuh diri akhirnya. Sudah cukup stress bagi gue bergaul sama mereka di kelas, gak usah nyuruh gue lebih dari itu! Semester ini, berkaca dari pengalaman semester lalu, selama gue boleh milih kelompok kerja gue, gue bakal pilih org2 yg itu2 juga. Biarlah gue cukup dipusingkan sama tugas, gak usah direcoki sama org2 menyebalkan di kelompok.

Peer group memang sangat alami, namun jadi sangat tidak sehat dan kekanakan kalau kita jd sangat tergantung dan merepotkan semua orang gara2 peer group kita. Berikut adalah cerita oleh2 dari temen2 gue Ad dan Yu yg abis ekskursi ke München (gue gak ikut). Ada satu peer group yg terdiri dari 6 org. Ketika acara bebas di München, dosen gue berusaha bikin kelompok 5 org krn dia mau beliin karcis Tageskarte yg berlaku buat 5 org setiap kartu. Dan kelompok oknum itu sama sekali gak mau dipisah, harus bareng ke mana2 atau mati, jd dosen gue harus beli 2 kartu buat mereka sendiri demi keegoisan mereka.

Masuk akal gak sih? Ada di antara mereka yg umurnya sudah 36 thn, tolong ya, gak penting bgt sih kelakuannya, walau umur sama sekali bukan patokan utk kedewasaan. Dan beberapa di antara mereka cowok2, tolong ya gak gentlemen bgt sih, cemen bgt sih hrs bareng2 ke mana2. Takut ya kl pisah dari kelompok?

Yu bilang, di kelompoknya, anak2nya bener2 gak punya sense kebersamaan sama sekali. Yang satu mau ke sana yg satu mau ke sini gak sistematis sama sekali perjalanan mereka, setiap kali berhenti di satu tempat hrs saling tunggu2an gak penting yg ngabis2in waktu. Yu bilang, kl gue mau ke München, jgn pernah rombongan. Gue bilang sih, ini bukan masalah rombongan atau enggak. Gue pernah ke Dresden 15 org dr Berlin, akur2 aja tuh. Anak2 ICEUS itu terlalu dominan. Gak mau diatur sedikit aja.

Ad bilang, di kelompoknya lebih gak penting lagi. Mereka terpecah dua, Ad dan Ma versus Ti, Sv, dan Ch. Ti, Sv, dan Ch ngotot pengen pergi ke satu tempat yg ujung2nya juga mereka hrs ke sana krn bakal ketemu sama kelompok2 lain di sana. Maksud Ad dan Ma, mending skrg jalan2 dulu ke tempat lain baru kumpul di sana. Tapi Ch bilang mereka mau ke sana dan krn mereka mayoritas maka Ad dan Ma harus ikut. Males bgt gak sih gue ngetik2 hal gak penting gini??? Akhirnya Ad dan Ma memisahkan diri dan beli karcis sendiri dan Ti, Sv, dan Ch dengan gak tau malunya ngambil aja karcis bersama itu hanya buat mereka. Di ICEUS, kompromi adalah kata yg artinya harus kita cari di kamus.

Acara2 seperti ini bener2 mengungkapkan asli mereka. Tampang2 malaikat dengan kulit bersinar rambut pirang berombak dan mata biru, tapi egoisnya minta ampun (tuh kan gue jadi ngomongin fisik). Belum lagi masalah kamar dan lain2. Ngerti kan kenapa gue gak terlalu semangat buat ekskursi?

Belum lagi pribadi2 yg rata2 mengidap superman/superwoman kompleks. Harus jadi yang paling tau, atau paling pinter, atau paling-paling lain. Belum lagi ngomongin orang2 gila di ICEUS. Yang kalau presentasi marah2 kalau kita gak ngerti, yang kalau dosen dia anggap gak jelas nerangin sesuatu dia bakal maju ke papan dan jelasin buat temen2nya, gue gak tau lagi mesti ketawa atau apa.

Semester ini banyak sekali ekskursi. Semester baru dimulai seminggu aja udah pada ke Darmstadt. terus ke München. Terus ke Belgia... dan minggu depan ke Strauβberg. Tebak gue ikut ke mana? Gak ke mana2. hehe... gue cuma ke Belgia itu pun krn wajib. Padahal gue dan beberapa orang lain udah ilfil juga sih. Udah gitu, budget gue semester ini adalah memang cuma untuk ke Belgia, jadi sori ya Nuk... lain kali aja deh gue ke Müchen cari tebengan.

Nah, pas ke Brüssel kemarin gue ikutin aja temen2 yg udah pada pengalaman sama ekskursi. Kalau Je bilang gak usah dateng ke acara ketemu alumni krn percuma krn [blablabla], maka gue ikut aja. Pokoknya berkat pengalaman temen2 sekamar gue, gue jadi gak terlalu bete lah kemarin.

Oya, ada satu hal gak penting lagi. Ini masalah satu oknum senior kita. Jadi pas ke Brüssel kemarin, ada 3 senior yg ikut. Dua cewek yg thn lalu magang di Brüssel jd mungkin kita butuh guide dan salah satu di antara cewek2 itu juga konselor anak2 junior, jd wajar lah kl mereka ikut. Nah, ada satu senior cowok yg juga ikut yg sama sekali gak penting. Emang sih ceweknya itu temen seangkatan gue (jadi mungkin lagi bulan madu), emang sih dia ganteng dan ramah (ini penting juga), tapi kelakuannya ya tolong.

Gue pikir dia ikut ke Brüssel utk urusan pribadi, berhubung bulan depan mereka lulus jd mungkin wawancara kerja atau cari contact person di Brüssel atau semacamnya. Tapi ternyata dia selalu ikut kita ke kelas. Sebenernya gue gak masalah selama dia tutup mulut aja, tapi tidak demikian adanya. Pas sesi tanya jawab dia selalu yg pertama2 angkat tangan utk nanya. Dan pertanyaan2nya tentu saja sesuai minat dia, apa aja yg terlintas di pikirannya. Tolong ya, dia itu senior, dia pasti tau bhw diskusi di Brüssel itu sudah kita persiapkan sejak di Fulda. Pertanyaan2 yg kita ajukan itu terarah dan berdasarkan landasan2 tertentu yg kita diskusikan di kelas selama 2 bulan ini.

Bagi gue gak masuk akal aja kl tiba2 dia muncul entah dari mana dan membelokkan diskusi kita. Dia itu cuma tamu, sampai Fulda lagi dia bisa tidur sampe minggu depan kalau dia mau, sementara kita harus bikin laporan. Kalaupun demikian mendesaknya pertanyaan dia, tanyalah setelah pertanyaan2 dari kita selesai.

Belum lagi hal2 kecil lain yg bikin gue teriritasi. Dia selalu dapet tempat duduk dengan meja sementara temen2 gue banyak yg gak kedapetan meja. Dia selalu ada di setiap foto angkatan kita (mudah2an sih semuanya kebakar, kl digital mudah2an keapus), sementara dua senior cewek kita yg sibuk motret2in kita.

Hhhhh… masih berjuta keluhan gue ttg anak2 ICEUS. Tapi gue udah bosen mikirin mereka. Akhirnya, gue mesti akui, di luar semua ketidak masuk akalan itu, banyak juga hal2 dari mereka yg patut diacungi jempol, mudah2an suatu saat ada kesempatan gue tulis.





Cerita penting dan gak penting tentang Brüssel
Setelah ekskursi, kita disodori lembar evaluasi, pertanyaan2 ttg organisasi acara dll. Di pertanyaan “siapakah pembicara favorit” gue tulis Dr. Glatz dan Stefaan. Dr. Glatz adalah pelobi dari Daimler Chrysler yg bakal gue tulis di posting khusus nanti, dan Stefaan adalah tour guide kita, hehe.. Dia bener2 lucu dan sarkastis, hal2 biasa ttg Brüssel dia omongin sedemikian rupa sehingga dua jam dia ngomong bisa gue ikuti dengan semangat (tumben banget nih, konsentrasi gue dengerin org ngomong bhs Jerman kan terbatas cuma 1 jam, huhuhu). Misalnya, ketika dia ngejelasin ttg sekolah militer di Brüssel, dia bilang kira2 begini: “di sebelah kiri kalian adalah bangunan tua peninggalan blablabla yg sekarang digunakan utk sekian mahasiswa belajar ilmu kemiliteran ini dan itu. Di tangan para lulusannyalah kelak terletak tanggung jawab ngurusin 4 pesawat tempur dan 5 tank milik Belgia.” Stefaan memang favorit gue.

Menurut Stefaan, terbentuknya Belgia adalah “ein Unfall der Geschichte” (= kecelakaan sejarah). Belgia sudah jadi rebutan sejak bertahun2 yg puncaknya adalah pertempuran Waterloo thn 1815 antara pasukan Napoleon Bonaparte dan pasukan sekutu (Jerman, Prancis, dan Inggris). Setelah Napoleon kalah, dan setelah perundingan2 internasional yg alot akhirnya tercapai kesepakatan utk memberikan Belgia kemerdekaan. Raja pertamanya, King Leopold I of Brüssel juga merupakan kompromi yg bisa diterima semua pihak. Leopold I adalah kelahiran Jerman yg entah bgmn msh ada keturunan Inggris dan memperistri putri Prancis. So everybody was pleased.

Namun siapakah org asli Belgia? Apakah bahasa Belgia itu? Yang ada adalah Belgia terdiri dari org2 asli Belanda di utara yg bicara bhs Flemmish (59% populasi), org2 asli Prancis di Selatan yg bicara bhs Prancis (39% populasi), dan 2% org Jerman (sebagai hadiah setelah melepaskan diri dari Jerman). Tapi di kota Brüssel sendiri, 80% menggunakan bhs Prancis. Keragaman ini tercermin di nama2 dan petunjuk jalannya yg ditulis dalam 2 bhs, dan di produk2nya, misalnya rokok, peringatannya ditulis bahkan dlm 3 bhs: Prancis, Belanda, Jerman.


Brüssel: the mini Paris

Bagaimana ceritanya sampai Brüssel jd ibukota EU? Ketika ke 6 negara pencetus EU (Prancis, Jerman, Italy, BeNeLux) berunding menentukan markas mereka, Paris mendapat pertentangan berat dari Jerman. Jerman sendiri sepertinya gak akan bisa jadi ibukota manapun setelah kejahatan PD II yg dia lakukan. Sementara Italy terlalu jauh di selatan (gak strategis). Akhirnya ditunjuklah Brüssel, toh siapapun gak bakal merasa terancam bahwa Brüssel suatu saat akan mendominasi Eropa, gak mungkin gitu loh negara sekecil itu dan cuma punya 4 pesawat tempur dan 5 tank.

Setiap hari 900.000 org keluar masuk Brüssel. Jumlah ini memang gak ada apa2nya dibanding hilir mudik para pekerja yg tinggal di kota2 satelitnya Jakarta. Di Jakarta, 2 juta manusia keluar masuk setiap hari (ini hanya para pekerja, belum termasuk dll). Namun jika kita turut memperhitungkan ukuran Brüssel, maka kesibukan ini bagaikan 13 juta orang setiap hari keluar masuk Jakarta (mau gila gak sih gue bayanginnya). Tapi tentunya jangan bayangin sistem transportasi di sini seperti di Jakarta ya.

Semua turis yg pertama kali datang ke Brüssel gue haruskan untuk mulai perjalanan mereka dari Grand Place (Marktplatz). Yg mrk sebut Grand Place itu semacam alun2 yg ke empat sisinya bangunan2 kuno yg dulu dipakai sbg Rathaus dan toko2 bahan pokok misalnya roti dan bir. Sekarang antara lain dipakai jd kafe2, toko2 suvenir, museum kota, dan informasi turis. Bangunan2nya sangat impresif dan kl kita datang ke Brüssel pada saat yg tepat (sekitar pertengahan Agustus pada tahun genap), kita bakal disuguhi pemandangan bunga2 warna warni terhampar dan berpola seperti karpet berwarna yg memenuhi alun2 itu.


Image hosted by Photobucket.com



Di sekitar Grand Place, di radius 5 menit jalan kaki, ada patung anak kecil lagi pipis (jd air mancur) yg dijadikan simbol kota Brüssel krn konon berkat pipisnya anak kecil itu, bom yg sedianya meledakkan kota Brüssel jd gagal meledak. Nama patungnya Mannekin Pis. Dan bentuknya direproduksi di mana2 dan bisa dibeli di toko2 suvenir dlm bentuk pembuka botol, gantungan kunci, pembuka tutup gabus, kartu pos, blablabla.


Image hosted by Photobucket.com


Tepat di kompleks itu juga ada Brauerei (tempat produksi bir?) di mana elo bisa nyicipin satu dari sekian ratus jenis bir Belgia di antaranya yg khas Belgia itu Lambic, Kriek, dan Geuze (coba tebak bgmn gue bisa tau, huhuhu). Tapi gak boleh milih ya adek2, kl mau nyicip terserah yg ngasih aja. Yg menarik minat gue adalah patung di gedung itu. Sebagaimana di setiap kota di Eropa punya tradisi sendiri utk rame2an para turis (misal di Roma ada air mancur entah apa namanya –lupa- yg kl kita buang koin di sana suatu saat kita bakal balik lagi ke Roma), di Brüssel letaknya di patung ini, kl kita mengusapkan tangan kiri kita dari kepala hingga kaki patung itu terus sentuh patung tikus di bawahnya terus kelinci di atasnya dan patung kepala malaikat di tengah2, konon kita bakal hamil sebelum akhir tahun. Dan tebak siapa yg paling semangat nyobanya? Ya gue dong, huhuhu...

Bangunan2 lain yg patut dikunjungi:
(Ini urutannya acak aja, gue gak inget letaknya di mana satu per satu)



Image hosted by Photobucket.com
St. Michael's Cathedrale

Image hosted by Photobucket.com
Arc de Triomphe atau Brandenburger Tor a la Brüssel

Image hosted by Photobucket.com
Palais Royale, konon kalau Raja/Ratu lagi di sini, bendera Belgia berkibar.

Image hosted by Photobucket.com
Atomium, sudah jd salah satu simbol Brüssel. Belum ke Brüssel kl belum ke sini!! Bangunan ini berbentuk struktur atomnya besi, ke-9 lingkaran ini dihubungkan dgn tangga dan eskalator, beberapa ada exhibition di dlmnya, kita juga bisa naik ke tempat paling tingginya buat lihat kota Brüssel.

Image hosted by Photobucket.com
La Bourse



Dan lain-lain yang gak gue pajang fotonya tapi harus dilihat juga:
Palais de Justice, Chinese Pavilion, Japan's Pagoda, Notre Dame du Sablon (Gereja gaya Gothik), Galerie Hubert (pertokoan dgn bangunan khas abad 19), Botanical Garden (ini berhektar2 rumah kaca yg isinya tanaman2 tropis dari Afrika), Rue de Bouchers (ini jalan kecil di kanan kirinya jajaran restauran menyajikan masakan2 khas Belgia yg nyaman sekali, sangat romantis, dan sekali pandang juga kelihatan mahalnya, huhuhu, tapi lewat aja lah. buat cowok2: bagus buat inspirasi tempat ngelamar cewek, pasti langsung di-iya-in), Mini Europe (agak di luar kota, kl kalian ada banyak waktu), yaitu miniature bangunan2 Eropa (misal: Big Ben di London, Eiffel di Paris, blablabla), semacam yg ada di Madurodam (Belanda) kali ya….



Museums
Sebenernya museum2 di Brüssel sangat menarik, kalau aja kita punya waktu dan ada harga khusus buat mahasiswa, bukan cuma harga buat jutawan. Tolong ya, sekali masuk aja bayar 6 euro gitu loh, gak ada harga mahasiswa, gimana coba.

Anyway, ada museum mobil kuno, yg koleksinya adalah 470 mobil2 kuno merk BMW, Mercedes, dll (sori gue agak error kl disuruh inget2 merk mobil). Ada juga museum instrumen musik, museum kota, museum seni rupa, museum komik, museum pesawat terbang, museum film. (apa lagi ya?) Oh, kl museum film kita masuk ke sana krn gak ditiketin, huhuhu, dan kebetulan lewat. Isinya alat2 bikin film dan alat2 memutar film jaman dulu. Jd dulu kl mau liat film kita harus ngintip, masukin koin, dan muter filmnya manual pake tangan. Jd mau bikin slow motion se-slow yg elo mau terserah aja deh.

Europe Quartier
Ini adalah kompleks modern yg isinya gedung2 institusi2 EU yg sebenernya sama dahsyatnya sama yg di Straβburg, tapi saking banyaknya gedungnya gue jadi males jelasin satu2. Yah bayangin sendiri lah gedung2 berkaca yg tidak bersiku melainkan meliuk2 ciri khas arsitektur modern (atau post-modern?) yg detailnya sangat diperhatikan.

Dulu, beberapa puluh tahun yg lalu, sebelum EU jd segengsi ini, negara anggota mengirim biasanya para politisi dari partai oposan utk pergi ke EU, atau para politisi “buangan” lainnya suapaya pemerintah bisa menjalankan negara tanpa “gangguan”. Namun sekarang, Brüssel adalah bagaikan gula satu ons dirubungi semut sedunia. Orang menyangka untuk EU dibutuhkan administrasi yg harus dijalankan berjuta2 orang. Kenyataannya tidak demikian. Wakil EU yg bekerja di institusi2 EU (Komisi, Council, Parlemen) tidak sampai 45.000 orang secara keseluruhan. Ditambah dengan tenaga2 pendukung seperti sekretaris, penerjemah, interpreter, pasukan katering dll, paling banyak 150.000 keluarga hidup dari EU. Bandingkan dengan München yg pemerintahannya dijalankan oleh 50.000 org. utk melayani sejuta penduduk saja.

Gak heran kl jalan menuju Brüssel menjadi jalan panjang yg berliku2 dan berdarah2. Belum lagi kl denger bayarannya, hmmm... skandal! Bagi interpreter fresh graduate dengan sedikit pengalaman kerja, dalam sebulan dia bisa dapat bersih 3000 euro. Tapi melihat mahalnya hidup di Brüssel, dan sulitnya dapat apartemen, apalagi kl pemilik apartemen tau elo kerja di EU, huhuhu bakal naik gila2an lah itu harga sewa, jadi yah... 3000 euro mungkin akhirnya gak bersisa. Tapi tetep, Brüssel sekarang adalah mimpi para politisi Eropa.

berjalan2 di Europe Quartier, yg gue liat kelompok2 demonstran dengan kaos warna warni matching sama balon2 atau pernak pernik lain yg mrk bawa. Atau polisi2 dengan sirene meraung2 (tapi jalannya santai benerrr ya Del?) Atau orang2 entah siapa yg mungkin sibuk mungkin sok sibuk, mungkin penting mungkin sok penting, yg jalan ke sana ke mari pakai setelan berdasi.

Berhubung kita ada jadwal diskusi sama orang2 dari institusi2 itu maka kita juga harus masuk gedung2nya. Gue rasa satu hal yg juga pasti laris di Brüssel adalah psikolog. Gimana enggak, gue liat hidup mereka aja udah stress. Gedung2 dengan sistem pengamanan gila2an (bayangin kita keluar masuk ruang seminar aja harus dikawal), udah gitu semua org pasti ada tanda pengenalnya. Belum lagi interior gedungnya yg bikin pening saking bagi gue sama aja bentuknya. Gue aja sampe kesasar di dalem, huhuhu, bukan cuma di kota gue kesasar, tinggalin aja gue di gedung yg baru gue masuki, gue ternyata nyasar juga. Untungnya ada bapak2 baik hati yg nganterin gue balik ke ruang seminar, dia bilang, “emang bagi org baru sulit kl masuk gedung2 ini” huhuhuhu, yg bener sih gue gak perhatian aja…


Khas Belgia
Urutan pertama tentu coklat. Belgia dan pralines-nya. Toko2 coklat yg buka sampai jam 11 malam pun setiap saat selalu penuh antrian meliuk2 bagai ular. Lalu ada juga waffle. Waffle Belgia terkenal di seluruh Eropa, walaupun bagi gue terlalu berlemak dan manisnya bikin gigi gue ngilu. Khas Belgia lainnya adalah kentang goreng, sayangnya gue gak berhasil mengungkapkan misteri beda kentang goreng Belgia dan sisa dunia, walau org bilang beda karena kentang Belgia dibuat dari kentang fresh. Selain itu tentu saja bir, yg udah gue sebutin di atas (Kriek, Geuze, dan Lambic).


Hotel de Pontiniere

Hmm.. kl yg ini adalah tempat nginep rombongan kita. Letaknya tepat di tengah kota, dan kualitasnya bener2 bikin pening. Masih untung kamar gue ada shower dan toilet di dalamnya. Di kamar2 lain, ada yg pakai hanya shower ada yg pakai hanya toilet, ada yg tanpa dua2nya, ada yg gak pake air panas, blablabla, walaupun hari pertama kamar mandi kita tanpa lampu dan waktu kita masuk, kamar itu belum dibersihin, huhuhu… seketika itu juga gue kangen Jerman.

Saat sarapan setiap pagi adalah tontonan bagi gue. Hotel ini cuma punya 2 pegawai yg mengerjakan semua: penjaga pintu merangkap urusan keuangan merangkap blablabla merangkap service juga kl kita sarapan. Bapak yg tua mengerti bhs Inggris dan pembawaannya tenang. Yang lebih muda hanya bicara bhs Prancis dan kerjaannya ngomel2. Setiap pagi ngeliat temen2 gue diomelin seneng banget gue. Je bilang, begitulah service a la Prancis. Prancis memang tidak sama dengan sisa dunia dalam segala hal, namun lebih2 dlm hal service. Beda sama Asia di mana pelanggan adalah raja, atau di Jerman di mana semua org sama. Di Prancis, pelayan lebih mulia daripada yg dilayani, hmm… arogansi Prancis.


Brüssel atau Fulda?
Hahaha... ini pertanyaan berat, hehe. Gue pilih Brssel dalam hal vitalitasnya, dinamisnya, semangatnya, ramenya, hijau kotanya (ini yg sangat ditekankan oleh Stefaan, memang sih Brüssel itu seperti kota di dalam hutan). Namun dalam hal kebersihan? keamanan? ketenangan? keteraturan? Fulda memang bikin kangen juga ternyata...



Sekian ttg Belgia. Gila gue nulis udah hampir 4000 kata nih, dalam waktu seminggu gue udah mecahin rekor gue sendiri, huhuhu, padahal ini udah versi yg tersingkat lho. Masih banyak yg mau gue tulis ttg Belgia, ya nantilah kl jd gue update pasti gue bilang2.

Creative Commons License