about a girl

A grandfather was walking through his yard when he heard his granddaughter repeating the alphabet in a tone of voice that sounded like a prayer. He asked her what she was doing. The little girl explained: "I'm praying, but I can't think of exactly the right words, so I'm just saying all the letters, and God will put them together for me, because He knows what I'm thinking." -Charles B. Vaughan

Friday, October 28, 2005

akhirnya...

... setelah beberapa hari maintenance, blog ini kembali diluncurkan lagi.

Mungkin kalian lalu bertanya2, apa bedanya Mel, kayaknya gak ada yg berubah?
Hahaha, coba perhatikan sekali lagi baik2... maka kalian akan lihat... bahwa gue KEHILANGAN semua komentar dari kalian, huaaa maaf ya teman2... bukan maksud hati ini, namun apa daya gatek gue kok makin mengkhawatirkan ya?

btw, link2 yg gue taruh di kolom kanan juga kayaknya hancur lebur, belum gue cek sih, masih feeling gue aja mengatakan demikian.

yah... tunggu lah beberapa minggu lagi... *kabur*


-Selamat Hari Raya Idul Fitri 1426 H, mohon maaf lahir dan batin-

Creative Commons License

Tuesday, October 18, 2005

Vila Mimosa Biru


Kami tinggal di rumah ini sejak thn 1990. Sekitar 15 tahun yang lalu. Kami saksikan dengan mata kepala kami sendiri bagaimana pondasi rumah ini dibuat. Bagaimana bata demi bata disusun. Kami sudah mulai bermain-main di rumah ini, bahkan sejak pembangunannya belum selesai 100%. Kami tau setiap pipa yang tersembunyi di balik tembok2nya, setiap sambungan T dan L. Kami mengenalnya, setiap lekuk liku, setiap rahasianya yang paling tersembunyi dari dunia. Kami mengenalnya, seakrab kami mengenal telapak tangan kami.

Saya datang dan pergi, namun selalu kembali ke rumah ini. Saya datang dan pergi, namun hati saya tinggal di rumah ini. Jauh di perantauan, pada malam-malam panjang badai salju, ingatan akan rumah ini saja mampu menghasilkan hangat dan kuat. Sekaligus lemah karena rindu. Orang bilang, bau2an adalah ingatan paling primitif, dan paling kuat, milik manusia. Ingatan saya selalu melayang ke rumah ini, setiap kali saya mencium harum teh. Bau roti bakar. Nasi yang baru tanak. Pengharum cucian. Kapur barus di lemari. Bunga yang mekar. Rumput yang baru dipangkas. Menghirup embun dan kabut.

Namun apakah yang abadi dalam hidup ini?

Tahun-tahun berlalu. Apakah rumah ini yang makin kecil, ataukah kami yang tumbuh makin besar? Atau mungkin tidak ada yang berubah sama sekali. Rumah ini hanya makin sesak oleh kenangan2 yang kami simpan tahun demi tahun kebersamaan kami, di setiap relungnya.

Namun apakah yang tertinggal sama selamanya?

Setelah menyaksikan dari rumah ini, Indonesia berganti Presiden sebanyak 4 kali, inilah saat kami memulai babak baru hidup kami. Inilah saatnya... kami menjual rumah ini... Saya tau saat ini pasti akan datang juga, dan telah mempersiapkan hati menghadapinya. Tapi tetap, berat langkah untuk pergi, bukanlah hal yang bisa dilatih dan dibiasakan. Kesedihan meninggalkan, akan selalu muncul tak peduli berapa banyak seseorang pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.

Ibu dan Ayah saya sudah ambil keputusan, mereka akan menarik diri dari kehidupan megapolis. Mereka ingin secepatnya mulai menjauh dari kehidupan hingar bingar, akhirnya menikmati kehidupan pensiun mereka, untuk membangun rumah, jauh di Timur Jawa, dengan sungai di halaman rumah mereka, dengan kicau burung dan desir angin sebagai musik mereka.

Sebenernya saya mau-mau saja tinggal bareng adik2 saya. Tapi mereka bilang, mereka khawatir dengan perkembangan moral anak2 mereka jika harus tinggal sama tantenya yang satu ini huhuhuhu...



Spesifikasi:


  • Luas Tanah (SHM/Sertifikat Hak Milik) 436 m2. Luas Bangunan (satu setengah tingkat) 350 m2.

  • 5 Kamar Tidur, 4 Kamar Mandi, 1 Kamar Pembantu, 1 Gudang, Dapur, Ruang Tamu, Ruang Makan, Ruang Keluarga, Parkir untuk 2 Mobil.

  • Terletak di lingkungan yang tenang dan private. Tidak banjir. Daerah Pondok Labu.



Peminat harap hubungi ibu saya.

Djauharah (Jora) 0818 924 514

PS: Vila Mimosa Biru itu nama rumah kami ;;) Nama diresmikan setelah adu mulut berkepanjangan, karena ibu saya bilang, bunga Mimosa tidak ada yang warna biru, sementara rumah kami "nada"nya warna biru, hmm.. Terima kasih telah membaca iklan ini dan membantu menyebarluaskannya.

Creative Commons License

Monday, October 17, 2005

Special Edition: Amel's Inside Out


Your Blogging Type is Confident and Insightful

You've got a ton of brain power, and you leverage it into brilliant blog.
Both creative and logical, you come up with amazing ideas and insights.
A total perfectionist, you find yourself revising and rewriting posts a lot of the time.
You blog for yourself - and you don't care how popular (or unpopular) your blog is!



How You Are In Love

You fall in love quickly and easily. And very often.

You tend to take more than give in relationships.

You tend to get very attached when you're with someone. You want to see your love all the time.

You love your partner unconditionally and don't try to make them change.

You are fickle and tend to fall out of love easily. You bounce from romance to romance.



You Should Get a JD (Juris Doctor)

You're logical, driven, and ruthless.
You'd make a mighty fine lawyer.



You Are 40% Weird

Normal enough to know that you're weird...
But too damn weird to do anything about it!



Your Hidden Talent

You have the power to persuade and influence others.
You're the type of person who can turn a whole room around.
The potential for great leadership is there, as long as you don't abuse it.
Always remember, you have a lot more power over people than you might think!



C

You tend to notice the big things in life...
But the details aren't exactly your forte



In a Past Life...

You Were: A Famous Beekeeper.

Where You Lived: Boliva.

How You Died: Hung for treason.



Your Ideal Relationship is Casual Dating

Maybe you're looking for love...
But mostly you're looking for fun.
You could get serious with the right person.
For now, though, you're enjoying playing the field.



You Are Changing Leaves

Pretty, but soon dead.



Slow and Steady

Your friends see you as painstaking and fussy.

They see you as very cautious, extremely careful, a slow and steady plodder.

It'd really surprise them if you ever did something impulsively or on the spur of the moment.

They expect you to examine everything carefully from every angle and then usually decide against it.



You Should Learn Swedish

Fantastisk! You're laid back about learning a language - and about life in general.
Peaceful, beautiful Sweden is ideal for you... And you won't even have to speak perfect Swedish to get around!



Your Career Type: Social

You are helpful, friendly, and trustworthy.
Your talents lie in teaching, nursing, giving information, and solving social problems.

You would make an excellent:

Counselor - Dental Hygienist - Librarian
Nurse - Parole Officer - Personal Trainer
Physical Therapist - Social Worker - Teacher

The worst career options for your are realistic careers, like truck driver or farmer.



Your Inner Child Is Angry

You're not an angry person.
But when you don't get your way, watch out.
Like a very manipulative kid, you will get what you want.
Even if it takes a little kicking and screaming.



Your Brain's Pattern

Your mind is a creative hotbed of artistic talent.
You're always making pictures in your mind, especially when you're bored.
You are easily inspired to think colorful, interesting thoughts.
And although it may be hard to express these thoughts, it won't always be.



The Keys to Your Heart

You are attracted to those who are unbridled, untrammeled, and free.

In love, you feel the most alive when your lover is creative and never lets you feel bored.

You'd like to your lover to think you are stylish and alluring.

You would be forced to break up with someone who was emotional, moody, and difficult to please.

Your ideal relationship is lasting. You want a relationship that looks to the future... one you can grow with.

Your risk of cheating is zero. You care about society and morality. You would never break a commitment.

You think of marriage something you've always wanted... though you haven't really thought about it.

In this moment, you think of love as commitment. Love only works when both people are totally devoted.



Your Personality Is

Guardian (SJ)


You are sensible, down to earth, and goal oriented.
Bottom line, you are good at playing by the rules.

You tend to be dominant - and you are a natural leader.
You are interested in rules and order. Morals are important to you.

A hard worker, you give your all at whatever you do.
You're very serious, and people often tell you to lighten up.

In love, you tend to take things carefully and slowly.

At work, you are suited to almost any career - but you excel in leadership positions.

With others, you tend to be polite and formal.

As far as looks go, you are traditionally attractive. You take good care of yourself.

On weekends, you tend to like to do organized activities. In fact, you often organize them!



Your Seduction Style: Sweet Talker

Your seduction technique can be summed up with "charm"
You know that if you have the chance to talk to someone...
Well, you won't be talking for long! ;-)

You're great at telling potential lovers what they want to hear.
Partially, because you're a great reflective listener and good at complementing.
The other part of your formula? Focusing your conversation completely on the other person.

Your "sweet talking" ways have taken you far in romance - and in life.
You can finess your way through any difficult situation, with a smile on your face.
Speeding tickets, job interviews... bring it on! You truly live a *charmed life*



What Your Sleeping Position Says

You have a passion for everything - including sleeping.
Outgoing and brash, you tend to still shock those who know you well.
You tend to be selfish. You are the most likely type to hog the covers.
You gravitate toward comfort and don't like extreme situations.



You Are Balanced - Realist - Powerful

You feel your life is controlled both externally and internally.
You have a good sense of what you can control and what you should let go.
Depending on the situation, you sometimes try to exert more control.
Other times, you accept things for what they are and go with the flow.

You are a realist when it comes to luck.
You don't attribute everything to luck, but you do know some things are random.
You don't beat yourself up when bad things happen to you...
But you do your best to try to make your own luck.

When it comes to who's in charge, it's you.
Life is a kingdom, and you're the grand ruler.
You don't care much about what others think.
But they better care what you think!



Your IQ Is 115

Your Logical Intelligence is Below Average

Your Verbal Intelligence is Exceptional

Your Mathematical Intelligence is Exceptional

Your General Knowledge is Above Average



Your Mood Ring is Yellow

Imaginative
Wondering
Thoughts
Peaceful



Your Daddy Is Johnny Depp

What You Call Him: Daddy-o

Why You Love Him: You don't love him, you just love calling him "daddy"

Creative Commons License

Friday, October 14, 2005

Strawberry Cheesecake: Tujuh Fakta Penting


Siang-siang begini, gue pengen nulis ttg Strawberry Cheesecake.

Tapi,

Apakah gue diizinkan untuk terus nulis laporan tentang makanan padahal ini bulan puasa?

boleh
gtg
jumatan

oh. oke. thx.

bolehhh kok
yg penting gak pake napsu
krn saat puasa kita hrd nahan napsu
:-)

elo gak jumatan om?
*tak ada jawaban... rupanya dia juga udah cabut*

boleh, asal abis itu elo traktir, slurrppp..
*halah*

umm.. gak ada hubungannya kale
tapi melllll
nulis angela merkel aja dehhhhhh :(
percuma juga gue baca makanan di jakarta
secara gue gak lagi di sana aja gitu loh

settt dah. angela merkel sih elo google aja :(
abis itu hasilnya ceritain ke gue. hehe.
in case gue pengen tau, =))


Nah teman2, bagaimana cara gue nulis makanan tanpa menimbulkan hasrat, tanpa mengganggu shalat Jumat kalian, tanpa harus nraktir temen gue (weleh), dan tanpa melibatkan angela merkel?

Gue tulis fakta-fakta pentingnya aja kali ya...

Satu.
Strawberry Cheesecake adalah cake rasa strawberry dan cheese (semoga informasi ini berguna bagi Anda, amin).

Dua.
Strawberry Cheesecake adalah rasa cake favorit gue, bahkan di atas binnenstich dan tiramisu dan cake rasa coklat, walaupun kalau diberi kemungkinan gue akan ambil semuanya :-p

Tiga.
Di Jakarta tersedia di hampir semua bakery dan kafe. Tapi ini yang gue tau, dan/atau gue pernah makan, dan/atau sudah dikonfirmasikan enak oleh orang lain:
1. Secret Recipe (ada di PIM dan Citos, dan entah di mana lagi)
2. Seven Grain (ada di Mampang, letaknya agak tersembunyi, dan baru buka cabang baru lagi kira2 di seberangnya Pasar Mampang, satu deret dengan Hero Mampang)
3. Cavana. Ini rumah makan Jepang kali ya, gue gak yakin. Tapi kalau gue mau ke sana, gue pasti nanya dulu, strawberry cheesecake nya masih ada gak mbak/mas? karena saking enaknya suka keabisan gitu deh, dan kalau keabisan, mending gue makan di tempat lain :(

Empat.
Di antara para cake lainnya, harganya lumayan menguras kantong, kalau pake istilah temen gue Y, "ngajak miskin".

Lima.
Hati-hati dengan efek samping yang sulit dihindarinya: kecanduan.

Enam.
Sangat ideal sebagai pendamping kopi. Rasanya gue bisa hidup berminggu2 hanya dengan makan cake ini dan minum kopi, hihihi...

Tujuh.
Gue gak punya resepnya. Dan kalaupun punya gue gak yakin gue bisa bikinnya. Tapi kalau temen2 pada mau nekat2an nyoba bikin sendiri, gue mau deh bagian nyoba2nya, huiuhiuhi... enggak lah, becanda. Maksud gue, kalau ada yg mau coba2 bikin, mari, mari, di rumah gue juga boleh. Slurrppp....

Creative Commons License

Monday, October 10, 2005

aku mati dalam penantianku


IV.
perlu hati yang lelah menunggu
untuk pahami keputusanku mundur

perlu hati yang lelah menangis
untuk engganku melihat air mata

perlu hati yang lelah bertanya-tanya
untuk mulai coba berikan jawaban


***

Isi entry kali ini adalah fanfic dari film nya Tim Burton: The Corpse Bride, yang gue tonton Sabtu kemarin bareng temen gue Y. Cerita yang sebenernya sederhana, tentang cinta (apa lagi emangnya?) namun mampu mengingatkan gue sekali lagi, bahwa cinta itu tidak egois *ihiks* bahwa kisah cinta itu sangat mengharukan *huhuhuhu* Btw, highly recommended nih film! kalian harus, harus, harus nonton!

IV. Emily kepada dunia
I. Emily kepada Lord Barkis
II. Emily kepada Victor
III. Emily kepada Victoria


***

I.
aku mati dalam penantianku.

dengan gaun pengantin putih yang sama yang pernah dikenakan ibuku pada hari pernikahannya sendiri,
melekat di tubuhku.
dengan berjuta tanya yang berebut keluar bersamaan dengan nafas terakhirku, yang kuhembuskan dalam keterasingan:
apa, mengapa, bagaimana, siapa

aku mati dalam pengkhianatanmu.

sendiri, tidak mengerti,
namun setidaknya aku mati setelah memilih.
mencintaimu adalah saat-saat paling hidup yang pernah kualami.
aku mati tanpa memperdengarkan padamu, ikrarku.
aku mencintaimu hingga mati.


II.
ah.
terbuat dari apakah hatiku?
hingga aku masih merasa, lama setelah semua berubah dingin.
tersanjung akan hadirmu, yang berarti pembebasanku
percaya akan dalihmu, yang berarti pengabaianku
pedih akan bahagiamu, yang berarti pengorbananku

ah. ternyata.
bukan diriku yang ada di ingatmu. namun perempuan itu.
dia yang punya detak jantung, dia yang punya nadi, dia yang punya darah.
dia yang punya hidup.

dan ketika kamu memilihku.
aku terlalu bahagia. untuk bisa lihat lukamu
aku terlalu takut kamu berubah pikiran. untuk bertanya alasanmu
aku terlalu egois. untuk memintamu berpikir


III.
tinggal satu kalimat yang memisahkan aku dan dia.
tinggal satu langkah yang mungkinkan aku dan dia bisa bersama.

tinggal satu detik,

ketika kutangkap pandangan matamu.
kukenali pandangan putus asamu.
seperti melihat guillotine yang sesaat lagi menyentuh leher.
kuakrabi terawang kosongmu.
melihat hidupmu diambil di depan matamu.

memang hanya butuh satu detik,
untuk memutuskan.
pengkhianatan itu, sayang, bukanlah bebanmu.
dan tak sepantasnya, sayang, kuletakkan di pundakmu.

Creative Commons License

Tuesday, October 04, 2005

Tanda-tanda Gue Udah Kelamaan di Jakarta


Satu. Gue jadi latah minum pake sedotan.
Kalian perhatiin gak, org2 Jakarta itu tidak bisa minum tanpa sedotan. Tadinya gue pikir, karena minum es (apa coba hubungannya?) Ternyata, minum es cendol pun pake sedotan, jenis sedotan yang 2 atau 3 kali lebih lebar dari biasanya. Bahkan, suatu hari, gue pernah pesen teh panas pun dikasih sedotan (ini sumpah udah keterlaluan).

Kenapa orang di Jakarta minum pake sedotan? Penjelasan pertama, mungkin karena di sini semuanya serba berdebu. Botol yang berdebu, gelas yang berdebu, kalau menyangkut minuman kaleng, bisa jadi kita khawatir kaleng itu pernah dikencingin tikus selama penyimpanannya di gudang. Atau lalat yang hilir mudik di tepian gelas, jangan-jangan mereka membawa bibit penyakit. Lebih baik pake sedotan kali ya... Penjelasan kedua, penjelasan a la psikoanalisa (haiyah!), mungkin orang2 di Jakarta merasa begitu tidak amannya secara psikologis sehingga mencari pelarian ke hal-hal yang bisa mengingatkan mereka ketika masih berada dalam tahap menyusui (menyedot). Mengingatkan mereka akan pelukan seorang ibu, kehangatan, kenyamanan, ketenangan... Begitu jauh rasanya masa-masa itu dari masa-masa sekarang yang penuh kegetiran, kekecewaan, dan kepahitan... ckckck... puitis sekali gue ya...

Dua. Gue biasa nubruk siapapun tanpa minta maaf (asal orangnya jangan sampai jatuh aja kali ya...)
Di Jerman, jangankan di Fulda yg sepi, di Berlin yang penuh sesak pun, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyentuh orang lain. Jika gak sengaja tersentuh juga, kita diharapkan minta maaf. "Maaf karena saya menyentuh tangan Anda Herr Mueller, saya gak sengaja, semoga sentuhan saya tidak membuat Anda gatal2 nanti malam. Kita memang sedang berada di U-Bahn pada jam sibuk, tapi seharusnya saya lebih berhati2 menjaga tangan saya agar tetap di tempatnya, bukannya keluyuran dan grepe-grepe Anda."

Di Jakarta, saking padatnya manusia, dalam sehari gue bisa nyentuh ratusan orang. Dan mereka yang gue sentuh itu tidak memberi gue kesempatan minta maaf sama sekali, mereka bahkan tidak mengadakan kontak mata sama gue. Jadi, di Jakarta, gue biasa mendorong2 orang2 di trotoir. Gue pikir2, asik juga. Kapan2 kalo stress gue bakal slam dunk orang2 tak bersalah di jalanan.

Tiga. Gue ngobrol masalah pribadi sama temen gue di bis umum.
Kebiasaan orang2 Jakarta itu, curhat di kendaraan umum. Apalagi kalo udah ketemu ABG2 (kok gue kesannya jadi pembenci anak2 ABG gini ya?) seperti inilah yang akan kalian dengar:

Si Abang kemarin nunjukin foto cewek itu di dompetnya. Cantik banget deh. Dia masih suka banget sama Abang katanya. Masih sms, masih nelpon.
Terus si Abang gimana?
Tauk deh. Tapi kemarin dia nelpon gue gitu. Bingung banget dia. Katanya cewek itu pengertian banget, bisa ngertiin dia banget, satu2nya cewek yang bisa ngertiin dia gitu.
Terus pacar cewek itu gimana?


Gue, di sebelah mereka, antara hampir ngakak2 liat gaya mereka yg gak penting banget, sekaligus juga marah banget sama mereka karena membuat gue harus dengerin celoteh gak penting semacam itu.

Sekali lagi, ini adalah berkat terlalu padatnya manusia di sini, jadi zona pribadi sudah saling tumpang tindih dengan zona publik. Sudah gak bisa lagi bedain mana yang milik pribadi dan mana yang untuk konsumsi publik.

Dan sekarang, tiba2 gue inget, pada suatu hari Sabtu yang sudah lalu, gue naik bis bareng sama temen gue dan melakukan sesi konsultasi di sana, huhuhu... tapi kan, di metromini ribut banget, gak mungkin ada yg dengerin lah, tapi kan, itu kondisi darurat, tapi kan tapi kan...

Empat. Gue makan gorengan secara (hampir) teratur.
Orang2 kantor gue langganan makan gorengan. Ada satu penjual gorengan yang enaaaakkk baaangggeettt. Kalo gak salah di depan POLDA jualannya, dan hanya ada pagi, siang dikit udah keabisan. Gorengan itu ngangenin sekali. Renyah. Gurih. Kering. Benar2 tidak sama dengan gorengan2 di tempat2 lain... Biasanya kita ngumpulin uang buat patungan beli gitu deh. Karena lumayan jauh dari kantor gue, harus minta tolong beliin sama office boy naik motor.

Makanan khas Jakarta. Gorengan. Bisa berupa tahu, tempe, ubi, bakwan, pisang, dll. Digoreng dengan minyak yang gak tau udah berapa lama dipake sampe warnanya sangat keruh. Gak tau itu minyak beli di mana dan bekas pakai oleh gerai fast food mana. Gak tau berapa kandungan lemak jenuhnya. Gak tau berapa besar resiko kanker gue gara2 memakannya.

Creative Commons License

Monday, October 03, 2005

Review: Memoirs of A Geisha


Gue sekarang lagi baca 3 buku bersamaan. Satu buku yang selalu ada di tas gue dan gue baca setiap kali gue lagi nunggu apapun atau siapapun daripada bengong (yaitu Cala Ibi-nya Nukila Amal, ulasannya akan gue tulis dalam waktu dekat), lalu A Suitable Boy oleh Vikram Seth, kadang2 gue baca kalau gue lagi banyak enerji karena ini menyangkut suatu proyek yang mungkin bakal gue ceritain suatu saat, dan buku yang baru gue keluarin dari lemari week end kemarin, buku yang sudah pernah gue baca sekitar 3 tahun yang lalu, Memoirs of A Geisha (Arthur Golden).

Mengenai buku-buku yang gue beli dan gue baca selama dua bulan gue di Jakarta ini, umumnya sangat mengecewakan. Belum ada satupun, dari 5 buku yang sudah gue baca, yang gue baca sampai habis, gue udah keburu bosen atau muak di tengah jalan. Mengenai Cala Ibi, gue lumayan suka, nanti gue cerita lebih lengkap. Mengenai A Suitable Boy, dua orang sangat merekomendasikan buku ini (satu, dua), tapi belum ada seperseratus-nya yang gue baca, jadi kein Komentar dulu ya...

Nah, kekeringan gue akan buku bagus, membuat gue kembali membongkar-bongkar lemari buku gue. Selain itu ada alasan lain sih. Temen gue A minggu lalu minta rekomendasi buku. Salah banget kan, dia nanya gue, soalnya alirannya itu aliran Coelho banget, hahaha, bukan gue banget. Tapi dari semua buku yang gue gembar gemborkan, dia malah pilih Memoirs of A Geisha. Padahal gue sudah mengarahkan dia untuk baca Gone with the Wind aja, karena buku itu antara lain bicara tentang topik yang sering sangat dalem kita bahas, yaitu female gender role. (sebenernya gue mau bikin review apa sih, kok semua buku jadi gue bahas begini?)

Begitulah, gue habiskan week end kemarin dengan bersantai-santai membaca buku ini, yang belum juga kehilangan pesonanya bagi gue, ihiks. Dan ketika pagi ini gue sampai kantor dan nyalain YM, et voila, bagaikan ada kontak batin, gue baca offline message dari temen gue, yang selalu rajin menginformasikan gue ttg film-film bagus yang akan muncul, ngasih link, tentang Memoirs of A Geisha yang sedang di-film-kan dan akan dirilis Desember 2005 (di Jakarta diputar mulai 12 Januari 2006).

Ini jelas adalah film yang harus gue tonton. Walaupun orang selalu bilang buku yang di-film-kan selalu mengecewakan, namun gue pikir itu tidak relevan. Kalau penggemar buku selalu bilang, don't judge a book by its film, maka penggemar film bilang, don't judge a film by its book. Gue suka baca, gue suka nonton. Dan gak tepat aja, kalau kita membanding2kan kesan yang kita dapat dari film daengan yang dari buku. Jelas akan beda.


Image hosted by Photobucket.com

Buku ini terpusat bercerita tentang Sayuri, seorang geisha tradisional Jepang di Kyoto, yang berasal dari kampung nelayan yg sangat miskin. Ia dijual untuk menjalani pendidikan luar biasa berat sebagai geisha. Berlatar belakang Jepang menjelang pecahnya Perang Dunia II, buku ini secara keseluruhan sangat tragis. Tentang "perbudakan" anak perempuan, tentang melelang keperawanan perempuan, tentang manusia yang mengeksploitasi manusia lain dan menyebutnya sebagai budaya.

Gue jadi inget cerita Stefaan tentang Brussel, waktu itu. Dia bilang, kolonialisasi pada abad 19 dipahami di Eropa dengan cara yang berbeda dengan yang kita pahami sekarang. Dulu, kolonialisasi adalah kebudayaan, peradaban, pencapaian manusia. Brusel punya koloni suatu negara di Afrika, yang luasnya 80 kali luas Brusel, Kongo. Bangsawan-bangsawan di Brusel pada abad 19 menganggap kehidupan masyarakat Kongo sangat eksotis, dan ingin "memilikinya". Jadi mereka meng"impor" satu desa di Kongo, anak2 kecil tanpa pakaian, dan orang2 dewasa dengan pakaian minim, ditaruh di taman dan dipagari, untuk ditonton layaknya nonton hewan2 di kebun binatang. Tentu saja tidak lama mereka mati satu per satu, antara lain karena perbedaan iklim. Mengapresiasi mereka yang dicabut paksa dari akarnya, dulu kita sebut peradaban.

Memperlakukan perempuan sekeras dan serendah seperti yg diterima Sayuri, dulu kita sebut cara hidup. Cara hidup yang dijalani dan didukung oleh seluruh masyarakat, bahkan oleh perempuan sendiri.

Sejujurnya, buku ini sama sekali tidak menimbulkan rasa marah dalam diri gue. Kenapa gue harus marah, sementara tokoh2 geisha di dalamnya sangat menerima garis hidup mereka sendiri? Kenapa harus marah sementara mereka belajar banyak nilai hidup dari kondisi mereka? Seperti kata Mameha, hlm. 322,

"Kau berumur delapan belas tahun, Sayuri," dia meneruskan. "Baik kau maupun aku tak bisa tahu takdirmu. Kau mungkin tak akan pernah tahu! Takdir tak selalu seperti pesta di ujung malam. Kadang-kadang takdir tak lebih dari perjuangan hidup dari hari ke hari."


hlm. 321,

"Tidak? Kupikir kita semua menginginkan kebaikan. Mungkin yang kau maksudkan adalah kau menginginkan sesuatu yang lebih dari kebaikan. Dan itu sesuatu yang tak berhak kau minta."


Membaca buku ini gue sedih. Memang benar kata Koko waktu itu. Tidak ada lagi yang baru dalam buku-buku baru. Semua hanya pengulangan dengan bahasa yang beda2. Buku ini pun demikian. Apa yang orisinil dari penderitaan manusia? Dari harapan akan cinta yang kita pikir kita layak mendapatkannya? Namun sekali lagi, gue sangat menikmati cara para penulis itu mengekspresikan hal-hal tersebut. Hal-hal yang sama, bagi dua orang yang berbeda, akan beda penghayatan dan cara mengungkapkan.

Buku ini mengungkapkan kepedihan dengan cara yang kadang-kadang sangat sederhana namun dalem, kadang-kadang dengan metafora yang menimbulkan senyum pahit. Seperti menertawakan penderitaan diri sendiri.

Halaman 204,
Aku bertanya dalam hati, bagaimana perasaan ayahku jika melihatku berlutut di dalam apartemen Mameha, memakai kimono yang lebih mahal daripada apapun yang pernah dilihatnya, dengan seorang baron duduk di seberangku dan salah satu geisha paling terkenal di seluruh Jepang di sampingku. Aku tak cukup berharga untuk lingkungan seperti ini. Dan kemudian aku menyadari sutra indah yang membalut tubuhku dan merasa aku bisa mati tenggelam dalam keindahan. Pada saat itu, bagiku keindahan adalah semacam melankolia yang menyakitkan.


Halaman 294,
Kita makhluk hidup punya cara luar biasa untuk menjadi terbiasa pada sesuatu, tetapi ketika kubayangkan Mameha perlahan menarikan deritanya, tersmbunyi dari mata suami dan kekasihnya, aku tak bisa mencegah diriku untuk tidak merasakan kesedihan itu, sama seperti kau takkan dapat mencegah dirimu mencium bau apel yang telah dipotong di atas meja di depanmu.


Masih banyak sekali bagian2 yang gue kasih tanda dan gue garis bawahi, tapi sebaiknya kalian baca aja sendiri. Satu hal yang jelas, Arthur Golden adalah story-teller yang hebat sekali. Seperti katanya sendiri, untuk menuliskan kisah ini, dia harus melakukan 3 kali transformasi, dari laki-laki ke perempuan, dari budaya Barat ke Budaya Timur, dari masa kini, ke masa lalu.

Creative Commons License